Bab 22: Softboy

54 5 0
                                    

"Yang namanya manusia itu makhluk sosial. Jadi pasti saling membutuhkan. Nggak udah menolak kebaikan orang lain. Apalagi kalo kamu nggak punya opsi lain lagi selain menerima atau harus menderita."

- Marvin -

🎶

"Kamu mau pulang?" tanya sebuah.

Untung pijakan kaki Yasmine benar-benar menetap di permukaan yang rata. Jika tidak, gadis itu pasti langsung jatuh karena saking terkejutnya.

Itu adalah suara Marvin. Dia sudah bangun dan mengenakan hoodie berwarna abu-abu. Sepertinya habis jogging.

Setelah sudah bisa menguasai diri, gadis itu pun menoleh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah sudah bisa menguasai diri, gadis itu pun menoleh. Ia pun menjawab dengan anggukan sambil tersenyum kikuk.

Yaasmine tak menyangka jika pemuda yang rambutnya masih sedikit acak-acakan itu sudah bangun. Apalagi memergokinya yang akan pergi.

"Bentar. Aku bilang dulu ke Mang Dadang buat anter kamu."

Yasmine menatap Marvin sekilas. "Nggak usah, Kak," tolaknya buru-buru. Ia tidak mau merepotkan. "Aku naik angkot aja." Pandangan gadis yang masih mengenakan piyama Rasyi itu pun kembali tertuju pada lantai.

"Jam segini masih susah juga nyari angkot lewat, terminal juga jauh. Dan belum tentu keburu bolak-balik dari sini ke rumah kamu terus ke sekolah karena bakal ngetem. Mending dianter Mang Dadang aja. Biar Rasyi berangkat sama aku."

Rumah keluarga tersebut berada di sebuah perumahan yang lumayan elit. Selain jalanan yang rumit, jalan raya juga cukup jauh.

Alasan pemuda itu sebenarnya logis dan benar-benar solutif. Tapi tetap saja gadis itu merasa tak enak menerima bantuan.

"Aku naik gojek aja, Kak." Lagi-lagi menolak. Memang akan boros jika naik ojek online, tapi setidaknya itu merupakan usaha terbaiknya.

"Jangan siksa dirimu sendiri dengan nolak kebaikan orang lain."

Yasmine tersentak. Pandangannya pun tertuju pada mata teduh milik Marvin.

"Yang namanya manusia itu makhluk sosial. Jadi pasti saling membutuhkan. Nggak udah menolak kebaikan orang lain. Apalagi kalo kamu nggak punya opsi lain lagi selain menerima atau harus menderita."

Gadis itu kembali menunduk. Tidak punya alibu untuk membantah pemuda di hadapannya.

"Kecuali kalo emang yang menawarkan kebaikan itu mencurigakan atau punya maksud lain."

Iya juga sih, tapi tetep aja nggak enak, bisik hati Yasmine.

"Kamu nginep di sini atas permintaan keluarga sini. Jadi nggak usah ngerasa sungkan."

Serenade untuk YasmineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang