Bab 43 - Problem

1.3K 77 2
                                    

Bukan hanya Bram yang mendapatkan amukan dari Zahid tapi Vania juga, gadis itu sempat mendapatkan tamparan dari ayahnya atas apa yang sudah dia perbuat, dia lebih memihak Bram itulah sebabnya Vania mendapatkan teguran yang sama. Pria tua itu jika sudah marah, dia tidak akan pandang bulu, Dave adalah putra kandungnya meskipun hubungannya tidak terlalu baik dengan Dave tapi Dave akan selalu jadi putra kesayangannya.

"Ku dengar setelah lulus sekolah Vania akan di kirim ke luar negeri," tutur Nadya seraya memasukkan beberapa baju ke dalam tas.

"Baguslah dia memang harus mendapatkan didikan yang keras agar dia mengerti," kata Dave yang masih duduk di ranjang.

Hari ini Dave sudah di perbolehkan pulang, pria itu cukup senang karena akhirnya ia bisa pulang dan berkumpul dengan istrinya.

"Kamu kenapa senyum-senyum sendiri sih Mas?"
"Aku senang aja karena kita bisa pulang ke rumah kayak dulu lagi,"
"Kata siapa aku bakalan pulang ke rumah ibu," Dave terkejut mendengarnya.
"Kenapa.. kamu enggak mau balik ke rumah sama aku?" seketika Nadya tersenyum.
"Aku kan harus ngambil pakaian aku dulu Mas, baru kita pulang bareng ke rumah,"
"CK! Kamu.. kirain apaan,"
"Kirain apa?" Nadya telah selesai membereskan pakaian suaminya.

Mereka telah siap untuk pulang supir pribadinya telah menunggu di depan ruangan, baru saja mereka keluar ternyata sudah di sambut Robby dan Jessica di depan pintu.

"Hey.. kalian sudah siap untuk pulang," tanya Robby.
"Kalian kok bisa ada disini?" tanya Nadya.
"Kita mau nemenin kalian pulang ke rumah," ucap Jessica.
"Tapi gue harus balik ke rumah ibu dulu mau ngambil pakaian yang masih ada disana,"
"Udah lo tenang aja Nad, pakaian lo udah gue beresin dan gue pindahin ke rumah lo," kata Jessica.
"Beneran kapan lo beresin pakaian gue,"
"Udah deh lo kebanyakan ngomong, ayo balik mobil udah siap di depan." celetuk Robby seraya mengambil alih tas yang ada di tangan Nadya.

Nadya mendorong kursi roda yang di duduki suaminya, mereka bergegas menuju parkiran mobil tapi seketika mereka di kejutkan oleh seseorang yang sedang bersender di mobil Alphard yang akan mereka tumpangi.

"Hey apa kabar saudara ipar?"
"Bram..?"

Mereka terkejut melihat Bram yang ada di depan mobil mereka seraya memainkan kunci mobilnya, ia tersenyum seraya menghampiri mereka entah mengapa firasat Dave jadi tidak baik.

"Bram bukannya, lo ada di penjara?"
"Menurut lo gue harusnya dimana?" tanyanya balik.
"Kamu mau ngapain Bram?" tanya Nadya yang melihat Bram mendekati Dave tapi seketika Nadya menghalangi langkah Bram yang hendak menyentuh Dave.
"Huh! Kenapa sih dari dulu saudara ipar ku ini selalu melindungi suaminya, tapi apakah suaminya mampu melindungi istrinya?" ujar Bram menatap Nadya dengan senyuman piciknya.

"Mendingan lo minggir deh kita mau pulang, jangan halangi jalan kita," tutur Robby.

Seketika Bram tersenyum ia menatap Dave sengit yang di tatap melayangkan tatapan tajamnya.

"Mau lo apa sih sebenarnya Bram?" ucap Dave yang sudah geram.
"Kalau gue mau istri lo gimana, apa lo bakalan kasih dia?" kata Bram di sertai senyumannya.

"Angkat tangan saudara Bram, anda harus ikut kami ke kantor polisi," ujar polisi yang tiba-tiba datang menodongkan pistol ke arah Bram.

Seketika Bram menarik Nadya ia menodongkan pistol yang ia curi dari salah satu polisi penjaga di lapas, menodongkan ke arah leher Nadya aksinya berhasil membuat semua orang terkejut.

"Kalian jangan bergerak atau saya habisi dia,"
"Bram,"
"Diam saudara ipar jangan membuat saya membunuh kamu," ucap Bram menggertak Nadya.
"Bram tolong lepaskan Nadya, jangan Bram yang salah gue bukan Nadya kalau lo mau, lo bisa bunuh gue sekarang juga," ujar Dave mencoba berdiri dan seketika kakinya mampu berdiri tanpa bantuan apapun.

Mereka terkejut melihat Dave bisa berdiri bahkan ia mampu berjalan mendekati Bram dengan perlahan, tapi Bram semakin mundur ia meminta semua orang untuk menghindar darinya, bahkan polisi tidak bisa berkutik melihat aksi Bram sekarang.

"Dave semakin lo melangkah gue bakalan bunuh istri lo sekarang juga," ucapan Bram berhasil membuat Dave terdiam di tempat, ia tidak tahu harus berbuat apalagi.

Dengan sigap Nadya menendang rudal Bram mampu membuat sang empuh kesakitan dan melepaskan cengkeramannya, seketika Nadya berlari menghampiri suaminya.

Dor! Suara tembakan menggema di parkiran pelurunya mampu menembus punggung Nadya seketika ia terjatuh tepat di hadapan suaminya.

Bram benar-benar melepaskan tembakannya kearah Nadya seketika polisi juga melepaskan peluru pistolnya ke arah Bram, beberapa tembakan mengenai tubuh Bram berhasil membuat sang empu terjatuh di tempatnya, tragedi ini di saksikan banyak orang yang melihat.

"Nadya," teriak Dave menghampiri istrinya, punggungnya mengeluarkan darah segar matanya mulai sayu, sang wanita hanya mampu menatap suaminya dengan tatapan sendunya, sakit yang dia rasa.

"Mas,"
"Nadya kamu harus bertahan sayang," ujarnya seraya membopong tubuh istrinya, dia mampu berdiri dan berlari kedalam koridor rumah sakit.

Dave berteriak kesetanan meminta dokter untuk segera menangani istrinya, baru saja setengah jam yang lalu mereka hendak pulang dari rumah sakit dan kini mereka harus kembali memasuki rumah sakit.

"Dave lo tenangkan diri lo dulu," kata Robby yang langsung menyusul masuk ke dalam rumah sakit, seketika Dave terjatuh tepat di hadapan ruangan ICU kakinya terasa sakit.

Pria itu menangis di depan ruang ICU menunggu istrinya yang sedang di tangani dokter, begitu juga dengan Bram yang langsung mendapatkan penanganan karena luka tembak yang parah, mengakibatkannya juga sama tidak sadarkan dirinya.

To be continued..

Stuck With You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang