Episode 11 : Problem

13.4K 1K 5
                                    

Matthias melihat tumpukan kertas yang berada diatas meja belajarnya, kertas-kertas tersebut sudah berada disana selama seminggu lamanya.

Matthias menelpon seseorang, terlihat urat-urat dilehernya mengeras bersamaan dengan rahangnya.

"This time, don't let there be another failure! If not...you will know the consequences." Matthias sangat marah.

"We promise, this time there will be no mistakes. I will try so that the eldest son doesn't bother you again." Seseorang dari seberang sana juga, terdengar penuh percaya diri. Matthias jadi tambah marah.

"Make sure it actually happens! I don't want any more disturbances like this!"

(Tanda " seperti ini artinya pihak Matthias, pihak yang menelpon. Sementara tanda miring ini artinya pihak yang ditelpon)

"We will als---" Matthias menutup telpon itu dengan penuh amarah, pagi tadi seseorang baru mengabarinya, jika ternyata Elena bukanlah tunangannya, melainkan tunangan adiknya.

"Sial! Berani sekali tua bangkai itu! Padahal sudah delapan tahun berlalu! Beraninya!!"

"I won't let go of Elena! Even if I had to kill that dead rat!" Matthias melempar dokumen penting yang berada diatas mejanya, tanpa mau peduli tentang apa yang akan terjadi setelahnya.

"Shit!" Matthias keluar dari kamarnya, sambil membanting segala hal yang ia lihat, tidak peduli jika nanti Dia akan di marahi.

Prangg...!
Prangggg!

Brakkk...!

Matthias akan melempar guci antik kesayangan Ibunya, ke lantai. Tapi, setelah melihat adiknya datang, Matthias merubah targetnya.

Prangggg...!

"Shhh...ak-!" Nicholas memegang pelipisnya yang mengeluarkan banyak darah, akibat lemparan Matthias yang sangat kuat, tenaganya memang tidak main-main.

"Matthias sialan!! Maksud lo apa?!!" Nicholas berteriak sambil memegang pelipisnya yang terasa semakin sakit, sakitnya bertambah.

Matthias tidak menjawab, melainkan berjalan menuju Nicholas sambil mengambil pecahan guci antik dengan ukuran yang sedang itu.

Nicholas yang melihatnya, akhirnya mengerti.

"Gue nggak tau apa-apa tentang perjodohan itu! Gue juga nggak ada niatan buat ambil Elena dari lo! Sialan!" Ucap Nicholas yang mengambil tongkat golf Papanya, yang memang selalu ada di depan pintu utama.

"Kalo gitu, bilang ke bangkai itu! Bilang ke Dia! Kalo lo nggak mau sama Elena! Bilang! Bilang ke Dia! Kalo lo maunya Alana!!! Bilang!!!" Matthias terlihat semakin gila.

Nicholas tertawa sinis, padahal Dia baru saja pulang dari studinya. Malah disambut malaikat maut begini. Dan, lagi pula Nicholas benar-benar tidak tahu tentang hal itu, Ia baru tahu saat Alana menghubunginya setelah sampai di Bandara.

"Oke! Gue bakalan bilang! Kalo gue! Cuman mau Alana!" Teriak Nicholas.

Matthias menggenggam erat tangannya yang memegang pecahan guci itu, sambil memikirkan bagian mana yang bagus Ia lukai.

Dan, sayang sekali. Orang tua mereka datang di waktu yang kurang tepat.

"Astaga! Apa yang kalian lakukan?!! Kenapa rumah berantakan??? Kenapa ada banyak pecahan kaca disini?!! Dan..., Dimana guci antik Mama?!!" Ibunya berteriak, membuat Matthias melempar pecahan guci itu ke lantai dengan keras, hingga kembali terpecah-pecah lagi menjadi bagian yang kecil.

Twin's Antagonist : Male's Antagonist(New Version!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang