19. Perubahan dan Percintaan

46.5K 2.5K 95
                                    

        Yola mengusap perutnya yang kenyang. "Gawat sih! Gue udah lama ga olah raga dan sekarang malah banyak makan, malem lagi." celotehnya.

Viran masih asyik mengemudi, membiarkan Yola berkeluh kesah tentang apapun di sampingnya.

"Gue terakhir kapan ya jogging? Eum.. Bulan lalu serius?! Besok harus olah raga! Selamatkan perut!" serunya penuh semangat yang awalnya lesu kekenyangan.

"Lo udah olah raga kali." celetuk Viran kalem tanpa menatap lawan bicara, jalanan lebih menarik sepertinya.

Yola membalikan badannya agar menghadap Viran. "Engga ah! Ngaco lo!" di tabok pelan lengan Viran.

Viran melirik Yola agak mesum sekilas. "Seks." ucapnya pelan.

Yola melotot saat merasakan tubuhnya meremang, kenapa suaranya di buat so sexy sih?! Ngerinya sambil mengusap leher sekilas.

Viran meraih jemari Yola yang sudah dia hiasi cincin lamaran itu. "Lo gemes banget malam ini, makin cantik." di lirik lagi Yola sekilas.

Yola semakin menatap Viran ngeri, sungguh tidak cocok Viran bertingkah begitu. Sontak Yola tepis tangannya.

"Lo ada maunya! Ck.. Ck.. Ck.." decaknya.

Viran tersenyum samar sambil kembali fokus mengemudi. "Serius, kalau aja bisa. Lo udah gue makan di atas meja." balasnya kalem.

Yola menganga sesaat lalu mencubit dada Viran sampai Viran oleng yang untungnya dia bisa mengendalikan diri.

"KITA LAGI DI JALAN GOBLOK!" bentak Viran saking kagetnya.

Hampir dia melukai Yola kalau saja dia oleng agak ke kiri.

Yola terkesiap kaget, jantungnya sontak berdebar tak wajar. Pertama kali dia melihat Viran membentak sehebat dan sekasar itu. Seberandalannya Viran, dia tidak pernah kasar pada para sahabat perempuannya.

Viran yang sadar memelankan lajunya, agak ke pinggir agar tidak menghalangi yang lain. Sebelah tangannya terulur meraih jemari Yola, mengusapnya.

"Sorry-sorry, lo pasti kaget. Gue refleks." sesalnya.

Yola pun menguasai dirinya. "Gue yang maaf." ucapnya pelan.

Dia agak menciut saking kagetnya melihat Viran yang kalem, cool, agak ketus dan acuh itu melotot marah dan membentaknya kuat serta kasar. Sosoknya begitu baru bagi Yola.

Viran menarik jemari itu dan menciumnya, mengusapnya lagi hingga tak terasa keduanya sampai di rumah Yola.

Yola melepas genggaman Viran. "Makasih udah anterin gue." ucapnya dengan melempar senyum kikuk.

Viran meraih lagi jemari Yola. "Lo kaget banget ya? Gue refleks, sorry." di tarik pelan lengan Yola agar bisa dia peluk.

Yola mengerjap, kenapa Viran bertingkah seperti ini? Membujuk bagai takut marahan dengan pacarnya.

Apa karena cincin? Rasanya Viran tidak serius soal hubungan ini. Viran saat melamar saja tidak berjuang atau membujuknya saat dia pura-pura menolak dan memilih Gino.

"Ga papa, serius." Yola mengurai pelukan dan di sambut wajah Viran yang mendekat, menyatukan bibir dengan tergesa.

Yola kewalahan namun detik selanjutnya bisa mengimbangi. Lengannya kini melilit di leher Viran, mengusap dan menyugar rambut belakangnya.

Viran juga tak tinggal diam, mulai masuk mengoyak kemeja Halisah yang di pakai Yola. Jemarinya mengusap punggung hingga menjalar ke depan.

"Eung.." lenguh Yola lalu mendorong Viran agar memberi jarak dan melepasnya. "Ha~ kita di garasi, bibi atau penjaga kalau lewat gimana?" ujarnya pelan di depan bibir Viran yang sama basah.

Genting (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang