10

1K 154 18
                                    

[Story ini akan fokus ke flashback saat Jaemin dan Winter pertama kali bertemu]




Recommended Song :
Taylor Swift - Enchanted (Taylor's Version)


















Jaemin memasuki rumah besar Mark dengan kedua tangan yang ia masukkan ke saku. Ia ada rencana dengan Mark mau balapan. Langkah besar Jaemin mengikuti Mark memasuki area dapur. Jaemin duduk di meja makan sembari melihat Mark yang membuka kulkas untuk mengambil minum.

"Bang, gue baru tahu lo anggota 127 Squad. Mana sama Haechan juga. Pantes ya kalian berdua selalu bareng dan absen mulu kalau kita kumpul. Rupanya punya geng lain." Jaemin mengeluarkan unek-uneknya. Fakta yang sangat mengejutkan memang. Dan itu baru terbongkar 2 hari yang lalu. Ia dan Jeno iseng berputar-putar mengelilingi kota saat larut malam, dan tanpa sengaja bertemu 127 Squad yang sedang berkumpul di pinggir jalan. Yang membuat dirinya dan Jeno hampir terjungkal adalah kehadiran Mark dan Haechan disana.

Bahkan memakai jaket khas geng itu dengan tulisan 127 di kerahnya.

"Gue lebih dulu gabung geng mereka sebelum Dream Club, tentunya sama Haechan. Terus gak lama pas kita satu SMP sekarang ini, kita makin dekat terus Renjun inisiatif buat geng karena hobi kita sama. Yaudah, gue iyain," sahut Mark santai. Ia ikut duduk didepan Jaemin sambil meletakkan sebotol cola dingin diatas meja.

"Terus respon 127 Squad gimana? Yang nge-double bukan lo doang, tapi Haechan juga. Mereka gak protes?" Jaemin tidak mengenal mereka tapi ia sering mendengar kalau geng mereka cukup terkenal, terutama di kalangan para pembalap motor. Mereka juga jarang berkumpul secara terang-terangan. Wajar kalau Jaemin tidak tahu siapa saja anggotanya.

Mark tertawa ringan. "Mereka biasa aja. Malah ngedukung. Bang Taeyong malah pengen ketemu kalian sejak lama."

"Jadi, 127 Squad udah tahu duluan kalau lo sama Haechan jadi anggota Dream Club? Dan mereka biasa aja?"

"Ya. Gue sebenarnya juga pengen cerita, cuma waktunya gak tepat. Gue lagi nyari moment yang pas. Rencananya sih pas balapan minggu depan. Tapi kepergok duluan sama lo dan Jeno."

Jaemin berdecak. Agak kesal juga kenapa Mark menyembunyikan itu semua. Tapi ya mau bagaimana lagi, semua sudah terjadi. Mau marah juga percuma. "Terus anak-anak yang lain gimana?"

"Sebelum ngajak lo kesini gue udah disidang. Jeno yang ceritain semuanya ke yang lain. Renjun sampai ngamuk-ngamuk ngatain gue ketua pengkhianat. Untung aja Chenle dan Jisung bisa ngerti. Renjun juga udah dijelasin sama Haechan. Sumpah, tadi lo harus lihat gimana adu mulutnya Renjun sama Haechan." Mark geleng-geleng kepala mengingat kejadian beberapa jam yang lalu.

Jaemin tertawa membayangkan kedua temannya itu saat adu mulut. "Saling nyolot pasti. Mereka kan keras kepala."

"Hampir gelud beneran. Renjun sampai ngancem mau keluar dari Dream Club malah."

"Gue paham kalau Renjun merasa emosi gitu. Secara dia yang punya ide buat bentuk geng ini. Mungkin dia merasa kecewa karena lo gak mau terus terang. Dia ngerasa bersalah karena buat geng ini dimana dua anggotanya udah jadi anggota geng lain."

Kepala Mark mengangguk-angguk. "Iya, dia tadi bicara gitu. Gue sama Haechan udah minta maaf. Tapi dia gak jawab. Dia milih pergi ninggalin markas." Mark menarik nafas sebentar. "Mungkin dia butuh waktu."

"Setidaknya kalian berdua udah minta maaf dan udah ngejelasin. Renjun punya pikiran dewasa. Gue yakin dia bakal ngerti, dia cuma butuh waktu."

"Gue nyaman banget sama kalian berenam. Pas Renjun punya ide buat bikin geng, gue waktu itu mikir kalau hal ini bisa bikin persahabatan kita makin erat. Gue gak mikir yang lain, gak mikir resikonya apa dan gue seolah lupa kalau gue juga anggota 127 Squad. Yang gue pikirin cuma kalian, adek-adek gue. Ngeliat kalian antusias sekali gue jadi ngerasa tersentuh. Mungkin Haechan juga ngerasain hal yang sama kayak gue. Dia malah yang paling semangat waktu itu, kan? Dia yang buat nama ini, Dream Club. Haechan yang buat."

I'm YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang