Malam ini updatenya, Petir oke, kan?
Aku sibuk hari ini, maklum aja ya, belum terlalu baik merevisi, jadinya writes block, doakan yang terbaik 💌Selamat membaca, semoga terhibur!
***
Selesai mengantarkan, Adrian langsung pamit untuk pulang, tidak berniat berlama-lama di sana, mereka tidak akrab. Tiba-tiba, dari dalam rumah itu, seseorang memanggil Adrian, lirih. Itu nenek si gadis, usianya tidak kurang dari enam puluh tahun, tetapi fisiknya masih terlihat bugar. Adrian menghampiri dan menyalami sang nenek, memperkenalkan diri sebagai bentuk tanggung jawab karena telah mengantarkan cucunya-lebih tepatnya merasa malu karena tadi tidak berniat menemui sang nenek.
"Tidak mau mampir dulu, Cu? Nenek buatkan susu jahe hangat, kamu pasti kedinginan." Sang nenek menawarkannya ramah, Adrian menolak dengan sopan, dia minta izin untuk pulang sekarang karena banyak tugas sekolah. Sayup-sayup, Adrian mendengar percakapan mereka berdua di belakang, "Ara, temanmu baik sekali, tidak seperti yang biasanya. Pertahankan, ya,"Adrian menelan ludah.
Mereka bukanlah teman.
***
Adrian menghempaskan tubuhnya ke kasur, tasnya dilempar sembarangan, letih seharian mengendarai motor seperti seorang turis yang kepo, ingin keliling kota mengenal berbagai tempat, dan Adrian akhirnya menemukan titik tujuan baru.
Sudah pukul tujuh malam, diluar sana, hujan mengguyur kota. Belum berhenti sejak maghrib. Soal-soal US tahun lalu sudah selesai dipelajari, dilanjut membaca materi tentang marketing, itu cukup untuk membuat Adrian migren.Panggilan masuk dari Faro, "Sedang belajar mandiri, Nak?" Adrian mengiakan, tidak menjawab lebih dari itu. Faro banyak menasihati kali ini, dia akan pergi ke luar kota untuk sementara waktu, Adrian tentu tidak perlu membuntutinya seperti dulu lagi. Selama telepon berlangsung, Adrian lebih banyak mendengarkan, mengiakan, berdeham. Tidak sedikit pun berminat membalas jawaban lain karena takut salah bicara, Faro terlalu emosional.
"sampai sini paham, Nak?""Iya, Pa."
"Bagus. Oh, barusan Om Juned sudah Papa suruh beli buku soal-soal, juga Papa nitip rekapan pengeluaran perusahaan bulan lalu, tolong selesaikan, ada yang keliru." Astaga, keliru dalam perhitungan sama saja rugi. Adrian menebak-nebak maksud dari perintah Faro; pertama, itu bisa berupa latihan, hanya data palsu yang diambil dari suatu situs atau lainnya, lalu diberikan kepada Adrian untuk diselesaikan sebagai bentuk 'ujian'; kedua, ini adalah hal serius yang begitu diharapkan oleh Faro, entah karena sebentar lagi dia akan meminta Adrian untuk menggantikan posisinya, atau hal lain yang lebih berat dari itu. Adrian menelan ludah, tidak berani menyanggupi 'beban berat' tersebut, dia masih terlalu dini untuk hal sebesar ini."Sudah dulu teleponnya, ya, Papa ada rapat sampai larut malam. Tolong beritahu Bi Euis, siapkan beberapa keperluan Papa untuk keluar kota, besok pagi Papa pulang."
Telepon berakhir, tapi bekasnya masih berlanjut, pusingnya terasa sampai sekarang, bahkan lebih parah.
Adrian mengambil sesuatu dari laci meja belajarnya, yap, sebuah foto. Ada enam laki-laki remaja dengan kostum yang sama, jaket kulit berwarna hitam, gaya berfoto masing-masing dari mereka berbeda-beda, ada yang eksis, ada yang kikuk, tidak berekspresi, terpaksa, bahkan menunduk. Adrian memandangi foto itu, menempelkannya di mading kecil di samping meja belajar, momen itu tentu berharga, dia merindukannya."RADEN!"
Teriakan dari luar terdengar sampai kamarnya, astaga. Adrian buru-buru mengecek ke balkon kamar, mencari tahu siapa yang baru saja berteriak memanggilnya padahal bel rumah terlihat jelas di samping pintu utama.
"RADEN, INI SAYA, JUNED! AYO TURUN, DEN! ADA PENTOL MURAH, NIH!" Adrian menepuk dahi, kenapa dia bisa lupa kalau perilaku aneh seperti itu hanya biasa dilakukan oleh 'pamannya', Om Juned. Adrian mengaduh pelan, nasib punya paman ekstrover, harus bersabar jika sudah kumat dengan tingkah hebohnya.
"AYO DEN CEPAT! MANG PENTOLNYA KEBURU KABOR!"
KAMU SEDANG MEMBACA
ADRIAN [ REVISI ]
Teen FictionKetika kamu memutuskan untuk patuh, Ketika kamu memutuskan untuk diam, Ketika kamu memutuskan untuk kuat, Maka kelak, kamu akan menjadi apa yang telah kamu 'rakit' di hari ini. Start: 2021 End: 2022 Start revision: 20 Des 2023 End: ?