Bab 44 - Kedamaian

1.5K 76 0
                                    

Setelah menunggu berjam-jam akhirnya dokter keluar dari ruangan ICU, dokter langsung memberitahu jika mereka berhasil mengeluarkan peluru yang ada di bagian punggung Nadya hanya saja keadaan Nadya sekarang tengah kritis, dia masih dalam proses pemulihan dan belum juga sadarkan diri. Berbeda dengan Bram dia kehilangan nyawanya, dia tidak dapat di selamatkan karena terlalu banyaknya peluru yang menembus bagian tubuhnya,nhal itu berhasil membuat Kalina pingsan mendengarnya.

"Keadaan kaki Pak Dave sekarang sudah membaik, mungkin ini yang dinamakan keajaiban," ujar dokter Hendra setelah memeriksa keadaan kaki Dave yang tiba-tiba bisa berjalan tanpa menggunakan bantuan apapun.

Mendengar kakinya mendapatkan keajaiban dari Tuhan tidak membuat Dave merasa senang karena sekarang pikirannya masih memikirkan keadaan istrinya.

"Dave, lo mau kemana?" tanya Robby yang melihat Dave beranjak dari duduknya.

"Udah biarin aja, dia kayaknya mau ngeliat Nadya." kata Jessica.

Sekarang Dave mampu berjalan dengan perlahan, ia ingin segera menemui istrinya.

Kini ia telah sampai di ruangan dimana istrinya yang kini sedang berbaring di ranjang rumah sakit, ia menatap wajah istrinya dengan sendu berharap semoga Tuhan segera menyadarkan istrinya dari masa kritisnya.

"Nadya kamu cepat bangun ya sayang, kamu bilang katanya kamu mau pergi keluar jalan bareng aku? Kamu harus bangun sayang, biar kamu tahu kalau sekarang aku udah bisa jalan." tutur Dave menahan air matanya.

Dave terduduk lemas menatap istrinya yang masih terlelap dari tidurnya, entah sampai kapan wanita itu akan terus tertidur. Mungkin ini yang di rasakan Nadya kemarin saat menunggunya untuk segera siuman dan sekarang Dave merasakan bagaimana rasa khawatirnya.

***

Zahid menatap wajah putranya yang sedang menyenderkan tubuhnya di ruang tunggu, ia bisa melihat dengan jelas wajah frustasi itu tapi disisi lain, ia juga merasa senang karena bisa melihat putranya bisa berjalan kembali.

"Nanti sore pemakaman jenazah Bram, apa kamu mau ikut Dave?" pertanyaan itu tidak di tanggapi Dave, entahlah dia masih enggan untuk mengantarkan Bram ke peristirahatan terakhirnya, dia masih mengingat bagaimana sadisnya pria itu melepaskan peluru pistolnya.

"Iya sudah kalau gitu Papa harus kembali ke rumah untuk mengurus pemakaman jenazah Bram, kamu disini saja temani istrimu." ujar Zahid beranjak pergi.

Jam sudah menunjukkan pukul 3 siang dan sebentar lagi menuju sore akankah ia mengantarkan Bram ke tempat peristirahatan terakhirnya, Dave masih bingung tapi bagaimana pun juga Bram sudah ia anggap seperti saudara kandungnya sendiri.

"Dave biar ibu yang jagain Nadya, kalau kamu mau pulang, pulang saja dulu nanti kalau ada kabar baik tentang Nadya, ibu langsung kabari kamu." tutur Ratih yang baru saja keluar dari ruangan Nadya di rawat.

Dave mengangguk ia sepertinya memang harus pulang terlebih dahulu, ia tidak enakan bersikap egois seperti ini. Jadi, sekarang Dave putuskan untuk pulang ke rumahnya lagi pula ada ibu mertuanya yang menjaga istrinya, jadi ia bisa tenang meninggalkan Nadya sejenak.

Saat pulang ke rumahnya nampak begitu sangat ramai dengan para kerabat dekat dan keluarganya yang melayat. Melihat kedatangan Dave berhasil membuat Vania merasa bersalah pada kakaknya yang selama ini selalu baik padanya.

"Kak Dave? Aku mau minta maaf sama Kak Dave atas apa yang sudah Vania lakukan selama ini," tutur Vania yang menghampiri Dave, pria itu hanya menganggukkan kepalanya dan segera bergegas menaiki anak tangga ia tidak berminat untuk melihat jenazah Bram.

Sampai di kamarnya Dave langsung merebahkan tubuhnya, tubuhnya seketika terasa sangat lelah apalagi pikirannya yang masih pusing. Entah angin dari mana yang sampai membuat Dave seketika tertidur di ranjangnya.

***

Matanya terkejut melihat jarum jam menunjukkan jam 5 sore, ia segera bergegas membersihkan diri dan langsung turun ke bawah tapi suasana sudah sepi seketika, beruntung supir pribadinya memberitahu jika semua orang sedang ke TPU untuk menguburkan jenazah Bram.

"Antar saya ke pemakaman Pak." pinta Dave pada supir pribadinya.

Tidak butuh waktu lama untuk sampai di tempat pemakaman ternyata jenazah Bram sudah di kuburkan, beberapa orang juga sudah pulang dari tempat pemakaman yang tersisa hanya keluarganya saja, Zahid tertegun saat melihat Dave berjalan kearah pemakaman ia pikir putranya itu tidak akan mau datang tapi ternyata Dave mau datang ke pemakaman jenazah Bram.

"Saya turut berdukacita cita atas kematian Bram," ucap Dave menatap Kalina.

"Mama mau meminta maaf atas nama Bram sama kamu Dave, maaf atas segala perbuatan Bram terhadap kamu dan Nadya, Mama sangat berharap kamu mau memaafkannya agar Bram bisa tenang disana," ujar Kalina yang kini tengah menangis.

"Saya sudah memaafkannya." kata Dave.

Sedetik kemudian ponsel Dave berdering menampilkan nomor ibu mertuanya, ia langsung mengangkatnya dan mendapatkan kabar bahagia, mendengarnya ia langsung bergegas pergi dari area pemakaman meninggalkan mereka yang masih keheranan mengapa tiba-tiba Dave langsung terburu-buru pergi.

To be continued..

Stuck With You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang