Selamat Hari Raya Idul Adha, semuanya...
😇🕋🕌💐💐💐
Masih ada rasa tidak percaya yang begitu mengganjal di hatinya, tentang Matthias yang mati semudah ini. Matthias yang Dia kenal adalah Matthias yang tidak mudah di sentuh, Matthias yang tidak dapat di singkirkan.
Tapi, sekarang,
Dia...mati?
"Gue masih nggak percaya kalo Matthias bisa semudah ini meninggal, lo tau sendiri kan? Matthias itu, Dia orangnya nggak mudah!" Ucap gadis dengan surai panjang, memperingati Elena agar tidak percaya dengan kejadian ini.
"Tapi...,"
"Elena! Bahkan, mayatnya aja nggak ada! Dia belum mati, Elena!" Elena juga ingin menolak untuk percaya, apalagi mayat Matthias yang tidak di temukan. Tapi, mobilnya hangus terbakar.
Erza yang sejak tadi berada di samping Angel, kini melihat Ibunya, Elena yang masih menangis sejak beberapa pria berseragam datang ke rumah mereka, itu sudah dua hari yang lalu.
Kenapa Mama menangis? Bukankah seharusnya Mama bahagia? Papa sudah tidak ada di sini lagi, ini kan yang Mama mau?
Erza benar-benar binggung, walau wajahnya sedang berekspresi datar. Tapi, tetap saja Erza binggung melihat Mamanya.
"Elen! Percaya sama gue! Matthias nggak mungkin meninggal secepat, dan semudah ini! Apalagi, ada lo sama anak kalian!"
"Clara, stop! Biarin Elena tenangin diri dulu, Dia masih syok." Ucap Rastha.
"Iya, harusnya yang kita lakukan sekarang itu ngehibur mereka. Apalagi ada Erza, Dia masih kecil..." Ucap Angel sambil mengusap lembut kepala Erza.
Clara kini beralih menatap Erza, anak itu begitu mirip dengan Matthias.
"Erza! Dengar kata Aunty! Papa mu belum meninggal! Dia, masih hidup!" Ucap Clara dengan lantang.
Clara pergi dari kediaman Matthias, Dia masih ada acara setelah ini.
"Erza, pergilah ke Mama mu. Sepertinya, Dia butuh sedikit hiburan. Kami akan segera kembali, soalnya masih ada yang harus kami urus." Ucap Rastha.
"Iya, jadilah anak yang baik mulai sekarang. Nanti, kalo Elena minta macam-macam lagi, kamu jangan turutin. Kasih vitaminnya aja, Dia hanya sedang lelah sekarang." Ucap Angel.
Erza mengangguk mengerti, setelahnya di istana ini kembali menjadi sunyi yang berisi Permaisuri, tanpa Kaisar.
"Mama..." Panggil Erza, yang berjalan ke arah Elena.
Elena menoleh, dapat Erza lihat kedua mata Elena yang bengkak.
"Mama kenapa menangis? Bukannya, seharusnya Mama bahagia?" Gumam Erza.
"Erza..., Perhatikan ucapanmu!" Erza menunduk, Dia salah bicara.
"Maaf Ma..., Erza nggak akan ulangi lagi."
"Dan juga..., Seharusnya kamu sedikit bersedih. Papa mu meninggal Erza!"
"Aun--!"
"Erza!" Elena berdiri, dan menatap tajam anaknya.
Erza menatap mata Mamanya yang begitu tajam menatapnya, mata Mamanya yang masih begitu merah, dan berair.
"Kembali ke kamarmu saja, Mama akan mengurus semua ini."
"Iya, Mama...jangan lupa istirahat. Sekarang, Papa nggak ada di rumah." Ucap Erza, sebelum pergi ke kamarnya.
Elena menatap kesal putranya, entah kenapa seperti ada yang janggal. Tapi, Elena masih ingin berduka sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twin's Antagonist : Male's Antagonist(New Version!)
Fiksi RemajaElena Diamond, seorang budak cinta yang sangat mencintai Xavier Baskara. Namun, tidak semuanya cinta berakhir indah. Elena mati saat mencoba menabrak Clara, membuat mobil yang Elena bawa saat itu masuk kedalam jurang dan meledak. Ini semua karena El...