Bab 39 - Pertemuan

1.1K 81 1
                                    

Wanita yang di samping dokter Fredi sekarang berhasil mengundang perhatian dari tuan rumah, dia terus menatapnya dari atas sampai bawah berhasil membuat sang empu yang di tatap merasa kesal akan tatapan intimidasi itu, beruntung wajahnya tertutupi oleh kain masker.

"Maaf Bu Luna apa saya bisa langsung keatas memeriksa Pak Dave?" ujar Fredi mengalihkan perhatian wanita yang di panggil Luna barusan.

"Iya silahkan." ucapnya mempersilahkan dokter beserta suster yang mengenakan kaca mata hitamnya itu.

Fredi sengaja membawa suster abal-abal yang di perankan oleh Nadya demi mempertemukan wanita itu dengan Dave suaminya, dan beruntungnya Luna mampu di kelabui mereka. Keadaan rumah yang cukup sepi juga berhasil membuat pergerakan mereka tidak terlalu sulit untuk Nadya menyamar.

"Nad aku harap setelah kamu melihat Dave nanti, kamu bisa mengontrol diri kamu ya." Nadya mengangguk mendengar ucapan Fredi barusan, sebelum sampai akhirnya pria itu membuka pintu kamar utama.

Kamar utama, kamar yang beberapa hari minggu kemarin masih Nadya tempati kini kamar itu berubah terasa begitu sunyi seperti tidak nyawa di dalamnya dan sekarang hanya ada seorang pria yang tengah duduk di ranjangnya dengan wajah pucatnya.

"Selamat siang Pak Dave."

Dave yang melihat Fredi masuk ia langsung mengalihkan pandangannya sebenarnya ia sedikit tidak suka karena harus di tangani oleh Fredi mantan kekasih dari istrinya. Tapi, ia juga harus berterimakasih pada Fredi karena pria itu mau sedikit bekerjasama menyembunyikan obat-obatan yang diberikan Bram padanya.

"Bagaimana keadaan Pak Dave hari ini?" tanya Fredi seraya mengeluarkan stetoskop dan tensimeter dari tasnya.

Berbeda dengan Nadya yang sedari tadi hanya berdiam diri menatap Dave, pria itu tidak menyadari jika wanita yang ada di hadapannya adalah istrinya.

"APA KAU TIDAK MENYADARI SESUATU DAVE?" tanya Fredi seraya menatapnya, berhasil membuat Dave menatap balik pria itu sepertinya benar-benar tidak ingin berbasa-basi dengan Fredi.

"Tugasmu disini untuk memeriksa seorang pasien dokter bukan untuk terus berbicara!" ujar Dave seraya melayangkan tatapan sinisnya.

Fredi mengangguk ia sedikit tersenyum, "Saya kemari membawa mantan pacar saya, untuk melihat keadaan suaminya." ucapnya berhasil membuat Dave terkejut mendengarnya, ia masih mencerna maksud Fredi barusan.

"Apa maksud anda barusan dokter Fredi?"
"Mas..," ucapnya tertahankan sampai akhirnya ia melepaskan kain masker di wajahnya, menampilkan wajahnya yang sudah semakin memerah menahan tangisnya.

"Nadya sayang," katanya hendak berdiri tapi kakinya masih belum pulih, tapi pada akhirnya Nadya berhamburan ke dalam pelukan Dave.

"Mas maafin aku Mas seharusnya aku enggak ninggalin kamu waktu itu, seharusnya aku dengerin penjelasan kamu..," isak tangisnya pecah.

"Jangan menangis Nad kamu enggak salah, aku yang salah, aku yang harusnya minta maaf." Nadya menggeleng, ia tetap yang merasa bersalah karena sudah memutuskan untuk pergi begitu saja.

Melihat keduanya dalam keadaan seperti ini berhasil membuat Fredi jadi semakin ikut merasakan kesedihannya, dan ia sangat menyakini jika keduanya memang benar-benar saling mencintai, begitu teganya manusia yang memisahkan mereka hanya demi sebuah harta.

***

"Jadi bagaimana dokter keadaan Dave sekarang?" tanya Luna yang sekarang berada diantara mereka, bersyukur wanita itu datang, di waktu mereka telah selesai dari segala gemuruh yang ada di dadanya.

"Keadaan Pak Dave sekarang sudah semakin membaik, hanya saja saya sarankan untuk beliau menjalankan kembali fisioterapi nya," ujar Fredi.

"Baiklah untuk hal itu akan saya pertimbangkan nanti, terimakasih dokter sudah mau menyempatkan waktunya untuk kemari." tutur Luna.

Setelah hari itu Dave mengetahui segalanya jika Nadya bukannya tidak mau bertemu dengannya, melainkan kedua saudaranya melarang Nadya untuk bertemu dengannya dan Dave juga tahu terkait tentang perceraian yang dibuat Bram. Ingin sekali rasanya Dave meluapkan amarahnya tindakan mereka sudah melebihi batas, dia ingin secepatnya berjalan dan mengembalikan segalanya pada tempatnya tapi waktu tidak bisa ia rubah begitu saja.

"Dave kamu harus minum obat ini dulu sebelum kamu tidur siang," kata Luna seraya memberikan dua butir obat kepada Dave tapi bukannya menerima, ia malah mendapatkan tepisan tangan dari Dave.

"Mulai sekarang lebih baik kamu menjaga jarak dari aku Luna,"
"Apa maksud kamu Dave?"
"Maksud aku.. KAMU MENJAUH DARI KEHIDUPAN AKU, NGERTI KAN!" sarkasnya dengan tegas berhasil membuat Luna tidak percaya mendengar ucapan Dave barusan.

Padahal selama ini, ia sudah bersikap sebaik mungkin padanya jika bukan karena dirinya juga, Dave tidak akan mendapatkan penanganan dari dokter.

"Dave kamu akan menyesal menyuruh aku buat menjauh dari kamu, satu yang harus kamu ingat kalau bukan karena aku, Bram enggak akan pernah mau mengasihani kamu!" ujarnya selepas itu keluar dari kamar Dave, meninggalkan Dave yang masih tersenyum sinis, dia tidak butuh belas kasihan dari Luna ataupun Bram sekalipun.

Mereka pikir mereka siapa bersikap seenaknya di rumahnya, mungkin saat ini tenaga Dave memang tidak sekuat mereka, tapi Dave akan pastikan di keesokan hari mereka akan memohon ampunan padanya.

To be continued..

Stuck With You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang