Kedua mata Gavin kini sepenuhnya fokus ke arah Rafael.
Kedua tangan Gavin berusaha menggenggam tangan Rafael, namun Rafael justru menepisnya.
.
.
.
.
"Sayang? Kenapa?""Kenapa kakak gak bilang."
Gavin langsung paham apa yang dibicarakan Rafael saat ini.
"Kenapa kakak gak bilang kalo kakak gak suka tomat? Kan Rafael bisa ambilin tomat-tomatnya tadi."
Gavin menggeleng, "Engga sayang, kakak bisa makan tomat kok. Kakak cuman ga terlalu suka tomat yang gede, kalo ini kan tomat ceri yang rasanya beda, jadi kakak lumayan suka."
Gavin meraih beberapa potong tomat ceri yang tersisa di mangkok salad buatan Rafael lalu ia masukkan satu persatu ke mulutnya.
"Nih kakak makan semua." Gavin terlihat biasa saja saat memakan tomat ceri tersebut, tidak menampakkan ekspresi tak sukanya sama sekali.
Rafael menahan tangan Gavin yang terus menerus mengambil tomat ceri dari mangkoknya.
"Kak, jangan gini... Kalo kakak emang gak suka, jangan dipaksa dan bilang ke Rafa. Bukannya malah makanin semua tomatnya padahal kakak gak suka sama sekali." ucap Rafael perlahan, terdengar nada suaranya menahan tangis.
Kedua mata Rafael pun telah digenangi air mata yang dapat tumpah kapanpun.
"Rafa malahan ngerasa sedih ngeliat kakak ngelahap tomatnya... Rafa jadi ngerasa gak berguna jadi pacar kakak, yang gak tau apa-apa tentang kakak."
Dengan sigap tangan kiri Gavin membenamkan kepala Rafael di dadanya, dan mengusapnya lembut.
"Sayang, maafin kakak. Lagi-lagi kakak berbuat salah ke kamu."
Tak berkata apapun, Rafael kini terisak saat kepalanya bertemu dengan dada Gavin.
"Tapi kakak jujur sayang. Kakak suka kok sama tomat ceri. Omongan Anan itu yang bikin salah paham."
Gavin terus membelai lembut surai hitam Rafael.
"Kamu jangan bilang gak berguna itu lagi... Kita juga belum lama pacaran kan, jadi wajar kalo kamu belum tau banyak tentang kakak."
Rafael mendongakkan kepalanya dan menatap kedua mata Gavin.
"Makanya kakak bilang dong kalau ada makanan yang gak kakak suka, atau apapun itu yang Rafa belum tau!" ucap Rafael dengan penekanan.
Gavin tersenyum lalu mengangguk,
"Iya sayang, yang tadi kakak minta maaf ya... Mulai sekarang, hal kecil apapun dari diri kita ini, kakak dan kamu harus sama-sama tau ya? Pelan-pelan aja dulu, biar kita saling tau dan ngerti, okay?"Rafael ikut mengangguk.
"Yuk kita ke bawah. Kayaknya orang-orang pada nungguin kakak turun."
"Kakak aja deh yang turun. Rafa di sini aja, malu."
Gavin lantas menggenggam tangan Rafael, "Udah ada kakak. Gak usah malu, sayang."
Setelah diyakini oleh Gavin, Rafael pun setuju lalu turun ke lantai bawah.
Di ruang tengah rumah Gavin sudah ada Rani, serta keluarga dari Hani, saudara perempuan dari mamanya Gavin yang tengah menikmati camilan yang Rani hidangkan.
"Wah ini dia pangeran rumah ini dateng..." ucap Hani antusias saat melihat Gavin tiba di ruang tengah.
Gavin lantas menyalimi Hani dan Tirta, suami dari Hani.
![](https://img.wattpad.com/cover/311610537-288-k584153.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Mate - BxB
Genç Kurgu[ BL LOKAL x OMEGAVERSE ] [Apha x Beta] Rafael Karana, seorang remaja laki-laki Beta yang harus menelan pil pahit dalam kisah asmaranya. Rafael selalu ditolak mentah-mentah oleh pria yang ia sukai karena alasan, 'Rafael tak bisa mengandung.' Hal i...