Seven~

4.6K 448 11
                                    

Vegas terdiam, semua yang terjadi terasa begitu cepat.

Kepala nya semakin pusing, pikiran nya terus tertuju pada apa yang baru saja terjadi. Kesadaran nya kembali saat mendengar derap langkah kaki, Vegas segera membawa tubuhnya kedalam selimut guna menyembunyikan kondisinya saat ini.

Lyla dan Macau yang masuk, menatap heran pada Vegas.

"Phi Vegas, kenapa kau berada di balik selimut?" tanya Macau sembari menepuk pelan pundak kakaknya.

"Aku merasa dingin, tidak apa-apa. Lyla kau sebaiknya segera kembali," ujar Vegas, Lyla mengangguk dia memberikan bungkusan kecil pada Macau yang harusnya dia berikan pada Vegas.

"Semoga cepat sembuh yah Phi, obatnya jangan lupa di minum."

Seketika tubuh Vegas menegang karena itu, taukah Lyla bahwa kakaknya baru saja melakukan sesuatu hanya untuk membuat dirinya meminum obat.

Vegas hanya memberikan jempolnya pada Lyla sebagai jawaban.

Gadis itu pergi bersama Big. Arm dan Pete langsung menyusul Kinn saat pria itu keluar dengan tergesa-gesa dari kamar Vegas.

Macau meletakkan bungkusan yang diberikan Lyla, dia melihat beberapa obat telah terbuka.

'mungkin Phi Kinn telah membuat Phi Vegas meminum obatnya' pikir remaja itu dengan sedikit senyum, tidak tau bahwa sang kakak tengah mencoba bernapas dengan baik di bawah selimut nya.

🥀


Kinn memasuki kamarnya dengan tergesa-gesa, dia bahkan mengabaikan ayahnya yang bertanya.

"Ada apa dengan Phi mu, Lyla?"

Lyla menggeleng, "Tidak tau, Yah. Saat di mobil Phi juga hanya diam," jawab gadis itu.

Ayahnya mengelus pipi anak perempuan nya itu dengan lembut.

"Jangan dipikirkan, segera lah masuk kedalam kamar mu."

Lyla segera pergi, sedangkan Korn nampak memikirkan sesuatu setalah melihat keadaan putra keduanya itu.

.
.
.

Kinn bersandar pada pintu kamarnya, memijat pelipisnya yang terasa berdenyut.

Dia berjalan dengan langkah berat menuju kamar mandi, membasahi dirinya dengan pancuran air shower.

Ingatan tentang apa yang dia lakukan pada Vegas kembali berputar bagaikan sebuah kaset.

Entah apa yang dia pikirkan saat itu, semuanya terjadi dengan sendirinya.

Kinn keluar, netranya tertuju pada bingkai foto dengan dirinya bersama seseorang.

Mereka nampak sangat bahagia, dengan Kinn yang mencium pipi pria disebelah nya.

Kinn mendekat, mengambil bingkai itu.

"Maafkan aku, Porsche. Harusnya aku tidak melakukan itu, tolong jangan marah padaku." lirih nya pelan, seolah orang yang berada di dalam foto itu bisa mendengar nya.

Hingga membuat liquid bening mengalir membasahi pipi putih itu.

"Phi," panggilan itu membuat Kinn segera menghapus jejak air matanya, ia berbalik dan melihat adiknya—Kim.

"Apa kau tidak bisa mengetuk pintu lebih dulu, Kim?" cetus nya, tetapi Kim malah langsung masuk dan duduk di ranjang kakaknya itu.

Fortissimum✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang