Bab 12: Cemas

40 6 1
                                    

"Semua orang pasti pernah berbuat salah dan dianggap salah meski sebenarnya enggak. Tapi bukan berarti kita terus-terusan menyesal. Masih ada hari esok yang perlu dipikirin. Salah itu wajar, namanya juga manusia. Yang penting kita menyadari, menyesal, dan berusaha memperbaiki diri."

- Yasmine -

🎶

Rasyi tersentak. Dirinya pun mulai gelagapan. Ia tak menyangka jika gadis di hadapannya berani menunjukkan batang hidung.

Gadis yang lebih dominan itu memiliki rambut panjang dan lurus tergerai. Sementata yang sedari tadi diam berambut ikal sepanjang pundak.

Tiba-tiba perasaan menyesal menyelimutinya. Andai saja ia mau ditemani Lina, andai saja ia tidak memilih ke toilet saat sepi, andai saja ia tidak berangkat bersama Marvin, andai saja ia tidak punya hubungan dengan pemuda itu, dan andai-andai yang lain.

Semakin kesal melihat Rasyi yang hanya membisu, gadis berambut panjang itu pun mendorong tubuhnya hingga terjatuh ke samping.

Rasyi meringis kesakitan.

Sebelum berhasil bangkit, pundaknya diraih gadis berambut ikal, dan ditekan kuat agar tak bisa bangun. Lalu kaki gadis berambut lurus mulai menendang dan menginjak perut.

Sebelum teriakan lolos dari mulut Rasyi, mulutnya sudah disumpal dengan dasi.

Air mata gadis itu pun mulai luruh.

Tendangan lagi-lagi mendarat ke perutnya.

Memang tidak sesakit jika menggunakan sepatu, tapi jelas sekali mereka berusaha menyembunyikan jejak dengan bertelanjang kaki dan tidak menyentuh bagian muka.

Sungai dari mata Rasyi mulai deras.

Melihat korbannya mulai tidak berdaya, gadis berambut lurus itu pun menghentikan aktivitasnya.

Dengan sedikit berjongkok, ia memegang dagu Rasyi. "Kalo lo masih deketin Marvin, gue bakal ngasih yang lebih dari ini," ancamnya penuh penekanan. Lalu meninggalkan Rasyi. Temannya pun mengekori.

Rasyi menangis menjadi-jadi. Jadi ini ya rasanya di-bully??? Fisiknya sakit, lebih-lebih psikisnya. Sampai-sampai tidak ada niatan untuk mengadu karena takut mendapatkan hal yang lebih berat.

Satu-satunya jalan adalah menjauhi Marvin. Tapi, bagaimana bisa??? Apa yang akan pemuda itu katakan jika tiba-tiba sikapnya berubah dan mulai menjaga jarak?

Dengan susah payah, Rasyi pun berusaha bangkit. Ia membenarkan pakaiannya dan merapikan muka yang berantakan karena tangisan tadi.

Dengan langkah tertatih, gadis itu pun kembali ke kelas. Nanti jika ada yang bertanya, dia hanya cukup menjawab habis terjatuh. Bohong? Tentu tidak. Dia memang habis jatuh, mentalnya.

🎶

Yasmine sedari tadi memerhatikan Wenny dengan ekor matanya. Takut gadis itu akan sadar jika dirinya benar-benar menatapnya.

Sejak kejadian kemarin, Wenny lebih banyak diam. Yasmine kehilangan keceriaan gadis yang diam-diam dikaguminya itu.

"Ada apa sih, Min?" tanya Wenny tanpa mengalihkan pandangannya. Gadis itu masih sibuk mencatat. Untungnya guru sedang ada di luar. Mengambil sesuatu yang katanya ketinggalan.

Tersentak, Yasmine gelagapan karena ketahuan.

Yasmine pura-pura tidak paham dengan maksud teman sebangkunya. "A.. apa??"

Sialnya ia terbata, tentu saja membuat bantahannya tak mempan.

Kini Wenny menoleh. "Lo dari tadi liatin gue mulu, ada apa?"

Serenade untuk YasmineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang