08. Aku dan Ini Semua

26 7 2
                                    

Halooo, lama tidak jumpa Petir uy🥺
Ayo vote Petir! Komennya jangan ketinggalan🤪



Pagi hari di SMA Arta Bimantara. Langit mendung kembali membentang dengan luas, menghalangi hadirnya matahari yang selalu ramah menyambut pagi. Adrian mengendarai motornya pelan, jalanan licin, tapi pengendara lain sibuk membunyikan klaksonnya, tidak mau mencoba memahami situasinya.

Di depan sana ada keramaian, Adrian menepi sebentar mengecek situasi, ternyata ada kecelakaan tabrak lari. Orang-orang zaman sekarang hanya memikirkan soal foto dan video, rekam, lalu di-posting ke sosial media, tapi jarang sekali ada niat yang tulus ingin membantu. Manusia selalu lupa dengan kodrat mereka, entah sejak kapan hal itu mulai memudar, dan lebih parahnya lagi, memangnya ada yang mau membuka matanya untuk menyadari hal seperti ini? ah, ini hal sepele. Tidak usah dibesar-besarkan. Begitulah seterusnya.

"Mas, tadi Ibu ini ditabrak mobil kenceng banget, terus kami gak tahu harus berbuat apa," jelas salah satu diantara mereka. Adrian mengerutkan keningnya.

"Kalau begitu kenapa kalian malah berkerumun seolah-olah ingin membantu? Di mana rasa empati kalian? setidaknya kalian hubungi ambulans, membawa Ibu ini ke pinggir jalan dan membantu membalut lukanya untuk sementara waktu sambil menunggu?" semua yang berkerumun mengangguk paham, malu dengan perilaku mereka. Ibu itu dibawa ke sebuah warung kopi, mereka melakukan pertolongan pertama sambil menunggu ambulans. Selesai membantu Adrian pamit lebih dulu karena harus berangkat sekolah, dia pasti sudah terlambat.


‧₊˚⋅✎📖⋅˚₊‧


Adrian dihukum untuk kedua kalinya dengan alasan yang sama-terlambat. Dia tidak begitu khawatir dengan pertanyaan guru BK terkait perubahan sikapnya yang semula rajin menjadi seperti ini. Toh, dua kali terlambat karena dua kali mengalami kejadian buruk di perjalanan bukanlah hal yang bisa dihindari. Kini dia berdiri di tengah lapang, menatap ke atas tepat pada bendera yang berkibar, tangannya hormat-sedikit ditekuk untuk menutupi mata karena silau. Banyak siswi yang menatapnya iba, sedih, bahkan ada yang sampai mendekatinya, memberikan sebotol air mineral, Adrian hanya tersenyum tipis, itu tanda terima kasih.

Dia tertinggal dua mata pelajaran karena dihukum, hanya karena terlambat dua menit, itu benar-benar merugikan juga menyebalkan. Irsyad duduk di samping Adrian, menyodorkan buku catatannya.

"Tadi guru PPKn gak ngasih materi, cuma guru biologi aja, itu juga sedikit. Salin sekarang aja." Adrian mengangguk, mengambil buku itu dan menyalin catatannya.

"Gimana bimbingan belajarnya? udah mulai terasa?" Adrian mengangkat kepalanya, "OSN itu sekitar empat bulan lagi, tapi kamu udah mempersiapkannya jauh-jauh hari,"

Adrian tertawa kecil, Khandra memang selalu berterus terang, dia satu satunya orang yang berani nyeplos entah itu hal baik atau buruk, tapi itu selalu menjadi kritik dan saran yang terbaik.

"Khandra, walaupun OSN masih lama, tapi sebenarnya waktu itu terus berjalan, semakin hari rasanya semakin cepat, dan itu gak akan terasa lama. Kamu juga gak ada salahnya mulai mencoba berbisnis, aku selalu suka bakpao buatanmu." Khandra tertawa, dia setuju dengan pendapat Adrian.

Tersisa tiga mata pelajaran lagi, siang ini hingga sore hujan menyelimuti kota, mengubah suasana kelas menjadi suram. Mereka bergegas pulang sebelum kembali terjebak hujan, karena akan repot jadinya jika tas sekolah basah, bisa-bisa semua tugas mereka hancur.

ADRIAN [ REVISI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang