Bab 21 - Say

1K 84 2
                                    

"Iya udah iya, aku minta maaf ya sayang,"
"Lagian kamu kayaknya keliatan menikmati banget makanan buatan Luna,"
"Bukannya menikmati sayang, tapi tadi aku emang lagi lapar banget, jadi ya kamu tahu sendiri kalau orang lagi kelaparan kayak gimana." ujar Dave.

Mereka sedang berada di dalam mobil menuju perjalanan ke rumah sakit, tapi di dalam perjalanan Nadya terus membahas persoalan sarapan tadi, padahal Dave sudah menjelaskannya dengan jelas tapi wanita itu terus bersikap kesal padanya.

"Kamu cemburu ya?" Nadya menggeleng.
"Enggak ih apaan sih cemburu-cemburu," ucapnya.
"Kalau cemburu bilang aja sayangku,"
"Aku enggak cemburu Mas,"
"Yakin?"
"Ih kamu apaan sih Mas, jangan bikin aku tambah kesel deh," Dave terkekeh melihat istrinya sampai salting sendiri.

Tidak terasa mobil mereka telah sampai di rumah sakit keduanya langsung turun karena siang ini Dave akan kembali menjalani fisioterapi. Keduanya langsung menemui dokter Hendra selaku dokter yang sekarang menangani Dave. Tapi, saat menuju ruangan dokter Hendra langkah Nadya tiba-tiba terhenti ia merasa seperti melihat seseorang yang ia kenali.

"Nadya ayo, ruangannya disana,"
"Eh iya Mas."

Tanpa Nadya sadari jika dia memang benar-benar melihat seseorang yang sangat ia kenali, hanya saja orang itu tidak menyapanya hanya melihatnya saja dari jarak yang tidak jauh dari mereka.

"Halo Pak Dave, Bu Nadya apa kabar?" sapa dokter Hendra ramah.
"Kabar terbaik sekarang suami saya sudah semakin mulai banyak perkembangannya dok, Mas Dave sudah bisa jalan menggunakan bantuan tongkat," tutur Nadya.

"Wah.. itu kabar yang sangat bagus ayo kita periksa kembali tulang kaki dan tungkainya," ujar dokter Hendra.

Kaki Dave kembali di periksa untuk memastikan jika tungkai kakinya apakah sudah lekas pulih, selesai memeriksa baik Dave dan Nadya keduanya harus menunggu hasil pemeriksaannya dalam waktu 15 menit.

***

Dokter Hendra menelitinya dengan jeli ia langsung tersenyum setelah melihat hasil pemeriksaannya, ia memberikan selembar gambar hasil ronsen tulang tungkai Dave kepada keduanya.

"Lihat perbedaan hasil pemeriksaan 5 bulan yang lalu dan yang sekarang terlihat sangat jelas berbeda tulang kakinya sudah mulai kembali membaik," Nadya tersenyum senang mendengarnya begitu juga dengan Dave.

"Apa itu artinya saya akan bisa kembali berjalan dengan normal dokter?"

"Iya Pak Dave bisa kembali pulih berjalan dengan normal kembali, asalkan Pak Dave terus mau berlatih berjalan dengan baik, sesuai dengan fisioterapi yang saya berikan," Dave tersenyum senang mendengarnya.

Bagaimana Dave tidak merasa senang ia sudah sangat merindukan bisa kembali beraktivitas seperti dulu dan sekarang ia hanya butuh waktu untuk terus berlatih dengan baik.

"Tapi saya sarankan ketika berlatih berjalan nanti, Pak Dave jangan terlalu berambisi ya saya khawatir malah nantinya akan terjadi cedera jika di lakukan terlalu terburu-buru, yang terpenting perlahan tapi bisa pulih dengan seutuhnya." Dave mengangguk paham.

Setelah selesai berkonsultasi dan mengambil obat keduanya memutuskan untuk kembali pulang, rasa bahagia masih terus menyelimuti hati keduanya. Tapi, disisi lain Nadya merasakan sedikit ke khawatiran, ia berpikiran jika nanti Dave bisa kembali berjalan apakah pria itu akan meninggalkannya.

"Hey Nad," langkahnya terhenti ia tersenyum seketika saat Fredi menyapanya.

"Hey Fredi," sapa Dave membalasnya.

"Kamu kerja disini sekarang?" tanya Nadya yang melihat seragam Fredi sama seperti seragam yang dikenakan dokter Hendra.

"Iya setelah lulus kuliah aku mencoba mengajukan CV ku ke rumah sakit ini, kamu dan Dave habis ngapain kok bisa ada di rumah sakit?" tanyanya balik.

"Kita..,"
"Maaf Fredi kita buru-buru masih ada urusan yang harus segera kita selesaikan," ujar Dave menyela.

Dave menekan tombol yang ada di kursi rodanya yang langsung otomatis membuat roda kursinya berputar sendiri, Nadya yang melihat ia langsung tersenyum simpul ke arah Fredi.

"Sorry Di, aku buru-buru harus pergi,"
"Iya hati-hati Nad."

Melihat Nadya yang berlari kecil kearah suaminya entah mengapa membuat hati Fredi sedikit terasa memanas, ia kesal karena wanita yang dicintainya sekarang sudah benar-benar teralihkan perasaannya untuk pria lain.

***

Nafas Nadya naik turun ia sedikit lelah karena harus mengejar Dave yang sudah berjalan cukup jauh darinya, ia tahu suaminya itu sedang kesal padanya.

"Mas kok malah ninggalin aku sih?"
"Kamu nya aja yang kelamaan ngobrol sama dia,"
"Siapa yang ngobrol sih, orang tadi aku langsung nyamperin kamu, kamunya aja yang enggak mau berhenti." ujarnya yang berhasil membuat Dave sedikit merasa bersalah karena sudah membuat Nadya mengejarnya.

"Maaf aku enggak tahu," Nadya menyenderkan kepalanya di kursi mobil, ia memejamkan matanya sesaat. Tapi seketika ia melirik Dave yang sepertinya masih sibuk dengan pikirannya sendiri.


"Mas,"
"Iya kenapa?"
"Kamu cemburu ya?" Nadya tersenyum jahil tapi Dave langsung menggelengkan kepalanya.

"Kalau cemburu bilang aja," godanya kembali.
"Ngapain cemburu sama cowok kayak dia, kalau di bandingkan sama aku dia enggak ada apa-apanya," ucapnya beralibi.
"Masa.. kalau enggak cemburu kenapa langsung kesal kayak gitu ngomongnya," cibir Nadya kembali.
"Terserahlah kamulah Nad."

Dave terdiam, tiba-tiba Nadya memeluknya dan menyenderkan kepalanya di bahu Dave. Berhasil membuat Dave menahan nafasnya, parfum Nadya sangat harum baunya berhasil membuatnya membalas pelukan istrinya.

"Mas kamu enggak perlu cemburu, aku udah enggak ada perasaan apapun sama dia," kata Nadya seraya memejamkan matanya.

"Iya aku tahu, tadi pagi juga kamu cemburu kan?" ucapnya.

Nadya menggeleng dan menatap tajam Dave, "Enggak..," katanya.

Dave tersenyum melihatnya ia kembali memeluk istrinya, "iya udah iya-iya enggak ada yang cemburu diantara kita." ujarnya ia tidak ingin berseteru kembali.

"PAK FOKUS NYETIRNYA!" ucap Dave pada Roni supir pribadinya yang berani mengintip kedua majikannya yang tengah bermesraan.


To be continued..

Stuck With You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang