27. Buka Kado Dan Buka Yola

38K 2.1K 70
                                    

"Temen lo tuh emang dasar!" gerutu Yola sambil meraih kado yang lain.

Viran merapihkan puluhan kondom dari para sahabat sambil menggeleng samar. Apa mereka membeli semua yang ada di toko?

"Temen gue temen lo juga." balas Viran malas sambil terus mengambil bungkusan kondom yang sempat Yola acak itu.

Yola mendengus sambil terus menyobek bungkusan kado yang begitu rumit itu, membuat Yola agak jengkel.

"He? Apaan nih?" Yola mengeluarkan jaring dari bungkusan itu. "Lingeri? Apa buat nyamuk. Kelabmu? Kelamu? Apa namanya." celotehnya sambil membolak-balik.

Viran melirik seragam dinas itu sekilas, sekalian saja tidak usah pakai apapun. Itu sangat tipis dan tidak menutupi apapun.

"Lo suka ga?" Yola menyimpan si tipis itu di tubuhnya, membiarkan Viran membayangkannya.

Viran melirik acuh. "Telanjang aja, praktis." jawabnya frontal sambil asyik merapihkan sampah bekas bungkusan kado.

Yola melemparnya hingga mendarat di wajah Viran. "Makan tu praktis!" lalu meraih kado lain.

Viran melipat si tipis itu asal, di tumpukan dengan para kondom. "Gue suami lo, yang sopan!" tegurnya yang di anggap angin lalu saat Yola mendapat merk mahal di antara kado itu.

"Gucchiiww sayy!" hebohnya sambil membuka kotak itu penuh perasaan senang.

Viran memilih meraih yang lain agar cepat selesai, dia kelelahan dan ingin tidur saja tapi Yola terlalu keras kepala.

Ngidam pun jadi jurusnya.

"Aduuhh.. Inikan sepatu bayi.." Yola menatap haru sepatu perwarna putih elegan itu.

Viran melirik, menatap sepatu itu lalu tersenyum samar. Ternyata ada hadiah yang normal dari kondom dan pakaian dinas.

Yola mengusap perut lalu kembali membungkus kado tadi dan memberikannya pada Viran.

Viran menyimpannya lalu fokus lagi membuka kado.

Kali ini dia dapat sepasang alat makan yang cukup mewah.

"Good, kita butuh itu. Simpen jangan sampe pecah." kata Yola yang sedang sibuk membuka kado cukup besar itu.

Viran menaruh dan meraih kotak lain, membukanya agak cepat saking sudah bosan memberantakan kamar pengantin ini.

Yola lebih tertarik kado dari pada dirinya.

"Sepatu pasangan.. Ihhh, ada buat dede juga." Yola mendekat agar Viran melihatnya juga dan segera mencobanya.

"Bagus." ujar Viran lalu melepasnya lagi, lanjut nanti soal mencoba para hadiah. Viran ingin segera selesai.

"Itu apa?" Yola menatap kado yang tengah Viran buka.

Viran menghela nafas. "Baju dinas lo lagi." balasnya malas.

"Kok lo kayak ga suka?"

Viran mencubit pipi Yola sekilas. "Gue ga sabaran, maunya praktis." jawabnya sambil melempar si tipis itu ke tumpukan teman-temannya.

Yola mendengus. "Ga ada seninya lo! Dasar." lalu dia menguap, membuka kado untuk yang terakhir walau sebenarnya masih banyak.

Viran pun menyudahi. "Kita tidur, cuci tangan, kaki dulu." di bantu Yola untuk bangun dan keduanya masuk ke kamar mandi.

***

"Sini.." Viran menyambut Yola agar rebahan di dekatnya.

Yola pun masuk ke dalam pelukan Viran yang nyaman. "Capek banget, padahal ga sehari full." ungkapnya dengan mata mulai terpejam.

"Hm.."

Yola pun mendongak. "Lo ngantuk?" tanyanya.

Viran membuka matanya. "Kenapa? Mau malam pertama?" tanyanya.

Yola memukul dada Viran sekilas. "Kan capek!" sebalnya.

"Terus apa?" Viran agak kesal saking lelah.

"Lo seneng ga?"

"Soal?" Viran menutup matanya lagi.

"Pernikahan kita? Soal anak juga." Yola sedang merasa gelisah. Viran terlalu menggantungnya tanpa ucapan kepastian.

Andai saja Yola dengar ungkapan cintanya saat itu pasti dia tidak akan menanyakan hal ini lagi. Viran kesal!

"Jawaban gue sama kayak lo."

Yola pun diam. "Gue ga nyesel, gue berterima kasih malah sama lo. Lo udah wujudin semua mau papa." ungkapnya.

"Jadi intinya lo lakuin karena maunya papa?"

Yola memeluk Viran. "Ga tahu. Pokoknya ga ada yang bisa gue percaya lagi selain lo." jawabnya.

Viran memeluk Yola, mengecup keningnya. "Gue ga nyesel." jawabnya. "Gue seneng lo jadi istri gue." lanjutnya.

Yola mendongak, tiba-tiba menyatukan bibirnya. Viran pun menyambut walau sebenarnya dia ngantuk.

***

"Pagi.." bisik Viran sambil mengecup ringan leher, rahang dan pipi Yola.

Yola menggeliat, mengusap kepala Viran dan mendorongnya pelan. "Geli." gumam Yola.

Yola membuka full matanya, membiarkan Viran main di dadanya. Ndusel bagai kucing. Penyambutan yang manis di pagi hari yang hangat.

Rasanya berbeda semenjak status berubah, rasanya plong. Rasanya ringan dan tidak gelisah tak beralasan.

"Geli.." Yola menahan kepala Viran yang masuk ke dalam piyamanya.

Viran terus naik hingga sampai di dua bukit yang empuk itu. Hanya mengecup lalu kembali keluar.

"Mau periksa kandungan?" Viran mendekati Yola dan memeluknya, menyandarkan kepala di antara leher Yola. Pipinya bersandar nyaman di tempat yang empuk.

"Hm.. Nanti siang mantan lo adakan?"

Viran menggigit bahu Yola lalu menyesap lehernya kesal saat mendengar kata mantan keluar dengan mudah dari mulut Yola.

"Sshh.. Apaan sih!" Yola menepuk bahunya kesal.

"Yunita! Namanya Yunita. Dan stop ngomong lo-gue! Kita udah bukan sahabat." Viran masih betah bermain di leher Yola, membuat jejak di sana.

Yola bisa merasakan sesuatu di bawah sana menggeliat dan saat itu Viran mendongak. "Capek ga?" tanyanya.


Genting (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang