Sudah beberapa hari ini Nadya enggan untuk berbicara terlalu lama dengan Dave, sikapnya itu berhasil membuat Dave heran bukankah permasalahan yang tidak di sengaja kemarin mereka sudah saling memaafkan dan mencoba saling melupakan, tapi kali ini Nadya bersikap acuh lagi padanya.
"Kak Dave nanti hari minggu aku mau izin ya, mau pergi sama temen-temen ke Bandung," Dave mengangguk, "Kamu jangan lupa minta izin juga sama Bram." Vania membulatkan kedua jarinya membentuk huruf O.
"Hey lagi pada ngapain?" sapa Luna menghampiri kedua kakak beradik yang sedang duduk menikmati teh hangat di sore hari.
"Duduk santai Kak, sini Kak Luna duduk gabung bareng kita," ujar Vania tapi Luna seperti sedang mencari sesuatu dia mencari Nadya, ia sedikit khawatir dengan sikap Nadya padanya.
"Nadya kemana Dave?"
"Dia lagi tidur,"
"Jam segini dia masih tidur?" Dave mengangguk.Luna mengambil duduk dekat Dave seketika indra penciumannya menghirup bau parfum yang biasa Dave kenakan, seketika Luna jadi de javu mengingat dengan jelas, jika pria itu tidak pernah berubah seleranya dari dulu bahkan sampai sekarang.
Tanpa Dave sadari sebenarnya Nadya tidak tidur, dia sengaja pura-pura tertidur karena ada sesuatu yang sedang dia cari di kamar mereka, dan sekarang Nadya tidak menemukan apapun, dia menyerah mungkin Bram sedang membohonginya.
Nadya berdiri di kejauhan memperhatikan living room tengah yang mana terdapat mereka bertiga yang sedang mengobrol, tanpa di sadari seseorang mengejutkannya dari belakang.
"Hei saudara ipar,"
"Bram, kamu.. CK!"
"Maaf mengejutkanmu, ngapain kamu berdiri disini kenapa enggak ikut gabung sama mereka?" tanya Bram seraya menunjuk ke arah tiga manusia yang sedang berbincang.Nadya memilih tidak menjawab, "By the way semalam obrolan kita cukup menarik juga bukan, Bagaimana apa kamu sekarang sudah mulai curiga juga sama Dave?" ujarnya tapi Nadya lagi-lagi memilih diam saja.
"Aku serius Nadya, mereka berdua pernah menjalin hubungan dan kenyataan itu membuatku juga sangat merasa sakit hati, dan sekarang lihatlah mereka berdua dengan tidak tahu malunya menunjukkannya pada kita," tutur Bram semakin membuat keadaan menjadi panas.
"Apalagi Dave harusnya dia sadar, sekalipun Luna yang mendekatinya tapi setidaknya dia harus bisa menjaga jarak dengan Luna," sambungnya kembali tapi Nadya tetap diam.
"Mungkin kedekatan mereka sekarang hanyalah sebatas teman, lagi pula kamu enggak ada bukti yang bisa menunjukkan kalau mereka pernah menjalin hubungan," kata Nadya.
"Luna sendiri yang memberitahuku," ucap Bram mencoba menyakinkan.
"Mungkin dia membohongi kamu Bram, karena Mas Dave sudah pernah aku tanya dan dia bilang, dia enggak kenal sama Luna, sudah ya aku enggak mau bahas tentang hal itu lagi." ujarnya tegas.
Nadya memutuskan pergi kembali ke kamarnya, dia tidak ingin mendengarkan ocehan Bram tapi disisi lain Bram sangatlah yakin meskipun Nadya bersikap tidak ingin tahu, tapi di dalam lubuk hatinya pasti ada rasa kecurigaan.
***
Malam itu Bram terlihat begitu sangat berbeda, pria itu nampak sekali menunjukkan sikap care nya pada Nadya bahkan disaat mereka sedang makan malam bersama.
"Kenapa saudara ipar tidak mencoba memasak makan malam untuk kita pasti makanan yang di buat rasanya jauh lebih enak," ucap Bram diselingi senyum manisnya seraya menatap Nadya tanpa berkedip, sikap itu berhasil membuat Nadya heran.
"Iya lain kali saja ya aku memasak untuk kalian," kata Nadya.
"Wah.. aku sangat menantikan masakan buatan saudara ipar." mendengar Bram berbincang dengan Nadya berhasil membuat Luna merasa tidak suka dengan sikap kekasihnya itu sekarang.Dan juga pada saat Nadya tengah memperhatikan piano yang terpanjang di ruang tengah, tanpa di sengaja Bram sengaja menghampirinya.
"Dari pada hanya melihatnya saja kenapa tidak mencoba memainkannya?" ujar Bram yang langsung menarik kursi dan berhadapan dengan piano besar itu.
"Emang kamu bisa?" tanya Nadya.
"Tentu kalau kamu mau mendengarkannya, jangan beranjak pergi dari sini oke." Nadya mengangguk.Jari jemari Bram mulai menyentuh tombol note piano ia memainkannya dengan mahir, memutar alunan nada yang sangat merdu, Nadya di buat takjub ternyata saudara iparnya itu cukup berbakat juga.
"Whoa.. aku enggak menyangka kamu ternyata begitu mahir memainkan pianonya," ucap Nadya seraya memberikan tepukan kecil di tangannya, hal itu membuat Bram tersenyum saat melihat wanita yang ada di sampingnya merasa senang mendengarkan permainan pianonya.
"Ini baru seberapa, kalau aku yang jadi suami kamu mungkin aku bakalan setiap hari bermain piano untuk kamu," ujarnya berhasil membuat Nadya terdiam mendengarnya entah mengapa ia tidak suka dengan kalimat itu barusan.
Bram kembali memainkan pianonya memutar sebuah alunan lagu dan meminta Nadya untuk bernyanyi.
"I don't feel sorry for myself.. care if your hands touch somebody else.. wouldn't get jealous if you're happy.. it's ok if you for get me."
" I don't feel empty now that you're gone.. does that mean it didn't mean nothing at all.. But i'll tell you what the worst is.. it's the way it doesn't hurt when i wis it did."
Suara alunan lagu yang berasal dari piano menggema di ruang tengah, di temani suara merdu yang berasal dari suara Nadya berhasil membuat Bram yang memainkan pianonya, ia semakin jadi bersemangat dia baru tahu ternyata Nadya memiliki suara yang sangat bagus, jika wanita itu menjadi seorang penyanyi mungkin akan sangat terkenal nantinya.
To be continued..
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck With You (END)
FantasyMenikah dengan seorang pria lumpuh bukanlah sebuah keinginan melainkan sebuah keharusan demi menyelamatkan nyawa ibunya. Ya, Nadya Mustika Raharja harus mau menikah dengan Dave Reinhard seorang pria kaya raya yang memiliki keterbatasan pada kakinya...