Four~

4.6K 467 13
                                    

Vegas berjalan dengan rasa sesak, akhirnya seseorang melihat sisi lemah nya.

Dan dia sangat benci akan itu, dia benci saat seseorang memandang nya dengan rasa iba.

Karena baginya itu sama saja dengan mempermalukan dirinya sendiri.

Bagaimana pun, dirinya harus terlihat kuat. Tidak boleh ada kelemahan yang terlihat, karena dunia akan selalu bermain dengan mereka yang lemah.

Tapi, dunia pun tetap bermain dengan nya.

Vegas menghela napas berat, dia melihat sang adik yang tengah sibuk menikmati makanan nya bersama Lyla.

Kadangkala dia akan berfikir, apa dirinya bisa membuat kehidupan adiknya sebaik kehidupan Lyla.

Ayahnya bahkan tidak pernah bertanya apa cita-cita anak bungsunya itu, lalu bagaimana dia bisa mengharapkan hal lebih?

"Phi Vegas!" Teriakan Lyla membawa kembali pikiran Vegas kedalam realita, gadis itu memberi nya isyarat untuk mendekat.

Dia mendekat pada mereka, dan melihat Pete yang memandang nya dengan waspada, tentu saja.
Mengingat bagaimana dirinya, tentu hal wajar jika seseorang akan waspada.

"Lyla, kami harus segera pulang, tidak apa-apa kan?"

Seketika senyum luntur dari wajah manis gadis itu, dia memandang Vegas dengan tatapan sedih.

"Tidak bisa lebih lama lagi?" Vegas menggeleng, dia menepuk-nepuk kepala Lyla pelan.

"Yang sebentar lagi berusia 17, apa akan tetap seperti anak kecil?"

Lyla kembali membuat senyum, tapi tidak selebar saat pertama dia melihat Vegas dan Macau.

"Dan kalian harus datang untuk merayakan nya." Vegas mengangguk, dia membawa Macau pergi dari sana setelah berpamitan pada Lyla.

Lalu tidak lama Kinn datang bersama Tara serta beberapa bodyguard nya.

"Mereka pergi?"

"Iya, tapi aku sudah meminta mereka untuk datang ke perayaan ulang tahun ku nanti," jawab Lyla.

"Kau akan berulang tahun, Lyla?"

"Pertanyaan aneh, aku kan sudah bilang," cetus gadis itu dan segera pergi dari sana menuju mobil.

Tara nampak malu akan itu.

"Phi Pete, ayo kembali aku sudah bosan di sini!" Pekik nya, Pete segera menyusul dengan cepat.

Diikuti Kinn dan lainnya.

🥀

"Apa kau menyukai nya?"

"Apa dia menyukai kucing?"

"Dia baik dan cantik, kau pasti menyukai nya kan?"

"Adikku diperlakukan dengan baik kan?"

"Kau menerima perjodohan ini kan?"

"Apa dia–"

"Tunggu semuanya, tolong beri aku jeda untuk menjawab," kesal Kinn, pasalnya saat dia pulang dirinya segera di interogasi layaknya seorang penjahat saja.

Sang ayah berdehem, sedangkan Tankhun tanpa tidak peduli sama sekali.

"Jawab saja dengan cepat, bukankah kau menjawab dengan cepat saat kami menanyakan tentang Porsche."

Fortissimum✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang