7

3.6K 427 17
                                    

Ni-ki sih jujur aja kepikiran kalau punya bunda baru, gimana sama bundanya yang bahkan suaranya aja ga pernah Ni-ki dengar.

Apa cinta ayah ke bundanya hilang gitu aja kalau dia punya bunda baru?

Ga, Ni-ki ga sedrama itu kawan-kawan. Dia ga mikir soal itu kok, dia lebih mikir gimana nasib dia kalau punya bunda baru.

Walau Ni-ki orangnya gampang beradaptasi, tapi kalau dihadapkan sama orang baru yang bakal jadi pasangan hidup ayahnya, mau ga mau Ni-ki canggung.

Udah terbiasa berempat doang sama ayah dan abang-abagnya membuat Ni-ki ga kenal sama sosok yang dipanggil 'bunda' ini.

Dia punya kok bunda, tapi dia ga pernah sama sekali ngerasain gimana kalau sosok 'bunda' ini ada ditengah-tengah dia, ayah dan abang-abangnya.

Awalnya sih karena Ni-ki emang masih bocah, ada kok pikiran ngedrama seperti beberapa kalimat di awal yang terlintas dipikiran Ni-ki, cuma dengar opininya Jay mau ga mau Ni-ki ikut mikir juga kalau omongan abang pertamanya itu ada benarnya.

Waktu ga nunggu mereka, ada kalanya dia, Jay sama Sunghoon ga bakal ada di sisi ayah mereka.

Jadi alih-alih mikir apa ayahnya udah ga cinta sama bunda yang udah tenang di sisi Tuhan, Ni-ki lebih mikir gimana nasib dia kalau punya bunda baru.

Sekali lagi, Ni-ki canggung.

Ga biasa.

Dan ada rasa takut dikit kalau yang bunda barunya mau cuma ayah mereka.

Otomatis Ni-ki, Sunghoon dan Jay dibuang gitu aja.

Tapi, Ni-ki mendengus dengki pas kepikiran itu. Sekate-kate pikiran kayak gitu muncul padahal Ni-ki dengan percaya dirinya tau kalau ayah mereka lebih milih ga punya istri baru aja daripada ngebuang anak-anaknya.

"Lagian gw gamau punya bunda baru yang ga kayak raya."

Seketika Sunghoon yang ada disebelah Ni-ki melongo. Dipikirnya Ni-ki kesambet apa tetibaan bermonolog kayak gitu.

Sunghoon jadi mikir adiknya ini salah makan atau kepalanya terbentur di tembok.

"Lu kepikiran omongannya Juan tadi sore?" tanya Sunghoon. Nada suaranya sih stabil, datar aja, gaada unsur penasaran, marah atau apapun itu.

Cuma gaada yang tau kalau di dalam benak anak tengah ini, dia ketar-ketir. Takut-takut aja adik bungsunya ini kepikiran soal perkara bunda baru.

Ga sekali dua kali Sunghoon ngedapatin Ni-ki rada sentimen kalau udah bahas masalah bunda.

Sunghoon maklum kok.

Ni-ki sama sekali ga ngerasain gimana rasanya dirawat bunda, dimanjain bunda, dimarahin bunda.

Dan karena perkara celetukannya Jungwon sore tadi, Sunghoon tau banget Ni-ki pasti bakal kepikiran.

Dia juga rada kepikiran sih, tapi anggap aja secara mental Sunghoon sama Jay jauh lebih dewasa dibanding Ni-ki. Makanya anak sulung sama anak tengah Adhipramana ini ga ambil pusing soal kemungkinan jelek kalau ayah mereka bakal punya gebetan.

Toh mereka pede aja ayah mereka lebih milih anak-anaknya daripada gebetannya.

Udah terhitung 15 tahun mereka hidup tanpa bunda ditengah-tengah mereka, bukan berarti mereka ga nganggap bunda mereka yang udah tenang di sisi Tuhan itu gaada. Cuma, selama 15 tahun itu dari kecil sampai udah remaja kayak gini, cuma ada sosok ayah, abang-abang dan adek.

Jadi iya seperti pikirannya Ni-ki, Sunghoon juga bakal ngerasa canggung banget.

Ni-ki ketawa kecil ngerespon pertanyaan Sunghoon. Doi mutar-mutar rubik ditangannya lalu bilang, "Jujurly bang, kepikiran. Tapi ga drama amat kayak sinetron ikan terbang yang ibu tirinya jahat subhanallah."

Keluarga Cemara [Enhypen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang