Semuanya terasa mulai salah untuk Karina.
Apalagi, pas dia ngelihat gimana mata rusa Heeseung menyorot padanya. Mata rusa yang biasanya ngemandang Karina dengan sorot penuh humor kini hilang.
Sorot kecewa yang Heeseung beri pada Karina mulai ngebuat Karina ngerasa kalau dia menyesal dengan keputusannya.
"Udah saya bilang mbak, bisa berhenti? Mbak pikir saya main-main sama hubungan kita? Apa saya ga ngehormatin mbak sebagai istri saya?"
Diam, Karina benar-benar ga bisa ngebalas untaian kata yang Heeseung muntahkan. Untaian kata yang terselip emosi di dalamnya.
Pun, Karina tahu Heeseung tidak seemosional itu, jadi ketika Heeseung mulai menampakkan emosinya, Karina dibuat bungkam.
"Mbak nyuri data perusahaan saya, saya ga marah mbak. Tapi kali ini mbak udah keterlaluan, mbak ga ngerhormatin saya sebagai suami mbak pas saya bilang mbak bisa berhenti sejenak setidaknya sampai anak kita lahir. Saya ga pernah ngebatasin mbak, tapi mbak ngebahayain anak kita!" seru Heeseung, suaranya menggema memenuhi ruang inap yang Karina tempati.
Mata rusa Heeseung nangkap gimana sosok wanita yang sekarang terbaring dengan infus di tangannya menangis. Heeseung tau kali ini dia terlalu keras, tapi Karina benar-benar menyulut emosi Heeseung.
Emosi yang selalu ditahan dan dikendalikan.
Sejujurnya Heeseung benar-benar gatau kesetiaan Karina ada di mana, Heeseung juga gatau semua data yang Karina kumpulkan dan curi juga akan diapakan. Tapi Karina istrinya, meski hanya perjanjian tapi wanita yang usianya lebih dua dari Heeseung itu tetap istrinya.
Heeseung menghormati hubungan mereka, meski tidak ada cinta tapi Heeseung bukan laki-laki yang main-main dengan komitmen. Dari awal, pas Karina datang nawarin pernikahan dengan dalih menghancurkan Adiwidya, Heeseung udah ngasih tau kalau dia ga main-main dengan komitmen.
Jadi, tidak akan ada perceraian ketika tujuan mereka tercapai. Heeseung bakal perlakuin Karina sebagai istrinya dan Nyonya Adhipramana, ngasih semua hak Karina sebagai istrinya.
Semuanya disanggupi Karina, lalu di mana letak kesalahan Heeseung? Ketika orangtua Heeseung meminta agar diberi pewaris, Karina juga menyanggupinya.
Lantas, sekali lagi, di mana letak kesalahan Heeseung ketika pihak rumah sakit nelefon Heeseung dan ngasih tau kalau Karina lagi di rawat dan hampir keguguran.
Anaknya, anak yang diharap-harapkan Heeseung bakal ngeluarin mereka berdua dari hubungan bodoh ini terancam gugur. Heeseung ga bisa lagi nahan emosinya, ga bisa lagi nanggapin semua tingkah Karina yang tidak masuk akal itu dengan tenang.
"Anak kita gaada hubungannya dengan tujuan kita, benar? Kalau mbak sebegitu bencinya menikah dengan saya, kenapa semuanya mbak sanggupi? Kenapa mbak nawarin perjanjian itu? Saya kecewa mbak, saya kecewa karena tindakan mbak ngebahayain anak kita, saya tau mbak ngebenci orang seperti saya, orang yang bisa ngendaliin apapun dengan uang, tapi saya bisa minta ke mbak?"
Heeseung ngehela nafasnya, mata rusanya masih memandang kecewa; berusaha buat ga peduli dengan Karina yang sesengukan, berusaha buat ga peduli bagaimana wanita yang dia nikahi kini bergumam maaf padanya.
"ㅡ tolong jaga anak saya, jangan benci anak saya. Apa saya bisa bilang dia anak saya sekarang? Toh mbak ga sesayang itu dengan anak yang mbak kandung. Jadi kalau mbak gamau nerima dia dan bahkan ga peduli kalau dia mati, saya ngebebasin mbak setelah anak saya lahir. Mbak puas?"
Baru kali ini, Karina menyesal dengan keputusannya.
Ternyata, yang main-main di sini hanya Karina dan Karina ngerasa sukses nyakitin banyak orang dengan ambisinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keluarga Cemara [Enhypen]
Fiksi PenggemarKisah Mas Haris si duda keren kesayangan ibu-ibu komplek berserta tiga anak lanangnya; Reyhan, Satya dan Ricky. Warn(!) +bxb +lokal!au +harshword +lowcase +etc