18. Di Lamar

41.7K 2.3K 173
                                    

"Thanks." Yola menyimpan jas Viran di meja kerja Viran.

Viran yang fokus memperiksa hasil kerjanya pun mendongak, mencekal Yola yang hendak pergi begitu saja.

"Kita perlu ngomong." tahannya sambil menatap tepat di kedua bola mata Yola yang terus meliar, seolah enggan membalas tatap.

Yola menghela nafas. "Gue tunggu di lobi." balasnya sambil melepaskan cekalan Viran namun Viran tidak melepasnya.

Tatapan Yola pun kini menatap Viran tepat di kedua matanya.

"Kemeja siapa?" Viran mengamati kemeja longgar yang bukan gaya Yola sekali.

Yola sebenarnya sudah tidak nyaman di pandang sesekali oleh para rekan kerja Viran yang baginya tidak terlalu akrab itu.

"Halisah."

Viran pun melepas cekalannya. "Ketemu di lobi, jangan kabur." tegasnya sambil kembali fokus ke komputer.

Yola hanya bergumam lalu berlalu agak tergesa saking risihnya karena banyak yang terang-terangan menatapnya.

***

Yola menyimpan segelas teh manis di meja, kakinya dia pangku sebelah dengan mata asyik memilih pakaian di ponsel.

Sudah 15 menit terlewat dan Viran belum juga datang. Yola memutuskan untuk belanja online agar tidak stress menunggu.

Yola memasukan pilihannya ke keranjang online, biar Viran yang bayar nanti.

Yola tersentak kaget saat seseorang meniup telinganya yang sensitif.

"Pulang." singkat Viran sambil membawa langkah lebih dulu, membenarkan jas yang di gantung di lengannya dengan santai.

Yola meraih tas, membawa langkah mengikuti arah yang di ambil Viran walau jarak mereka cukup jauh.

Orang yang peka pasti sadar kalau mereka sedang tidak akur. Karena biasanya Yola akan selalu seperti lintah.

Viran membukakan pintu mobil untuk Yola.

Jelas saja Yola memicingkan mata, tumben Viran seperhatian itu bahkan melindungi kepalanya lalu di usap sekilas sebelum menutup pintu.

Yola mendengus sambil menarik sabuk pengaman. Viran pasti sedang ada maunya, seperti ingin baikan contohnya.

"Kita makan dulu." ujar Viran setelah berhasil duduk dan mengatur posisinya di kemudi.

Yola tidak merespon membuat Viran menghela nafas kasar. Viran sangat sadar kalau kemarin ucapannya keterlaluan.

Selama perjalanan hanya hening, saat makan pun Yola berbicara seperlunya.

Viran menghentikan makannya, dia sudah tidak memiliki nafsu lagi.

"Yolanda.."

Yola menatap Viran setelah menyelesaikan minumnya. Sungguh langka, bahkan Yola merasa aneh saat Viran memanggil namanya lengkap.

Viran menarik nafas yakin. "Will you marry me?" lanjutnya serius.

Yola sontak mematung, nafasnya berhenti beberapa detik saking kaget dan merasa tiba-tiba. Dia pikir Viran hanya akan meminta maaf dan sebagainya.

Genting (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang