16. Dugaan Meleset

15 7 5
                                    

Aloooo💐💐💐
Malmal tau g si, g y?

Ups, pendek pendek aja yh😇🙏
Jangan skip narasi
Let's goooo~

-

-

-

-

"Ya! Satu... Dua... Tiga...."

"Adrian, kalau rekor push up lebih dari Papa, kamu boleh minum kopi Papa selama sebulan!"

Pagi ini dihari libur, Faro mengajak anak bungsunya untuk olahraga bersama. Entah atas dasar apa dia melakukan ini, tapi selagi itu baik mengapa tidak? Adrian sempat berpikir, apakah setelah ini Faro akan berhenti mengekangnya soal pendidikan?

Faro memang menyayangi Adrian. Baginya, kekurangan Faro hanya satu, terlalu memaksakan keinginannya pada Adrian terutama soal pendidikan. Cowok itu secara tidak langsung terluka secara batin karena tekanan yang berikan sang ayah. Faro adalah ayah yang baik, jika tidak, maka Adrian tidak mungkin tumbuh seperti sekarang ini, betul? Meskipun ada keterlibatan Bi Euis, tapi Faro tetap ada dalam proses pertumbuhan anaknya.

Masalah Dalisha, dia juga ibu yang baik. Adrian tidak pernah membenci kedua orang tuanya meskipun keadaan seakan akan memberi tahu jika mereka selalu melukainya. Adrian selalu memiliki harapan yang mungkin saja harapan itu perlahan menjadi kenyataan.

"Pa, kalau Ian kalah?" tanya Adrian iseng, kemudian Faro menjawab "Ya... Kalau kamu kalah, Papa mau dibuatin  nasi goreng."

"Beneran? Itu aja?"

Faro mengangguk, lalu menaikkan sebelah alisnya "Kenapa? Semenjak kamu masuk SD, Papa belum pernah makan nasi goreng buatan rumah lagi."

Keduanya pun tertawa bersama. Seperti yang terlihat, ini adalah momen langka yang tak akan Adrian sia-siakan. Bohong kalau dia tidak merasa aneh saat ini, namun, rasa bahagianya menutupi rasa curiga tersebut sampai akhirnya Adrian sengaja mengalah demi memberikan sepiring nasi goreng buatannya.

"Pa! Papa bisa mandi duluan. Nanti tahu tahu makananya udah jadi kok,"

Faro menggeleng gemas, anak bungsunya ini memang mudah excited jika dilihat-lihat. Adrian kini mulai memasuki rumah bagian belakang agar langsung menuju dapur, sementara Faro memilih masuk lewat pintu depan dan langsung pergi naik ke lantai dua untuk mandi dan bersiap kerja.

Tapi, ponselnya kini berdering....

"Halo?"

*****

Kamar berantakan, mood lebih berantakan. Tampaknya itu sebuah mimpi yang sangat sangat buruk bagi Inara. Bagaimana bisa dia melupakan tugas biologinya yang harus dikumpulkan senin besok? Sial!

"Aishh!" Inara mengacak rambutnya, mencoba untuk tenang sekarang itu sulit karena suhu tubuhnya pun naik. Tenang, Inara. Tarik napas, buang....

"GAK BISA TENANG GUE ANJIR! SEKARANG HUJAN, MAU CARI LUMUT SAMBIL HUJAN-HUJANAN GITU?" Ngegas adalah kebiasaan Inara, jadi, terbiasalah.

ADRIAN [ REVISI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang