Hari ini adalah hari istimewa bagi Caroline. Karena akhirnya, Evan bersedia meluangkan waktunya untuk membuat pakaian bersamanya. Biasanya, Evan akan memasrahkan apapun keputusannya jika berurusan dengan pernikahannya. Entahlah, meski begitu, Caroline masih bisa memakluminya. Ia hanya akan berpikir jika apapun yang Evan lakukan di luar sana sedang melakukan pekerjaan pentingnya. Iya, Caroline akan berpikir seperti itu untuk menenangkan hatinya, meskipun kenyataannya mungkin tidak seperti yang dipikirkannya.
Caroline menatap cincin safir pemberian Miriam untuknya. Cincin itu terlihat sangat memukau di jari manisnya. Miriam sengaja membelikannya untuk Caroline ketika Evan mengatakan pada wanita tua itu jika dirinya akan menikahi Caroline.
"Kau terlihat senang, Caroline"
Tiba-tiba Miriam masuk ke kamar Caroline. Wanita itu lupa jika dirinya masih berada di kediaman Evan.
"Kau kemari? Kenapa tidak menyuruh seseorang untuk memintaku datang ke kamarmu, Miriam..." kata Caroline.
Wanita itu meminta Caroline untuk menyebut namanya ketika sedang berbicara. Dan sekarang, Caroline menuruti permintaan itu.
"Aku ingin melihat-lihat rumahku sendiri. Selama ini aku selalu di kamar sepanjang hari. Dan aku merindukan kegiatanku ketika aku masih bisa berjalan tanpa kursi sialan yang membantuku berjalan"
Caroline mendekati Miriam dan menggantikan pelayan yang mendorong kursi roda calon ibu mertuanya sebentar lagi.
"Apa kau membutuhkan sesuatu?" tanya Caroline lembut.
"Tidak. aku hanya ingin melihatmu..."
"Oh! Aku merasa tersentuh, Miriam"
Caroline mendorong kursi roda Miriam menuju balkon. Membiarkan wanita itu menghirup udara luar dan melihat pemandangannya sekaligus.
"Kau memiliki rumah yang sangat bagus, Miriam"
"Kau menyukai tempat ini?"
"Tentu saja. Kenapa aku harus tidak menyukai tempat ini..."
"Baguslah kalau begitu" Miriam tersenyum. "Carol, kenapa kau berhenti dari pekerjaanmu? Kau bisa tetap bekerja jika kau masih menginginkannya. Apa kau tidak bosan?"
"Bosan? Mana mungkin aku bosan untuk hidup seperti ini, Marilyn. Aku sangat bahagia karena aku tidak perlu lagi untuk bekerja. Aku menghargai Evan, lagipula aku akan segera menikah. Aku tidak memiliki waktu untuk memikirkan sebuah pekerjaan"
"Begitu rupanya. Apa kau sangat mencintai Evan?"
"Kenapa kau menayakan hal yang sudah tahu jawabannya, Miriam. Aku bersedia menikah dengannya, karena aku mencintainya"
Miriam tersenyum tipis sambil mengusap tangan Caroline. "Baguslah, kalau begitu" ucapnya tenang.
Miriam menemukan perbedaan antara calon pengantin Evan yang sekarang dan yang terdahulu. Namun, ia tidak mau memikirkannya lebih dalam. Evan akan segera menikah, begitulah rencananya. Bukankah pernikahan Evan adalah sebuah harapan yang diinginkannya sejak dulu. Miriam tidak mau sampai Evan sampai berubah pikiran, lagi. Tidak membatalkan pernikahannya saja sudah cukup untuk Miriam. Ia takut, jika dirinya tidak bisa melihat putra satu-satunya menikah.
"Apa kau tahu kemana Evan pergi tadi?"
"Dia hanya mengatakan akan menemui pengurus pernikahan kami"
"Dia pasti sangat serius dengan pernikahan ini. Sampai-sampai ia rela bolak-balik kesana kemari untuk mengurus pernikahan kalian"
Caroline tersenyum hambar. "Ya, pasti begitu" ucapnya ragu.
Seandainya Miriam tahu, jika salah satu pengurus pesta pernikahannya adalah mantan calon menantunya dulu. Apakah Miriam akan terkejut? Sejauh ini keduanya tidak pernah sekalipun membahas masalah Wanita bernama Elle Mcbroom. Caroline pikir, Elle pasti tidak begitu dekat dengan Miriam. Ia tidak ingin menanyakannya lebih jauh pada wanita tua di hadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TELL ME SOMETHING I DON'T KNOW (ON GOING)
RomanceCERITA DEWASA 🔞 Sejak kepindahannya ke apartemen barunya, Elle Mcbroom akhirnya bisa menjalani hari-harinya seperti biasa. Setelah perpisahannya dengan mantan tunangannya, Elle berharap bisa melupakan pria yang telah berselingkuh dengan teman karib...