36. Ingin Mesra

27.4K 1.9K 48
                                    

      Yola gelandotan di lengan Viran, keduanya tengah berjalan di koridor kantor menuju kantin. Viran yang masih banyak tugas pun terpaksa mengabulkan keinginan bumil untuk makan bersama.

"Kita di kantor." Viran hanya tidak ingin Yola di bicarakan buruk karena bermesraan dengan atasan.

Yola manyun sebal. "Makanya angkat jadi sekertaris!" ketusnya.

"Ga bisa. Suami kamu lebih pentingin keahlian kalau soal kerjaan dan ga bisa seenaknya, apalagi di sogok." balasnya tenang.

"Oh jadi lo pikir gue ga ahli jadi sekertaris?!"

Viran menghentikan langkah sambil menghela nafas. "Jelas, bukan karena bodoh tapi kamu minim pengalaman." ralatnya cepat.

Yola menghela nafas, malas berdebat lagi.

"Lebih baik ngundurin diri—"

"APA?! Seengga berguna itu gue di perusahaan ini gitu?" potong Yola marah tentu saja.

"Ck! Dengerin dulu makanya." jengkel Viran sambil meraih jemari Yola untuk dia genggam dan memastikan juga agar tidak kabur.

"Yaudah apa?" sewot Yola.

"Kita udah nikah, aku juga udah bagus posisinya. Kamu—" Viran melirik sekitar, sudah mulai banyak orang. "eum, bahas di ruangan aja nanti beres makan." putusnya.

***

Viran meraih tissue untuk menyeka bibir Yola yang belepotan saos dari makanannya. "Pelan-pelan." nasihatnya.

"Inyi enyak banget, ga mual." celotehnya dengan sesekali mengunyah.

Viran lega, bagus kalau Yola tidak mual. Viran ingin Yola kembali berisi tidak kurus.

Viran kembali melanjutkan makan sambil mengamati sekitar, apakah kantornya ini harus renovasi atau tidak.

Untuk makanan sudah terjamin enak karena Viran langsung turun tangan memilih koki masaknya. Penyajiannya pun menarik dan mewah, Viran hanya ingin membahagiakan pegawainya.

Viran menatap ke satu titik di mana meja dan kursi makan yang ada sepertinya kurang indah, apa harus di ganti.

"Aaa buka mulutnya."

Viran pun mengalihkan fokus dan refleks membuka mulutnya guna menerima suapan Yola.

"Ga suka banget tomat sama timun." ujar Yola setelahnya.

Viran juga kurang suka tapi terpaksa di kunyah, kenapa tidak di biarkan saja di piring?

Yola tersenyum usil. "Ngidam loh ini." kekehnya.

***

Viran melepas pagutannya, menatap wajah Yola yang berhadapan dengannya dalam posisi duduk di pangkuan.

"Bapak CEO yang bentar lagi jadi calon bapak, saatnya kerja!" di cubit pipi Viran oleh Yola saking gemas karena tiba-tiba menyeret dan membawanya ke pangkuan dengan bibir tidak bisa diam.

"Keluar aja."

"Apanya? Kerja? Enak aja!" Yola menepuk bahu Viran sebal.

"Emang masih kurang?" Viran mengusap bibir Yola yang basah akibat ulahnya.

"Bukan kurang atau cukupnya tapi enak ada kerjaan, kalau keluar terus ngapain?" Yola mengusap lisptik di bibir Viran akibat ciumannya tadi.

"Di sini, temenin kerja sambil sibuk belanja online atau pijitin bahu. Jujur aja, semenjak aku naik jabatan, waktu kita berkurang. Pulang selalu cape dua-duanya. Kapan mesra-mesraannya." keluh Viran panjang lebar.

Yola terkekeh. "Honeymoon, yuk." di belitkan lengannya di leher Viran.

"Boleh tapi kerjaan lagi banyak, belum ada waktu." jawab Viran masih tenang dan sesekali mengendus leher Yola.

Yola terdiam, berpikir sejenak. Mengabaikan Viran yang asyik menyesap bahu dan leher Yola sesekali hingga berbekas.

Viran bahkan mulai memasukan jemarinya ke dalam rok Yola.

"Yaudah, nanti siapin surat mengundurkan diri." putus Yola. Sejujurnya alasan terkuat bukan karena tidak bisa bermesraan tapi karena dia lelah dan sedang mengandung. Yola ingin sehat, ingin hubungannya dengan Viran baik-baik saja.

"Pilihan yang bagus." Viran mengecup wajah Yola seluruhnya bergantian.

"Sadar ga sih, selama beberapa minggu ini kita itu sering berantem. Hal sepele lagi." Yola merapihkan dasi Viran.

"Hm.. Makanya kita butuh waktu berdua, lagian tujuan kamu bukan kerja dan punya jabatan atau karier bagus."

Yola mengangguk setuju, dari dulu dia memang tidak ingin bekerja. Bekerja pun karena dorongan papanya, katanya agar terbiasa saat jadi pemimpin nanti.

"Hm.. Jangan ngeluh kalo nanti ganggu kamu lagi kerja." bisik Yola.

"Nah, bagus Aku-kamu. Sini cium." Viran meraih wajah Yola lalu mengulum lagi bibirnya yang lembut.

***

"Dih, cemburu lagi. Gino itu mantan yang belok, ngapain di cemburuin sih?" Yola terdengar geli apalagi tatapannya yang menatap Viran menekuk wajahnya so dingin.

Yola naik ke perut Viran yang terlentang. "Ck! Turun!" ketus Viran dengan memasang wajah malas.

"Katanya mau mesra-mesraan malah ngambek kayak bocah." di colek dagu dan hidung Viran bergantian hingga Viran berdecak kesal.

"Gino jelas ga belok!" gerutu Viran senewen.

"So tahu! Kata siapa? Dia udah jelas belok kali." gemas Yola sambil mencium pipi Viran beberapa kali.

Viran menahan tengkuk Yola lalu menyatukan bibir dengan gemas walau sesaat. "Dia normal." tatapan Viran menyorot Yola serius.

Yola pun terdiam dengan posisi masih sangat dekat dengan wajah Viran yang tidak membosankan itu.

"Aku yang suruh."

Yola mengerjap tidak paham.

"Dia jauhin kamu. Aku dan mendiang papa yang suruh. Dia akan di pecat kalau masih deketin kamu. Kalau dia jauhin kamu, keluarga dia akan di jamin hidupnya sama papa."

Yola masih diam, antara percaya dan tidak percaya.

"Kamu pernah tanya waktu itu, kenapa aku sering ketemu papa. Jawabannya itu." Viran mengusap pipi Yola yang si empunya terlihat melamun itu.

"Gino lepas kamu karena dia ga mau keluarganya terus kesulitan dan kamu tahu? Dia deketin kamu pun alasannya karena uang. Dia ingin mengubah nasib, dia ingin kaya. Papa tahu semuanya, papa selidiki dia dan pada akhirnya singkirin dia buat lindungin kamu."

Yola menelan ludah, tiba-tiba dia kesulitan untuk merespon.

"Aku marah karena Gino ngelanggar janji. Dia udah jauh pun tetep berusaha hubungi kamu. Harus aku tarik semua fasilitas yang papa kasih ke Gino?" tanyanya.

Yola turun dari atas perut Viran dan Viran bergerak mengukung Yola, menguncinya agar tidak kemana-mana.

"Nda.." Viran cemas saat Yola masih diam tidak merespon.


Genting (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang