Bab 30 - Feeling

874 82 0
                                    

Keadaan rumah begitu sangat menyenangkan terutama Vania dia sangat senang melihat Dave yang sedang bertengkar dengan Nadya, begitu juga dengan Luna yang sepertinya sedang memanfaatkan suasana beberapa kali wanita itu mencoba mendekati Dave dengan cara menjadi teman ceritanya.

"Terkadang Bram melakukan sesuatu yang tidak bisa ku terima tapi tetap saja aku harus mau menerima perlakuan kasarnya," ucapnya sambil menundukkan wajahnya.

"Kalau dia sering bersikap kasar sama kamu, terus ngapain kamu masih mau jalani hubungan sama dia?" ujar Nadya yang tiba-tiba datang menghampiri suaminya yang sedang bersama Luna.

"Karena aku masih cinta sama dia,"
"Kalau kamu masih cinta sama dia, ngapain kamu ngeluh sama suami aku Luna?" tanya Nadya yang sekarang semakin kesal.

"Nadya sudah, Luna cuma mau berbagi cerita enggak ada salahnya kan dia cerita," Nadya kesal mendengar ucapan Dave kali ini.

"Mas ayo masuk kamar, ngapain sih disini terus lagian juga enggak baik terus-menerus di luar buat kesehatan kamu, dan satu lagi kamu Luna, kalau emang mau cerita sama aku aja enggak usah sama Mas Dave." ujarnya seraya mendorong kursi roda Dave untuk masuk ikut ke dalam.

Melihat sikap Nadya yang begitu terus terang menunjukkan ketidaksukaannya pada Luna berhasil membuat Dave merasa tidak enak hati, pasalnya wanita itu sedang berbagi cerita dengannya tapi istrinya malah berbicara dengan kalimat dan nada yang tidak baik.

"Kamu harusnya enggak ngomong kayak gitu sama Luna,"
"Mas aku tuh enggak suka ngeliat kamu deket sama dia, kamu ngerti enggak sih?" Dave tersenyum mendengarnya.
"Kamu cemburu?" Nadya menggelengkan kepalanya, "Enggak, emangnya kamu mau aku juga deket sama cowok lain? Enggak mau kan," Dave mengangguk.

"Iya udah iya, aku minta maaf lain kali aku bakalan jaga jarak sama dia,"
"Lagian dia kecentilan banget sih sama kamu, kamu dulu pernah kenal ya sama dia kok bisa sampai care banget, biasanya juga kamu enggak terlalu cepat akrab sama orang baru," ujar Nadya yang berhasil membuat Dave terdiam.

"Udahlah ngapain sih kita bahas hal itu, mending ngomongin yang lain," kata Dave mengalihkan pembicaraan mereka.

Dave melirik jam dinding di kamarnya menunjukkan pukul 3 sore seketika bibirnya melengkung tersenyum senang entah apa yang sedang di pikirannya.

"Kamu kunci deh pintunya," dahi Nadya bergelombang mendengar perintah dari suaminya.
"Kenapa harus di kunci segala sih Mas?"
"Kunci aja dulu sayang,"
"Iya udah iya."

Dave mencoba berdiri pelan menaiki ranjang kasurnya sedikit demi sedikit pria itu telah bisa berdiri sendiri tanpa di bantu Nadya, banyak perkembangan yang terjadi ia hanya berharap semoga dirinya bisa berjalan dengan normal seperti dulu.

"Sini..," Dave menepuk space kosong di sampingnya, Nadya patuh ikut naik keatas ranjang.

Seketika Dave membawa istrinya kedalam pelukannya, memberikan pelukan hangatnya dan juga tak lupa memberikan ciuman untuk istrinya hal itu berhasil membuat Nadya paham, apa maksud Dave memintanya mengunci pintu kamar mereka.

"Mas ih ini tuh masih sore tahu," Nadya menatap sebal suaminya.
"Emangnya kenapa kalau sore, enggak boleh gitu? Mau pagi, siang, sore juga enggak masalahkan." Nadya geleng-geleng kepala.

Tapi Nadya juga jadi suka jika Dave sudah memintanya, katanya dengan berhubungan berhasil membuat suami jadi lebih senang dan Nadya berharap semoga saja Dave melupakan kejadian kemarin yang membuat keduanya bertengkar dan saling mendiamkan.

***

Malamnya tiba-tiba perut Nadya keroncongan dia kelaparan jadi ia putuskan untuk turun kebawah mengambil makanan, ia bukan tipe tuan rumah yang sering memanggil pelayan untuk membawakannya makanan ke kamarnya, jika kedua tangan dan kakinya masih bisa berfungsi Nadya lebih memilih mengambil dan membuatnya sendiri.

Sambil menunggu microwave yang sedang memanaskan makanannya Nadya mengambil satu buah apel sebagai teman mengunyahnya, karena keadaan yang sudah larut malam, ia sedikit merasa merinding melihat suasana rumah sebesar ini dengan keadaan begitu sunyi.

"Hei saudara ipar,"
"Astaga Bram!" Nadya terkejut mendapati kedatangan Bram yang ada di depan pintu dapur tersenyum kearahnya.

"Apa yang sedang saudara iparku lakukan di malam hari?" ucapnya dan Nadya masih menatapnya dengan tatapan anehnya.

Bram menghampiri Nadya melihat kearah microwave yang sedang aktif, "Oh.. saudara ipar lagi kelaparan ya, dimana Dave kenapa dia enggak ikut turun ke bawah nemenin kamu?" tanya Bram sedang Nadya masih terus diam, gelagat Bram berhasil membuat Nadya sedikit merasa tidak nyaman di tambah bau alkohol yang sangat menyengat.

Bram berjalan ke arah kulkas yang letaknya tak jauh dari posisi Nadya berdiri, ia mengambil minuman bersoda membukanya dan langsung meminumnya.

"Kamu mabuk Bram?"
"Sedikit, kamu enggak perlu takut aku bukan pria jahat jadi tenang saja," Nadya menghiraukan ucapan Bram, dia masih menatap microwave yang masih menunjukkan 3 menit lagi makanannya siap.

"Saudara ipar... Apa kamu pernah merasakan sakit hati?" tanya Bram seraya duduk dekat pantry dapur.

"Memangnya kenapa kamu tanya hal seperti itu, kamu lagi sakit hati?" Bram mengangguk, dia menenggak minuman sodanya kembali.

"Ada satu hal yang baru aku ketahui dan hal itu berhasil membuatku merasa kecewa sekaligus sakit hati sekali, kenapa dia enggak berkata jujur dari awal," ujarnya kembali yang benar-benar sedang di pengaruhi alkohol.

"Bukannya enggak jujur mungkin dia enggak mau buat kamu sakit hati aja, berbohong demi kebaikan itu ada," jawab Nadya.

"Kejujuran itu jauh lebih baik daripada kebohongan demi kebaikan itu lebih terasa menyakitkan, saudara iparku tersayang," Bram tersenyum manis kearah Nadya.

Pria itu menatap Nadya dengan lekat, jika di lihat-lihat ia rasa Nadya cukup menarik juga, pantas saja Dave langsung bisa jatuh hati meskipun baru mengenalnya pada saat mereka berdua telah menikah.

"By the way apa Dave enggak ngasih tahu kamu sesuatu?"
"Tentang?" Nadya tampak bingung berhasil membuat Bram tertawa.
"Jadi dia juga menyembunyikan kebenarannya,"
"Kebenaran apa yang kamu maksud Bram?" Nadya jadi di buat penasaran bahkan setelah microwave nya telah berhenti bekerja, ia lebih memilih mendengarkan ucapan Bram selanjutnya.

"Aku pikir Dave bakalan jujur sama kamu setelah dia melihat Luna aku bawah ke rumah ini, ternyata dia sama saja ikut menutupinya," ujarnya kembali.

"Aku enggak ngerti apa yang kamu maksud," Nadya mengeluarkan makanan yang di panaskan barusan.

"Dave dan Luna mereka berdua pernah menjalin hubungan dulu sebelum Luna bertemu denganku, aku pikir Dave sudah menceritakannya sama kamu,"

"Aku kira kamu udah mengetahuinya ternyata kita berdua sama-sama di bohongi demi kebaikan.. seperti kata kamu barusan." Bram tertawa renyah sedangkan Nadya terkejut mendengar ucapan Bram barusan.

"Hey saudara ipar mau kemana? Apa kamu enggak jadi makan." ujar Bram yang melihat Nadya langsung pergi begitu saja meninggalkan makanan yang sudah di panaskannya itu.

Bram tersenyum melihat ekspresi Nadya barusan dia sangat yakin akan ada pertengkaran yang lebih besar di rumah ini nantinya, dia senang karena dia menjadi orang pertama yang memberitahu kebenaran itu pada Nadya.

To be continued..

Stuck With You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang