Yola mengendus ketiak Viran tanpa bosan-bosan, kadang menggigit lengannya walau reaksi Viran hanya melirik. Merasa gigitan itu bagai semut yang menyapa.
"Istrinya liatin, kerjaan mulu. Gue bosen, mau pulang." Yola merengek agak manja dan itu agak menjengkelkan di telinga Viran yang tidak biasa dengan kemanjaan Yola.
Tapi suka, hanya waktunya saja kurang tepat.
Viran yang mulai sibuk jelas tidak bisa sesantai saat menjadi ketua gangster. "Bentar." balas Viran tanpa mengalihkan fokus.
Yola manyun, entah kenapa dia begini. Ingin Viran fokus padanya, ingin di sayang-sayang daripada di abaikan seperti ini.
Bawaan bayikah ini atau dia saja yang mulai bergantung pada sahabat yang merangkap suami itu?
"Gue marah! Ga akan aku-kamu bahkan ga akan panggil papa atau sayang!" tegasnya penuh rajukan dan tak lupa membuat jarak.
Viran menghela nafas kasar, dia benar-benar sedang pusing karena di lilit kerjaan barunya. "Bisa tunggu ga? Kamu pikir aku lagi ngapain?" jengkelnya.
Yola menekuk wajahnya, tidak percaya dengan respon Viran. Tatapan Viran bagai muak dengan kehadirannya.
"Oh yaudah, lo pulang! Kerja di kantor dan jangan ke sini lagi!" tegas Yola dengan suara bergetar dan kedua mata merebak basah.
Yola semakin menjauh dengan turun dari kasur rumah sakit, mendorong tiang infusannya untuk mengikuti ke arah sofa dengan lemas tentu saja.
Viran jelas menyingkirkan laptop, tab dan ponsel yang ada di pangkuannya ke nakas. Dia mendekati Yola yang masih lemas.
"Nda.." panggil Viran melembut. Viran meraih pinggang Yola agar tidak ambruk ke bawah saking lemasnya.
Viran menghela nafas, mulai menyesal merespon Yola seperti tadi. Dia hanya sedang pusing, emosinya naik turun dan membuatnya tak terkendali.
"Ga mau lepasin!" lirih Yola dengan wajah terus berpaling, dia tidak ingin Viran menatap wajahnya yang basah oleh air mata.
Viran tetap merapat dan melilitkan kedua lengan di pinggang agak berisi Yola. "Hey.. Dengerin dulu, hm? Kita bicarain sambil tiduran, kamu harus istirahat total." ujar Viran agak berbisik lalu mengecup rahang Yola.
Viran sigap menggendong Yola yang mulai lemas, jelas Yola belum kuat berdiri.
"Lo muak sama gue!" marah Yola.
"Engga, sayang." di kecup bibir Yola yang gemetar dan terisak itu sekilas.
"Gue juga ga tahu kenapa gini hiks gue bosen! Gue ga suka di abaiin!" Yola mengeluarkan uneg-unegnya.
"Iya, sayang." Viran kembali mengecup bibir Yola beberapa kali sebagai ungkapan maafnya tak lupa mengatur posisi Yola dengan merespon ungkapan Yola seadanya.
"Lo fokus berjam-jam di depan laptop, tab sama ponsel tanpa lirik gue! Tanpa usap punggung gue!" cerocosnya agak sesegukan.
Lucu, Yola berubah garang namun manja hari ini. Viran cukup terhibur walau sempat jengkel karena ulah istri tercintanya itu.
Viran mengusap wajah basah Yola agar kering dari air mata. "Oke, sorry. Jangan nangis." di kecup dua kali bibir bergetar Yola yang menahan isakan itu.
"Gue ga tahu kenapa mau di sayang-sayang sama lo." lirih Yola dengan kedua mata kembali buram oleh air mata.
"Sstt.. Nanti makin lemes." Viran membawa Yola ke dalam pelukan, mengusap kepala dan punggungnya bergantian.
"Gue ganggu lo kerja hiks.. Gue ga tahu kenapa gini."
Viran menghela nafas. "Jadi ga mau berhenti nangis?" dia mencoba galak. "ga akan di sayang-sayang kalau masih aja nangis!" tegasnya.
Yola pun menggigit bibir bawahnya, mencoba menghentikan isakan dan air matanya. Entah apa yang terjadi, Yola sendiri sadar kalau dirinya berubah semenjak usia kehamilannya terus bertambah.
"Jangan di abaiin istrinya, kalau udah tidur baru boleh kerja." lirih Yola agak parau.
Viran mengecup kening Yola, mengecup wajahnya acak dan lama memberi kecupan berulang di bibir.
Tak lama Yola sudah terlelap di pelukan Viran, hal itu jelas langsung di manfaatkan. Viran meraih tab, membuka semua berkas tanpa melepaskan Yola yang betah lelap di pelukanbya.
Posisinya itu memang agak membuatntaya pegal, tapi tak apa yang penting Yola pulas.
Viran sesekali menanamkan ciuman. Entah di bibir, hidung, kening, bahu atau lehernya. Wangi sekali, Viran ingin membuat Yola menjerit kalau saja Yola sehat.
"Cantiknya, bunda." bisik Viran di sertai kecupan di pelipis dan hidung Yola lalu kembali fokus pada kerjaannya.
Viran menghela nafas lega saat kerjaannya selesai dan dia bisa istirahat sejenak.
Viran merapihkan kerjaannya di nakas lalu bergegas memeluk Yola dengan sedikit modus, mengusap, mengecup dan meremas sebentar.
Viran pun menyurukan wajahnya agar terbenam di leher Yola, dengan kepala menyandar di dada empuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Genting (TAMAT)
RomansaYolanda berpacaran dengan Gino. Hingga waktu membawanya pada Fakta bahwa Gino yang tampan memiliki selingkuhan yang tampan. Desakan menikah semakin menjadi, bahkan Yolanda akan di jodohkan dengan Kamal. Si aneh yang sangat Yolanda tidak sukai. Tak...