Yola melucuti pakaiannya, tidak bersisa. Berdiri di hadapan Viran dalam posisi polos dan berderai air mata.
"Ayo.. Lo mau seks kan?" Yola menahan sesak di dadanya, menahan semua lukanya. Yola hanya bingung harus melampiaskannya pada siapa.
Viran memejamkan matanya sejenak, tangannya terkepal menahan emosi. Yola membuatnya marah namun Viran tidak berani memarahinya karena begitu rapuh Yola saat ini.
"Ayo!" Yola mendekat, mengguncang tangan Viran dengan semakin berderai air mata. "Lo cuma ga mau rugi kan?" desaknya sambil mengangkat jemari Viran dan mendaratkannya di dada.
Viran menarik jemarinya, beralih membingkai wajah Yola yang terlihat kacau. Kehilangan Renal pasti sangat mengguncang Yola. Yola sangat dekat dengannya.
"Gue mau seks! Perjanjiannya abis nikah!" tekan Viran di depan bibir Yola yang bergetar menahan isakan. "stop bertingkah kayak gini! Gue ga suka." lanjutnya lalu menarik selimut di atas kasur dan melilitkannya ke tubuh Yola.
Kesannya Viran hanya suka seks dan seks.
Tanpa kata Viran menggendong Yola, merebahkannya di kasur dan membiarkan gadis itu menangis sesuka hatinya.
Viran memilih merokok, meraih satu botol kaleng bir di kulkas mini itu lalu duduk di sofa setelah membuka pintu balkon lebar-lebar.
Yola masih menangis, tidak bergerak dalam lilitan selimut itu.
Viran menyesap kuat rokoknya, mencoba menatap luar sesekali agar emosinya menguap. Dia cukup kesal tanpa alasan jelas.
Hampir 5 batang rokok Viran habiskan, bir pun sudah habis. Tubuhnya mulai menghangat nyaman, mulai tenang juga.
Yola bahkan kini terlelap karena lelah menangis.
Viran memutuskan untuk berhenti merokok, dia menghampiri Yola dan ikut terlelap di sampingnya.
***
Viran mengabaikan kemejanya yang kusut karena di pakai tidur. "Kita pulang, mama udah telepon." ujarnya saat melihat Yola membuka mata.
Yola mengerjap lalu bangun walau susah karena masih di gulung selimut. "Apa kata mama?" tanyanya pelan nan serak.
"Bukan apa-apa, gue tunggu di bawah." Viran berlalu begitu saja.
Yola menghela nafas, dia pun bergerak turun dengan malas kemudian memakai pakaiannya. "Ngapain sih lo, Yola?! Untung Viran masih waras ga sentuh gue!" geramnya pada diri sendiri.
Detik selanjutnya Yola kembali di peluk kesedihan, dia rindu papanya. Nanti siapa yang akan mengomelinya? Yang akan bawel menanyakan lokasi dan akan kalem kalau di tempat Viran.
Apa maksud papanya itu Viran yang terbaik untuk mendampinginya? Apa sepercaya itu papanya pada Viran?
Yola mengabaikan rambutnya yang belum di sisir, bodo amatlah. Dia memilih meraih tasnya lalu keluar kamar hotel untuk menyusul Viran.
***
Viran menoleh, menghentikan obrolan saat wangi Yola menyapa lalu kembali pada rekan dari rekan kerjanya.
"Kalau begitu saya pamit, bung Viran." pria itu melirik Yola lalu mangut sopan.
Viran hanya mengangguk samar lalu menatap lagi Yola. "Mereka udah ga ada." jelasnya.
Yola hanya diam layu, tidak peduli jika pun ada. Mereka pasti paham.
Viran merapihkan rambut Yola, membuat Yola nyaman hingga maju dan menyandarkan kepalanya di dada Viran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Genting (TAMAT)
RomantizmYolanda berpacaran dengan Gino. Hingga waktu membawanya pada Fakta bahwa Gino yang tampan memiliki selingkuhan yang tampan. Desakan menikah semakin menjadi, bahkan Yolanda akan di jodohkan dengan Kamal. Si aneh yang sangat Yolanda tidak sukai. Tak...