43. Menyelesaikan Masalah.

26.2K 1.9K 243
                                    

       Viran duduk di sebelah Jaenal dengan suram, suasana hatinya sedang tidak baik. Hari ini dia dan Yola kembali bertengkar.

"Minggu ini kenapa sih?" Jaenal terdengar jengkel melihat wajah suram Viran yang banyak di lihat di minggu pertama bulan ini.

"Makin sensitif. Keras kepalanya makin menjadi." curhat Viran lalu menghela nafas lelah.

"Dasar si bumil." Tion menyahut. "Kasih hadiah kek kali-kali, romantis dikit." nasehatnya.

Viran terdiam, cukup tertarik dengan ide spontan itu. Selama ini dia tidak pernah memberikan kejutan apupun, kadang sesekali dia masih memperlakukan Yola seperti sahabatnya.

"Hadiah?" Viran menatap kedua sahabatnya yang terlihat agak acak-acakan karena baru pulang bekerja.

"Jangan tanya gue." jelas saja Jaenal tidak punya pengalaman romatis. "Paling gue kasih saran beliin buku." kekehnya.

Viran pun menatap Tion yang menjadi harapan satu-satunya, Raja tengah sibuk mengurus lahiran anaknya jelas saja tidak bisa membantu.

Tion berdehem. "Gini, sekalian beli kado buat anak Dyah sama Raja gimana kalau kita ajak ciwi-ciwi yang pasti lebih tahu." usulnya.

Viran mengangguk saja, tidak ada pilihan lain yang penting Yola jinak tidak galak.

Jaenal tertawa pelan. "Pusingkan punya istri? Dia jadi ga bebas dan ribet." ujarnya.

Viran menghela nafas. "Lumayan ribet tapi enak. Ada yang urus. Bonusnya dia cantik banget kalau bangun tidur, perutnya lucu dan isinya anak gue." senyum pun terbit walau tipis.

"Anjir! Bucin dahlah." Tion menggeleng menyerah.

***

Viran menjilat bibirnya gugup, kenapa dia jadi kebingungan. Bertingkah romantis memang tidak gampang ternyata.

"Sayang, ini buat kamu.." Viran mengangsurkan bunga dan satu kotak bludru putih berisi kalung berlian.

"Engga-engga, kaku." Tion menggeleng penuh penilaian.

"Gini aja." Jaenal ikut bersuara. "Lo simpen dulu hadiahnya, lo deketin Yoland terus lo bujuk pake ciuman atau apa kek terus nanti lo bilang ada sesuatu. Gitu sih yang gue lihat di film." jelasnya.

"Lumayan, tiru aja dari pada tadi kayak robot." tambah Tion.

Viran berdehem, sungguh bukan gayanya. Dulu saat melamar Yola pun dia di arahkan para sahabatnya. Maafkan dia yang belum terbiasa soal romantis-romantisan apalagi kejut-kejutan.

"Lo belum kasih?" Tamara muncul dengan sibuk mencepol rambutnya dengan langkah terayun menghampiri mereka.

Viran bergumam sambil menatap bunga dan kotak itu bergantian. Dia merenungkan tingkahnya selama ini. Dia hanya bermesraan di atas ranjang, tidak ada kejutan seperti rencananya ini.

apa Yola menunggu selama ini?

Padahal dia sendiri yang menegaskan aku-kamu agar tidak terlihat seperti sahabat.

"Gue cabut!" Viran beranjak dengan yakin, dia sudah bukan anak remaja yang kasmaran. Dia akan semakin banyak beraksi.

Entah suka, entah tidak atau bahkan aneh yang penting dia berusaha membahagiakan Yola yang semakin sensitif. Mungkin cemas karena sebentar lagi akan lahiran.

***

"Ngapain pulang?" tanya Yola galak dengan tatapan dingin.

Viran mendekati Yola. "Aku salah apa? Kasih tahu, Nda." balasnya sambil meraih kedua sisi bahu Yola.

Yola hendak menepis namun Viran mengeratkannya, Yola pun pasrah dan memalingkan wajahnya.

"Mau terus-terusan berantem?" Viran meraih pipi Yola agar menatapnya.

Yola pun balas menatap walau tetap agak galak. "Lo susah di telepon dan gue susul waktu itu. Lo tahu apa yang gue liat? Lo malah berduaan sama Razita! Cewek gatel yang pernah making out sama lo!" bentaknya berderai air mata saking kesal lalu dia pun terisak.

Viran memejamkan matanya sesaat saat bentakan Yola tepat di depan wajahnya. Viran tidak tahu kalau waktu itu Yola main ke kantor.

"Gue ga bisa hentiin pemikiran negatif gue hiks.. Gue cape sama hiks pemikiran otak sendiri! Apa gue kurang layanin lo karena lagi hamil? Apa gue bosenin? Apa—"

"Hey! Apaan sih!" potong Viran tidak suka.

Yola menepis tangan Viran dengan sibuk terisak. Dia takut segalanya, dia sedang hamil tua yang pasti hal itu membuatnya cemas. Apa dia bisa melahirkan? Kini pikirannya di tambah dengan dugaan-dugaan buruk jelas saja bawaannya ingin meledak terus.

"Bilang ke gue kurangnya hiks di mana, bukannya udah perjanjian hiks gue ga mau lo jajan hiks.."

Viran masih diam menatap Yola yang tengah mengeluarkan keluh kesahnya itu.

"Gue bisa perbaiki hiks gue bisa belajar kalau emang gue kurang hiks di atas ranjang atau di dapur atau apapun hiks.."

Yola terus terisak, melepaskan semuanya saat itu juga.

"Udah?" tanya Viran setelah tangisan Yola agak mereda. "Giliran aku, oke?" lanjutnya lalu meraih Yola untuk dia peluk.

Viran mengusap punggung Yola dengan rasa bersalah. Dia tidak selingkuh, dia hanya membicarakan proyek baru. Soal making out memang salahnya dulu dia akui.

"Sayang.." panggil Viran teramat lembut, rambut pujaan hatinya dia kecup ringan. "Maaf. Kamu ga ada kurang apapun. Soal Razita, waktu itu kita cuma bahas kerjaan. Maaf udah bikin kamu nambah pikiran, Razita aku pindahin kalau kamu—"

Yola membalas pelukan Viran. "Gue takut, sekarang gue ketergantungan sama lo jadi bilang kalau kurang gue hiks gue bakalan—"

"Ga kurang apapun!" tegas Viran lalu mengurai pelukan. "Kamu ga kurang apapun, aku ga selingkuh ga akan pernah. Cuma kamu, mau kamu!" tegasnya.

Yola terisak.

"Nda.. Sayang.." Viran mengecup bibir Yola sekilas lalu menatapnya lagi. "Jangan takut, semua pemikiran kamu itu salah. Fokus ke bayi kita, oke?"

Yola mengangguk dengan membiarkan Viran menyeka air matanya. "Maaf hiks galakin kamu terus." lirih Yola dengan agak serak.

Lucunya Yola. Viran menyeka ingusnya, membuat hidung merah itu semakin merah. "Jelek banget kalau nangis, berhenti nangis." tegasnya.

"Cium dulu.." Yola menarik ingus lalu memanyunkan bibirnya sambil berjinjit.

Viran pun menempelkan bibirnya dengan suka rela, mengulum bibir sang istri mantan sahabatnya itu penuh kasih dan ketulusan.

"Emh— bentar." Yola mendorong pelan dada Viran. "Laper, makan dulu nanti lanjut." lanjutnya dengan lirih dan agak parau.

Viran tersenyum tipis. "Abis makan ada sesuatu buat kamu." di usap bibir basah Yola bekas jejaknya itu.

"Apa?" mata sembabnya memicing sesaat.

Viran mengecup kilat bibir Yola. "Rahasia." akhirnya dia bisa menyelesaikan kesalahpahaman.

Seminggu ini hubungannya dengan Yola memang pasang surut, ternyata masalahnya hanya salah paham.

Kedepannya Viran maupun Yola akan berusaha semakin terbuka dan mementingkan komunikasi. Tidak akan menyepelekan hal kecil lagi.


Genting (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang