Bab 14 - Sebuah Keputusan

1.2K 93 0
                                    

"Apa-apaan ini Dave?" tanya Bram setelah membaca isi seluruh dokumen tersebut.
"Pak Dave ingin kembali mengambil alih perusahaan ini tapi Pak Bram tenang saja, anda bisa menduduki jabatan sebagai pimpinan di perusahaan cabang," ujar Dirman yang berhasil semakin membuat Bram naik pitam.

"Sorry Dave gue enggak mau jadi pimpinan di perusahaan cabang lo," ucap Bram, ia tidak akan mau mengembalikan posisinya kepada Dave.

Mendengar jawaban Bram berhasil membuat Dave terkejut, pasalnya ia sudah dengan baik hati memberikan Bram jabatan sebagai pimpinan di perusahaan cabangnya, tapi saudara tirinya itu enggan untuk mengembalikan posisinya.

"Kenapa lo enggak mau Bram?"
"Ini keputusan gue Dave lagi pula lo itu masih sakit, mana bisa orang sakit dan enggak bisa jalan kayak lo beraktivitas selayaknya orang normal," ujar Bram.

Dave semakin kesal mendengar ucapan Bram barusan ia tidak terima akan ucapan saudara tirinya barusan, Dave merasa ia masih sanggup menjalankan perusahaan meskipun dalam keadaan dirinya yang sedang tidak bisa berjalan.

"Sorry Bram tapi ini udah jadi keputusan gue, lo jangan lupa kalau seluruh saham di perusahaan ini atas nama gue dan lo cuma sebagai pimpinan sementara di perusahaan ini," titahnya.

"Setuju atau tidaknya lo sama keputusan ini, enggak akan bisa merubah keputusan gue," tegas Dave.

"Ayo Nad kita pulang, oh iya dan satu lagi sebaiknya lo secepatnya bereskan barang-barang lo dari ruangan ini." sambung Dave kembali.

Nadya terdiam ia tidak percaya Dave akan bersikap setegas itu pada Bram sepertinya ia benar-benar berhasil mengendalikan Dave, ya meskipun ia juga sedikit merasa iba melihat Bram yang harus di pindahkan ke perusahaan cabang.

***

"Mas," ucap Nadya yang melihat Dave sedari tadi hanya diam, pria itu sepertinya masih terlihat kesal.

"Iya kenapa?"
"Kamu pasti kesal banget ya sama ucapan Bram barusan," tanya Nadya yang di balas hanya senyum simpul dari suaminya.

"Aku cuma enggak nyangka aja Bram bisa ngomong kayak gitu, dia benar-benar meremehkan aku. Kamu benar Nad sudah seharusnya aku bangkit," ujarnya seraya menggenggam tangan istrinya.

Nadya senang mendengarnya dengan keadaan seperti ini ia bisa membuat Dave semangat kembali, meskipun ia tahu tidak seharusnya ia membuat kedua saudara itu jadi saling berselisih.

"Nanti kalau aku udah mulai kerja kamu mau kan nemenin aku kerja, soalnya aku enggak mungkin menangani perusahaan sendirian, ya kamu tahu sendiri keadaan aku sekarang kayak gimana?" Nadya mengangguk ia dengan senang hati menemani Dave.

"Iya aku pasti akan selalu menemani kamu tapi kamu juga harus ingat, kerja boleh tapi jangan lupa program fisioterapi kamu di jalani juga," sarannya.

"Iya itu pasti sayang." katanya seraya mencolek hidung mancung Nadya.

Dave bisa melihat jika Nadya sepertinya benar-benar ingin melihatnya kembali berjalan seperti biasanya, untuk itu ia tidak ingin mengecewakan keinginan istrinya.

***

Braak! Suara tendangan keras mengenai meja kayu jati itu, Bram murka ia tidak terima dengan keputusan Dave.

"Sial! Wanita itu benar-benar udah berhasil mempengaruhi Dave, gue akan buat dia menyesal karena udah ikut campur," ucap Bram yang di maksud wanita itu ialah Nadya.

Bram masih dengan baik hati tidak bersikap kasar tapi jika Nadya sudah berani melebihi batas, ia tidak akan segan membuat Nadya merenggang nyawa seperti yang dulu pernah ia lakukan terhadap seseorang.

"Kita lihat siapa yang akan menyesal di akhir nanti," ucapnya dengan senyum sinisnya.

Kali ini Bram akan mengikuti permainannya, ia akan menerima keputusan yang sudah di berikan, ia akan menempati perusahaan cabang tapi ia juga tidak akan tinggal diam, ia akan memulai permainan yang sama tapi dengan cara yang berbeda.

To be continued..

Stuck With You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang