14. Mabuk.

52.2K 2.4K 155
                                    

      Yola melamun di kursi lobi kantornya, entah menunggu siapa yang jelas dia duduk di sana dengan secangkir kopi yang di biarkan dingin.

Viran menghentikan langkahnya saat kedua matanya menangkap Yola yang hanya diam menatap cangkir.

"Kopinya ga akan bisa panas lagi kalau udah dingin." celetuk Viran lalu duduk di samping Yola.

Yola mendongak. "Nikah yuk, kali ini serius." ajaknya.

Viran memicingkan matanya. "Lagi banyak beban kerja? Ngaco lo." balas Viran sambil menyicipi kopi milik Yola.

Lumayan, sesuai seleranya.

"Serius." hanya itu dan wajah serius yang Yola lemparkan pada Viran yang kini terdiam sejenak.

"Ayo.. Kapan?" Viran memilih mengiyakan, entah serius atau karena sebuah alasan. Dia tidak peduli.

"Nanti ngobrol lagi sama mama.. Sekarang mama lagi sakit." kepala Yola menunduk.

"Mama mau liat lo nikah?" tebak Viran yang langsung di angguki Yola.

Viran menyesap sekali lagi kopi itu lalu beranjak. "Ngobrol lagi abis pulang kerja, sekarang fokus kerja." lalu berlalu.

Yola menghela nafas, ikut beranjak entah akan kemana. Kerjaannya menumpuk tapi bingung harus mulai dari mana saking tidak mood.

***

Viran membiarkan Yola menumpukan kepala dan dadanya ke pangkuan. Begitu leha-leha dan menggeliat bagai kucing pada tuannya.

"Ck! Beneran ga mau beliin? Gue aduin ke Jaenal!" ancam Yola.

Viran menghembuskan nafas malas. "Minggir!" usirnya lalu beranjak.

"Ck! Serius ga mau beliin?! Gue aduin kalau lo sering grepe-grepe gue." ancamnya lagi.

Viran menghela nafas saat Yola menggerayangi perutnya dari dalam kaos. "Beli sendiri, gue males keluar Yola." balasnya.

"Ayo dong.. Bentar.."

Viran menghela nafas. "Lo ngidam? Masuk aja belum kenapa gayanya kayak ngidam?" jengkel Viran.

Sudah semingguan dia tidak keluar, cukup membuatnya uring-uringan. Yola di ajak main sudah mulai rewel dan menolak, jelas Viran hilang mood.

"Ayo, mau main ga?" tawar Yola semakin berani menggerayangi Viran.

"Beran—" Viran tidak melanjutkan ucapannya saat ponselnya berdering.

"Ha? Ngapain Jaenal nelepon lo? Kok ga gue." heran Yola.

Viran tidak menjawab, dia menjauh untuk mengangkat panggilan suara itu.

"Ngapain? Ga, libur dulu ke club." balas Viran acuh tak acuh.

Yola yang mendengar itu sontak menyambar ponsel Viran. "Ayo, kita ke club!" serunya.

"Lho? La ngapain sama Viran?"

Yola melotot, dia lupa.

"Anu, gue kebetulan lewat terus ketemu.."

"Malem-malem?"

Yola gelagapan, mendelik kesal saat Viran tersenyum mengejeknya.

"Iya.. Emang kenapa? Gue anak malem kali, gaul."

Jaenal hanya tertawa lalu melanjutkan percakapan.

***

Yola berdandan heboh, sudah lama dia tidak ke club. Terakhir kali itu tahun lalu kalau ga salah saat hubungannya dengan Gino hampir putus.

Viran menaikan gaun Yola yang pendek itu hingga semakin pendek. "Gaun apaan ini? Ga usah pake sekalian." sindirnya.

Yola mendengus sambil membenarkan gaunnya lalu kembali menghias wajahnya.

Viran melipat lengan di belakang Yola, menatap posisi Yola yang cukup panas itu. Menungging saat memasang lipstik. Padahal ada kursi.

Viran memalingkan tatapan sambil menghembuskan nafas lalu menampar pantat Yola sambil berlalu begitu saja.

Yola jelas meraung marah, tamparannya cukup sakit walau bokongnya berdaging.

***

"Liat si Yolanda.." Toni tertawa pelan sambil menggelengkan kepala.

Jaenal mengulum senyum sambil menggeleng tak habis pikir, padahal baru dua gelas Yola minum tapi sudah seliar itu di lantai dansa.

Viran hanya menatap acuh sambil sesekali menyesap minumannya penuh penghayatan.

Yola terlihat asyik berjoged tanpa peduli dengan beberapa tangan nakal yang menyentuh pantatnya.

"Wah.. Sahabat kita di grepe.." ceplos Jaenal tak terima lalu turun untuk menarik Yola kembali ke tempat mereka.

"Ihh ganggu!" raung Yola agak mabuk. "mana Daesy? Mana Dyah? Mana Tamara, mau mereka!" di raih kerah Viran lalu mengguncangnya sambil agak cegukan.

Viran melepas cengkraman Yola. "Lo harus pulang." di habiskan minumannya. "gue anter dia pulang." lanjutnya.

Jaenal dan Toni mengangguk saja lalu sibuk lagi dengan beberapa wanita yang mereka ajak kenalan.

Viran melepas jaket kulitnya, tiba-tiba dia kepanasan. Mengabaikan Yola yang ikut-ikutan membuka pakaian hingga tersisa dalaman.

***

Yola mengernyit saat sinar matahari mengusik matanya yang terpejam begitu terang-terangan. Kamarnya yang selalu gelap kenapa begitu terang?

Tidak! Ini bukan di kamar melainkan mobil. Mobil Viran lebih tepatnya.

"Astaga-astaga!" panik Yola saat tubuhnya polos dan hanya tertutup jaket kulit milik Viran.

Yola menatap Viran yang masih terlelap, dia yakin kalau semalam terjadi sesuatu.

Yola menatap Viran yang masih terlelap, dia yakin kalau semalam terjadi sesuatu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Genting (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang