8. Bukti Baru

47 17 19
                                    

Happy Reading

~~

"Kenapa kalian ga masuk kemarin?" tanya Bu Mika, wali kelas mereka.

"Mau ngeles kalian?! Bisa bisanya ga masuk barengan. Kalian semua Ibu hukum bersihin kamar mandi!"

Mereka tidak berbicara dan langsung saja pergi kekamar mandi untuk dibersihkan.

"Gue bersihin westafel, lo ngelap kaca." ucap Nadin kepada Qiila

"Siapa lo ngatur ngatur?" Qiila melipat tangannya di dada.

"Majikan lo HAHAHAHA!" jawab Nadin.

"Udah, udah, ntar Bu Mika dateng lagi." jawab Jani sembari mengepel lantai kamar mandi itu dengan kesal.

"Waduh, santai bro!" Dinda menepuk pundak Jani.

"Haduh kasian banget deh disuruh bersih-bersih wc, ew mana bau." ucap Melisa yang melipat tangannya didada sembari menyender di dinding kamar mandi itu bersama 2 temannya.

"Btw, kalian cocok kok jadi tukang bersih-bersih." ucap Edsel lalu Melisa dan Sarah sontak tertawa.

Sarah berjalan memasuki salah satu wc disana, "Iuw apaan nih kerja ga bener."

"Mau gue beresin ga? Pake kepala lo lo pada!" lagi lagi mereka bertiga tertawa.

"MELISA, SARAH, EDSEL! APA APAAN KALIAN?!" Ibu Mika yang tiba tiba masuk kekamar mandi dan menjewer telinga mereka.

Sontak mereka yang bersembilan kena hukum itu membuat muka pasrah dan sedih seperti mendramatis keadaan.

"Bu, kita dari tadi diganggu sama mereka, Bu, padahal kita ga ganggu mereka. Eh mereka ganggu kita.." ucap Qiila.

Bu Mika menatap Melisa, Sarah, dan Edsel lalu tatapannya kembali mengarah wajah mereka bersembilan, "Kalian semua kekelas, biar mereka bertiga yang lanjutin." Ucap Bu Mika sebelum pergi dari sana.

"HAH, YAHH KOK GINI SII!" Ucap Edsel dengan nada yang ia buat manja-manja nya itu.

Mereka keluar satu persatu dari kamar mandi. Melisa, Sarah, Edsel menatap mereka dengan penuh kekesalan. "Ck, awas aja!" gerutu Melisa kesal

"Wle, babu! Yang bener ya kerjanya!" Ucap Dila lalu berlari dari hadapan mereka bertiga.

"AAAAA GAMAUUU!" Edsel menghentakkan kakinya dilantai yang membuat Sarah menyikut Edsel

"Apaansi lo, cepetan beresin!"

~~

Seperti biasa mereka pulang akhiran.

"Jadi, gimana kabar Lia, Ji?" Jani duduk diatas meja sembari meletakkan jari telunjuknya di dagu.

"Kata dokter psikolog nya, Lia terkena penyakit mental PTSD post-traumatic stress disorder atau gangguan stres gitu, gangguan kecemasan yang membuat penderitanya teringat pada kejadian traumatis." Raut wajah Jiaa kini berubah menjadi sedih.

"Tenang aja, semuanya bakal baik- baik aja kok, ada kita." Nadin menepuk pundak Jiaa.

"Btw, gimana Ta, nyokap lo?" Jani kali ini bertanya kepada Mareta.

"Belum, masih aku baik-baik in." jawabnya.

"Lo, Din?" tanya Jani

"Lo kek ngeintrograsi orang aja dah, sewot bener. Lagian kalo gue dapet info langsung kasih tau kok." Jawab Nadin dengan raut wajah yang tidak santai.

Sontak Cuwa tertawa melihat hal itu, dia menggeleng-geleng kan kepalanya "Nadin, Nadin." gumamnya.

"Tapi, bukti terbanyak ada pada Lia ga si?" Tiara membuka suaranya.

Strange Mystery (REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang