Bab 4: Shine Bright, Stay Humble

54 9 8
                                    

"Daripada mikirin pendapat orang lain tentang lo, mending lo fokus aja sama diri lo sendiri. Selama yang lo lakuin itu bukan sesuatu yang buruk dan ngerugiin, jangan peduliin pendapat orang lain. Lo nggak bisa nutup semua mulut mereka. Tapi lo bisa nutup kuping lo biar nggak dengerin ocehan-ocehan mereka."

- Tio -

🎶

Lapangan mulai sepi karena jam pelajaran sudah berganti. Namun, masih ada dua orang pemuda tengah membereskan bola voli dan net portable.

"Tio!" Panggil sebuah suara.

Dua pemuda itu pun menoleh.

Terlihat seorang gadis dengan rambut panjang tergerai tengah menatapnya dengan tatapan sendu.

Dia adalah Wanda.

Gadis yang belum berganti seragam itu pun mendekat, dan berkata, "Gue mau ngomong sama lo."

Dahi Tio berkerut. Mau ngomongin apa lagi, sih? Bukanya udah baikan, ya? tanyanya dalam hati.

Marvin yang paham akan situasi pun mulai meraih jaring tempat penyimpanan bola voli dari tangan Tio.

"Biar gue yang beresin ini semua. Lo beresin dulu urusan lo sama dia," terang Marvin lembut sembari menepuk pelan pundak sahabatnya.

Tio tersenyum tulus, merasa bersyukur memiliki seseorang seperti Marvin di dekatnya.

🎶

Wanda mengajak Tio ke belakang sekolah yang cukup sepi agar mereka bisa leluasa membicarakan banyak hal.

Wanda mengajak Tio ke belakang sekolah yang cukup sepi agar mereka bisa leluasa membicarakan banyak hal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gue mau kita putus!" seru Wanda saat baru sampai di sana. Tegas dan tanpa basa-basi.

Dahi pemuda berhidung mancung itu berkerut. Putus??? Kenapa putus??? tanyanya dalam hati.

Ia saja masih belum bisa memahami kenapa kekasihnya terlihat marah, apalagi melontarkan kata putus.

"Kenapa?" tanya Tio lirih.

Gadis itu menarik napas dalam-dalam dan berusaha menghindari kontak mata dari Tio.

"Lo tau nggak kalo tadi gue di-ghibah-in sama anak-anak??? Kayanya gue manfaatin lo biar bisa naik motornya Marvin???" Nada bicara Wanda mulai meninggi. "Kenapa lo nggak pake motor sendiri aja sih???"

Tio menghela napas panjang. Berusaha menetralkan amarahnya yang mulai tersulut.

"Motor gue lagi di bengkel. Lagian bukan gue yang minta, tapi Marvin sendiri yang nawarin."

"Ya kan lo bisa ngomong sama gue yang sebenernya. Jadi nggak usah pake motor orang lain segala. Dan bikin gue jadi bahan ghibah anak-anak." Emosi gadis itu belum surut juga.

Serenade untuk YasmineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang