05. Aku Mulai

77 38 164
                                    

Akhirnya aku update lagi setelah beberapa hari hilang😞😞🙏
Petir apa kabar? Absen sini>>>

Silakan membaca, semoga terhibur.

***

Terlepas dari sanksinya Bintang, Adrian memang yang paling sering absen rapat, karena itu hari ini dia mengajak yang lain untuk melakukan rapat di rumahnya saja, supaya dia bisa menghadiri secara fisik. Rapat dimulai-atau lebih ringan sebut saja diskusi-dan Adrian masih belum bisa fokus, masih teringat pesan Faro, dia harus mematuhinya.

"Misi memecahkan misteri sekolah ini masih berlanjut, dimohon bekerja sesuai tugas masing-masing, paham?"

Irsyad menyenggol lengan Adrian, "Heh, udah dulu lah, baca bukunya," Adrian menutup buku, dia mengiakan pertanyaan Bintang, serempak dengan yang lain. Sekolah mereka memang terbilang aneh, terkhusus Adrian, dia merasakan keanehan itu secara pribadi.

SMA Arta Bimantara, dengan sistem yang menitikberatkan pada 'kepintaran' siswanya, tentu membuat siapa pun merasa letih, tertekan menjalani segala kegiatan sekolah. Adrian, salah satu siswa yang sudah diberi 'tanda' oleh kepala sekolah, merasakan betapa kejamnya sekolah ini memerlukan para siswanya, mulai dari waktu pembelajaran yang ekstrem, tidak kenal istirahat. Sementara siswa yang tidak 'ditandai' mendapatkan perlakuan yang tidak acuh, dibiarkan begitu saja, dituntut pandai dengan belajar autodidak, dan itu tentu saja tidaklah adil. Belum lagi soal biaya, semua siswa diwajibkan membayar uang SPP sesuai kelas, dan peringkat. Banyak sekali korban akibat sistem pembelajaran di sekolah ini. Maka dari itu, Lione Gang dibentuk, dengan tujuan membongkar kekejaman yang terjadi selama ini, menutup mata dan hati seolah tak peduli, melegalkan tindakan diluar norma dan hukum.
"Aku cukup memaklumi setiap kesibukan kalian, termasuk kesibukan Adrian dengan pendidikan akademiknya. Itu penting buatmu. Jadi, aku harap kalian tetap fokus dengan kesibukan kalian masing-masing, tetapi juga totalitas dalam mengerjakan misi." ucap Bintang tegas, meraih berkas-berkas yang ada di hadapan mereka, di mana sejak tahun lalu, berkas tersebut masih belum bisa dipahami, pesan tersirat dan kode-kode rahasia pun belum bisa dipecahkan, dan sekarang menambah masalah baru dengan berkurangnya waktu berkumpul. Tidak apa-apa, selagi sama-sama mengingatkan, juga tahu akan kewajiban, tugas ini pasti akan selesai.

"Rapat hari ini kita tutup." semua mengucapkan hamdalah, akhirnya mereka bisa duduk santai, selonjoran sambil menonton acara televisi. Adrian mendekati Bintang dan Fariz-selesai rapat mereka berdua lanjut berdiskusi-ikut melihat berkas yang dipegang oleh Bintang.

"Album lama?" Fariz mengangguk. Dia yang mendapatkan album ini di sekolah, tepatnya di ruang kepala sekolah yang dulu, sekarang sudah menjadi gudang terlarang-jangan tanya kenapa Fariz bisa mendapatkannya. Jelas sekali, bukan? dia nekat dan membobol ruangan itu-kondisinya cacat, tetapi masih bisa dilihat. Foto-foto di dalam album itu hampir seluruhnya berisi tentang perjalanan proses pembangunan sekolah, ada wajah Hardi dan Reza di sana, selalu ada. Banyak sekali berkas yang mereka kumpulkan, dari mulai data sejak awal pembangunan sekolah, hingga foto album yang sedang mereka lihat saat ini. Akan tetapi, semuanya masih nol. Nihil. Kerja keras selama satu tahun terakhir tidak juga membuahkan hasil yang maksimal. Mereka harus memulainya lagi dari awal, atau melanjutkan perjalanan dengan menyita banyak hal. Apa pun itu, harus mereka lakukan segera. Secepatnya.


***


Selesai berkumpul tadi sore, Adrian langsung kembali ke kamarnya untuk belajar, karena buku soal-soal latihan barunya belum dia isi sama sekali. Besok lusa, bisa saja Faro tiba-tiba mengirim pesan dan bertanya 'Adrian, apakah kamu sudah mengerjakan soal-soal latihan dari buku yang Papa belikan kemarin-kemarin?' itu akan menjadi masalah jika nanti jawaban dari Adrian adalah 'belum, Pa. Ian lupa.'
Aku ngantuk, tapi aku baru isi sepuluh soal. Mata Adrian mulai berat, microsleep. Tubuhnya tersentak saat Adrian kehilangan keseimbangannya, lalu terjatuh ke samping dari atas kursi-tentu rasanya sakit, besok pasti jidatnya benjol-tetapi dia kembali duduk, memilih untuk tetap melanjutkannya daripada harus dikata-katain.
Telepon ponselnya berdering, Adrian sudah menduga bahwa Faro pasti akan meneleponnya, memastikan bahwa kegiatan Adrian tidak ada yang berubah meskipun dia pergi meninggalkannya.

ADRIAN [ REVISI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang