Bab 41 - Terungkap

1.4K 88 0
                                    

Tamparan keras mengenai wajah pria yang berpakaian baju oren tahanan, tapi yang mendapatkan tamparan justru malah menampilkan senyumnya, dia bahkan tidak mengucapkan kata maaf sama sekali.

"Jadi kamu yang dulu meneror keluarga aku Bram dan kamu yang mengakibatkan kecelakaan mobil itu!" teriak Luna tepat di hadapan Bram sekarang.

"Iya aku yang menyebabkan kecelakaan itu, aku juga yang sudah meneror keluarga kamu!" teriak Bram tak kalah lantangnya.

"Hei bisakah kalian tenang, ini kantor polisi," ujar sang polisi yang menjaga tamu saat bertemu dengan tahanan, ya saat ini Luna sedang menemui Bram untuk membicarakan sebuah fakta yang baru saja diketahuinya.

"Tega kamu Bram bohongin aku selama ini,"
"Kamu pikir aku ngelakuin ini semua karena cinta sama kamu?" katanya dengan nada mencibir.
"Aku cuma memanfaatkan kamu.. Dasar bodoh!" ucap Bram yang langsung mendapatkan tamparan kedua kalinya oleh Luna, jika dia tahu dari awal niat busuk Bram, dia tidak akan pernah mau di permainkan semudah itu oleh Bram.

Setelah memutuskan hubungannya dengan Bram, Luna sudah mengemasi pakaiannya yang masih tertinggal di rumah Dave. Ia masih beruntung karena tidak ikut masuk ke dalam jeruji besi bersama Bram, dan untuk Vania gadis itu juga akan segera di kirim ke luar negeri untuk ikut bersama kedua orang tuanya.

Tapi sebelum Luna pergi ia ingin menemui Dave dan Nadya terlebih dahulu untuk memohon ampunan dari mereka berdua.

***

Sedari tadi tangannya terus menggenggam tangan suaminya yang masih terlelap dari masa kritisnya tapi anehnya pria itu masih juga belum siuman, padahal sang wanita sudah menjaganya seharian penuh.

"Mas kamu kapan sih bangunnya, kamu bangun dong jangan tidur terus?" ucapnya seraya mengelus wajah tampan suaminya yang masih memejamkan matanya.

Sudah berapa kali wanita itu berbicara sendirian, tapi belum juga ada yang menyahutinya. Disisi lain, ia juga sedikit merasa lega saat mendengar penjahatnya sudah mendekam di jeruji besi lapas kantor polisi, tapi yang membuatnya sedih suaminya belum juga siuman padahal dokter sudah mengatakan jika suaminya telah berhasil melewati masa kritisnya.

"Mas kamu enggak kangen apa sama aku, kita udah hampir mau satu bulan lho enggak ketemu, kita ketemu pas waktu aku pura-pura jadi suster sama kemarin hari aja," tuturnya kembali.

"Mas kamu..,"
"Nadya," betapa terkejutnya saat ia mendengar namanya di panggil oleh lawan bicaranya yang masih menutup matanya.
"Nadya.. Nadya..," lirihnya dengan mata yang masih terpejam.
"Iya Mas, aku disini," saat itu juga kedua matanya terbuka mendapati wajah cantik istrinya, seketika ia mengulas senyumnya.
"Mas akhirnya kamu bangun juga, aku dari tadi nungguin kamu bangun," Nadya langsung memeluk Dave menyalurkan rasa rindunya.
"Maafin aku ya, Nad," ucapnya.
"Udah jangan minta maaf, kamu enggak salah, aku juga enggak salah, yang salah itu mereka yang udah sengaja mau memisahkan kita," tutur Nadya tanpa melepaskan pelukannya, mendengar Nadya berkicau seperti itu berhasil membuat Dave terkekeh.

Seketika Dave terbatuk-batuk karena saking kuatnya Nadya memeluk, melihat hal itu ia langsung melepaskan pelukannya dan membiarkan Dave untuk bernafas lega.

"Aku panggilkan dokter dulu ya," Dave mengangguk.

Secepatnya Nadya memanggil dokter dan beruntunglah dokter Hendra langsung menghampiri mereka, memeriksa keadaan Dave saat itu juga.

"Syukurlah Pak Dave sudah siuman, seharian Nona Nadya menangis menunggu anda untuk segera siuman Pak Dave," ujar dokter Hendra yang berhasil membuat Nadya merasa malu mendengarnya.

"Iya saya juga mendengar rengekannya saat sedang tidur dokter," mendengar hal itu, Nadya langsung membulatkan matanya ia tidak percaya, jadi Dave mendengarnya tapi pria itu tetap memilih untuk tiduran.

"Dua hari lagi anda baru akan di perbolehkan untuk pulang Pak Dave, jadi bersabarlah dengan bau rumah sakit ini," ujar dokter Hendra yang keluar dari ruangan diikuti suster.

Seketika Nadya langsung menyentil dahi Dave dengan pelan, "Jadi kamu dengerin aku, pas aku lagi nangis iya gitu?" Dave terkekeh melihat ekspresi gemas istrinya.

"Iya sayang sebenarnya aku udah bangun tapi saat itu kamu lagi tidur, jadi ya sudah mau gimana lagi, aku enggak tega bangunin kamu tapi pas giliran aku tidur kamu malah merengek terus, minta buat aku segera bangun," ujarnya di selingi senyum manisnya.

"CK! Ah nyebelin kamu tuh Mas,"
"Yakin aku nyebelin bukannya pas kamu lagi nangis kamu bilangnya kangen sama aku ya," seketika Nadya melayangkan pukulan ringannya.

Dave memeluknya erat ia tahu se-menyebalkan apapun dirinya, Nadya sudah jatuh hati padanya jadi mau tidak mau, wanita itu pasti akan selalu memaafkannya seperti sekarang wanita itu mau menerima pelukan darinya, bahkan sekarang Nadya ikut masuk ke dalam ranjang yang sama dengannya.

"Cium boleh?" saat keduanya saling tatap tapi seketika Nadya menggelengkan kepalanya.
"Kenapa?" tanya Dave bingung.
"Kamu belum gosok gigi," ucapnya diselingi tawanya.
"Masa sih tapi enggak bau kok sayang, coba ya,"
"Enggak mau." katanya seraya menutupi bibirnya.

Tapi pada akhirnya Nadya mau menerima ciuman dari Dave, mau sudah ataupun belum gosok gigi sekalipun tetap saja seorang istri tidak boleh menolak, apa yang diinginkan suaminya.

To be continued..

Stuck With You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang