31. Second Home?

18 8 6
                                    

Masih nungguin ya kann?
Sini dulu tsay>>>

Selamat membaca!
-

-

-

-

-

"Gue bener bener minta maaf,"

Cowok itu menjewer kedua kupingnya, menatap member Lione satu persatu, tatapannya tulus, kok.

"Ini salah gue, gue bahkan gak tahu harus minta maaf dengan cara apa, gue malu, maafin gue, ya?"

Kelima member itu saling menatap, kode mata tak pernah lepas dari kebiasaan orang Indonesia ketika dihadapkan dengan masalah perasaan.

"Gue–"

"Udah, Adrian, cukup! Lo udah ngucapin minta maaf delapan puluh delapan kali." ujar Cakra sambil melepaskan tangan yang terus menjewer telinga itu, warnanya sampai merah.

Adrian menatap Cakra polos. Jujur saja, walaupun tingkahnya sedikit cuek, kadang keibuan, tapi karena watados-nya alias wajah tanpa dosa yang dia miliki, kelima member jadi paham, apalagi mereka sudah bersama hampir satu setengah tahun.

"Iya, kita juga minta maaf karena udah terlalu menghakimi dan mempertanyakan prinsip lo. Kita udah seburuk itu sama lo, maafin kita, ya?"

Adrian langsung mengangguk, kedua ujung bibirnya tertarik hingga membentuk senyuman yang sempurna, gigi yang berbaris dengan rapi terlihat sangat jelas, matanya yang melengkung bahkan hampir tertutup itu gagal membuat member lain membencinya.

Tatapan dan senyuman Adrian itu sangat tulus, karena yang mereka tahu, Adrian jarang mendapat perlakuan baik dari orang-orang sekitarnya, hanya Bi Euis, dan mereka–walau baru satu setengah tahun lalu, dan sempat bertengkar. Faro? Mereka sama sekali tidak mrngharapkan pria itu meski sekarang katanya dia sudah mulai luluh dengan Adrian.

Bintang berjalan mendekati Adrian, menarik bahu cowok itu dan memeluknya. Tak mau kalah, member yang lain pun ikut berpelukan layaknya teletubbies.

Mereka sudah cukup memahami satu sama lain, mereka juga paham, Adrian hanya membutuhkan kasih sayang yang tulus, yang mau menerima kekurangannya, dan keluh kesahnya. Adrian selalu berusaha untuk memperlakukan member Lione dengan baik. Dia hanya tak ingin dirinya sama seperti orang-orang yang 'pernah' singgah di kehidupannya.

Yang terpenting, mereka juga pahan jika Adrian seperti itu, memang wataknya yang sudah terbentuk dengan sedemikian rupa, dan risiko itu harus mereka terima. Adrian? ya, dia juga sadar akan sifat buruknya akibat masa lalu yang membentuknya. Jika harus mengakui, Adrian juga sedih melihatnya seakan egois pada orang lain, terlalu mendahului prinsip pada orang terdekatnya.

"Lucu banget kita kayak teletubbies, berpelukan," gurau Cakra masih memeluk erat orang di depannya.

Merasa geli, mereka melepaskan pelukan itu secara bersamaan. "Udah, gak usah lama lama, nanti salah paham."

Semua tertawa mendengar ucapan Khandra yang selalu diluar dugaan.

"Tapi, sesuai janji gue waktu itu, ini, buktinya."

Banyak sekali.

*****

"Syukurlah, aku yakin kalau kamu bisa ambil jalan terbaik."

ADRIAN [ REVISI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang