22 - Rumah Sakit

2K 188 5
                                    

Kak Gavin 🐺🖤

Sayang, jangan marah ya?
23.09

23

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

23.09

.
.
.
.

*Tit.. tit.. tit..

Suara alat perekam aktivitas jantung terdengar memenuhi ruangan rumah sakit bernomor 208.

Tubuh Gavin terbaring di ranjang rumah sakit yang terlihat empuk.

Kedua manik elangnya terpejam, namun kesadarannya masih utuh.

Ia hanya tak suka dengan lampu rumah sakit yang terang itu. Dan sayangnya Gavin lupa meminta ke orang tuanya untuk mematikan lampu.

Papa Gavin kini tengah mengurus administrasi, dan mamanya tengah duduk di luar karena tak menyukai suara yang dikeluarkan oleh alat EKG di kamar Gavin.

Gavin juga habis dikeroyok habis-habisan dengan ceramah oleh mama papanya.

*Cklek...

Pintu ruangan terdengar terbuka. Namun itu tak membuat Gavin membuka kedua matanya.

*Krek...

Sebuah kursi kayu di sebelah kiri ranjang Gavin terdengar ditarik. Hal itu sukses membuat Gavin membuka matanya.

Pandangan Gavin jatuh pada sepasang mata yang ia damba-dambakan kehadirannya.

Kedua mata elang Gavin yang terlihat lelah itu bertemu dengan kedua mata Rafael yang basah. Rafael habis menangis sepertinya.

Bibir Rafael lantas mengerucut, diikuti dengan tetesan air matanya yang turun. Ia menangis lagi.

Hal itu membuat kedua ujung bibir Gavin terangkat, tak peduli rasa perih yang tentunya terasa di bagian wajahnya yang terluka akibat kecelakaan.

"Hiks— Udah dibilangin kan, j-jangan balapan... Nih, sekarang jadi gini..." ucap Rafael diiringi isakan kecil, juga sambil menoyor paha Gavin yang tertutupi selimut.

"Sayang... Jangan dipukul juga dong."

Tangan kiri Gavin yang terpasang infus terangkat, mengusap lembut pipi Rafael.

"Iya kakak salah... Kakak gak bisa ngomong apa lagi selain minta maaf, hm?"

Tangan besar Gavin tak hentinya mengusap pipi kesayangannya itu. Selain mengusap air mata Rafael, iya juga sudah rindu dengan pipi lembut sang pacar itu.

Sedangkan Rafael masih terisak, kedua matanya menelisik seluruh luka di tubuh Gavin. Mulai dari pipi kanan dan alis kanan Gavin yang tertutupi perban, dagunya yang terlihat lebam, lengan kanannya yang banyak terdapat luka lecet, dan mungkin juga di kakinya yang tertutupi selimut.

Mate - BxB Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang