41. Kecanduan Leher.

28.6K 1.9K 40
                                    


       Viran menyudahi meeting hari ini, para pegawai pun membubarkan diri setelah Viran meninggalkan ruangan.

"Gila sih, lehernya." bisik pegawai wanita pada rekannya sambil cekikikan.

"Merah-merah jejak cinta." balasnya sama geli.

Di lain tempat, Yola tengah asyik memakan jeruk yang rasanya asam itu. Terlihat begitu menikmati.

"Katanya muntah?" tanya Viran yang baru datang sambil melepas jas yang membalut tubuh gagahnya.

Sekertaris Viran menutup pintu tanpa berniat ikut masuk ke dalam.

Yola melirik lalu hanya mengangguk karena dia sedang sibuk mengunyah.

Viran membingkai perut Yola yang kini semakin buncit itu sambil mengecup puncak kepala Yola lalu berjalan menuju kursi kebesarannya, meninggalkan Yola yang asyik makan jeruk dan menatap laptop.

Yola sedang suka nonton drama Korea.

Yola mengusap perutnya yang semakin jelas terlihat karena atasannya yang ketat. "Semoga kamu seganteng oppa ya, nak." harapnya.

Viran yang mendengar sontak mendengus. "Sperma aku jangan ngaco!" balasnya acuh sambil mulai menyalakan beberapa tab dan laptop.

"Kalau gitu anak kedua nanti aku minta sperma oppa." ringan Yola yang jelas saja bercanda.

Viran tidak merespon karena jelas saja itu tidak mungkin. Yola akan habis di tangannya kalau sampai iya.

"Aku mau minta sperma, oppa." Yola kembali bersuara saat Viran tak kunjung meresponnya.

Viran masih sibuk sendiri.

Yola mendengus sebal lalu kembali menjejalkan jeruk ke dalam mulutnya.

"Gue bahkan akan minta sperma, Rama." ngegasnya.

Viran merespon dengan tajam dan tidak suka. Yola begitu sembarangan. "Punya gue ga cukup?" tanyanya malas plus jengkel dan agak marah, padahal dia harus segera menyelesaikan tugasnya.

"Hu'um, kurang sayang." manja Yola dengan tatapan menggoda yang agak menyebalkan. "Aku mau lagi, ayo.." lanjutnya ala bocah yang merengek meminta permen.

Viran yang hendak marah jadi tertawa geli. "Ga pantes sumpah. galak aja, sayang." balasnya.

"Lo juga! Ga pantes panggil gue terus-terusan sayang!" sewot Yola sambil kembali menjejalkan jeruk ke dalam mulut.

"Protesnya telat. Udah bagus aku-kamu, sekali emosi lo-gue lagi." gumam Viran cuek.

Padahal Viran tahu kalau Yola sudah mulai terbiasa dengan panggilan sayangnya. Buktinya sudah lama tidak protes walau siang ini protes, pasti hanya karena Yola tidak mau kalah saja.

"Mulai benci nih gue!" tegas Yola.

"Love you, too." balas Viran dengan sibuk sendiri.

Yola mendengus keras lalu kembali mengupas jeruk.

***

"Berapa bulan, Land?" tanya Alinda, teman SMP Yola yang kebetulan bertemu di mall.

"5 bulan pas nanti lusa." jawab Yola sambil mengusap perutnya.

Viran masih diam, melilit pinggang Yola dengan sebelah tangannya. Dia tidak kenal Alinda makanya dia hanya diam, yang penting kenalan sudah.

"Aduh, bentar lagi dong ya? Lancar-lancar ya, Land. Eh iya! Gue ga bisa lama-lama nih, gue duluan ya." pamit Alinda.

"Hu'um, hati-hati ya.."

Viran dan Yola pun melanjutkan langkah.

"Dia itu rese banget waktu SMP, ga suka banget sama dia." celetuk Yola dengan menekuk wajahnya agak sebal.

"Yakin? Respon kamu baik, ramah banget." balas Viran cuek-cuek bebek.

"Orang emang ada yang kayak gitu kali, senyum padahal benci, ramah padahal benci. Aku bahkan yakin kalau dia juga sama ga sukanya, buru-buru pamit."

Viran tidak menyahut, menurutnya tidak terlalu penting. "Jadi kita ke toko mana dulu?" tanyanya mengalihkan topik ke arah yang lebih penting.

"Toko khusus perlengkapan bayi aja, lagi mau nabung pakaian."

Viran pun menuntun Yola ke salah satu toko mewah yang di khususkan untuk bayi dan balita itu.

"Lucu-lucu astaga!" padahal Yola baru saja masuk satu langkah.

Viran pun melepaskan Yola yang kini sudah pergi lebih dulu ke arah kasur bayi, Viran hanya mengekor santai.

"Warna apa ya? Serba putih bagus ga? Biar netral."

Viran hanya mengangguk, dia mempercayakan sepenuhnya pada sang istri. Viran memilih duduk menunggu Yola selesai belanja.

Pemberitahuan transaksi muncul. Yola menghabiskan uang hampir 100 juta, entah apa saja yang dia beli.

"Aku kalap, aku mau ini itu." ujar Yola setelah berdiri di hadapan Viran.

Viran mendongak lalu mengusap perut Yola dan setelahnya berdiri. "Ga papa. Udah?" tanyanya.

Yola mengangguk. "Banyak banget bawaannya, suruh orang aja."jawabnya.

Viran mengangguk. "Mau kemana lagi?" tanyanya kalem.

"Emang boleh? Aku belanja hampir 100 juta." cicitnya di akhir.

"Boleh, sayang." jawab Viran singkat lalu sibuk dengan ponselnya untuk menyuruh seseorang membawakan belanjaannya.

***

Viran terlihat fokus ke arah tab lalu mendesah pelan saat lehernya di hisap Yola. Leher tempat sensitifnya dan Yola kini begitu kecanduan menghirup, menyesap, mengecup atau bahkan menjilat lehernya.

Yola seperti vampire yang kali ini bukan menyedot darah tapi menyedot akalnya sehingga ingin bersetubuh lagi dan lagi.

Viran berusaha tenang walau sebenarnya meremang. Masa iya dia menggempur Yola setiap hari sampai dua kali dan sekali itu beronde-ronde, Yola sedang mengandung kasihan dan takutnya terjadi masalah serius.

"Geli, sayang." Viran mengusap kepala Yola sekilas lalu kembali menatap tab.

Yola semakin gemas menghirup wanginya, ngidamnya memang aneh. Hanya begini saja rasanya tenang, enak.

"Aduh, Nda." Viran kembali mengusap kepala Yola. "Jangan di gigit, udah terlalu banyak bekas." keluhnya.

Masalahnya Yola tidak mau leher merahnya itu di tutup apapun saat pergi ke kantor dan Viran tidak buta kalau semua pegawai membicarakan lehernya.

"Ahh, Nda." Viran melenguh ngilu saat jemari Yola tidak sadar menahan beban tubuhnya tepat di pusat intinya yang mengeras.

Yola menjauhkan wajah. "Ayo tidur, ga tahu kenapa maunya bareng-bareng." keluhnya.

Viran tersenyum tipis. "Sini perutnya, mau berterima kasih dulu sama dede bayi karena udah bikin si tukang risih jadi mau terus nempel." kekehnya lalu mencium perut Yola.

Yola mendengus. "Kapan gitu? Ga pernah tuh risih." tolaknya keras kepala.

Viran memilih mengalah lalu mengecup dagu Yola mengabaikan tegang di bawahnya. Yola malah membalas dengan mengecup bibir Viran.

"Makin agresif." bisik Viran di bibir Yola.

"Ga suka?"

"Suka, sayang." balas Viran lembut yang membuat Yola mengulum senyum tersipu, entah sejak kapan dia suka di panggil sayang. Rasanya spesial.

Genting (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang