Bab 25. Lost Control

1.1K 162 15
                                    

"Ada surat untukmu"

Setelah menyodorkan beberapa amplop yang Mia berikan padanya, Elle meletakannya begitu saja.

"Akan kubaca nanti" ujarnya santai.

Mia tertegun melihat kecantikan Elle. Wanita itu baru saja bangun tidur, namun tidak ada sedikitpun cela di wajahnya. Elle benar-benar sebuah anugerah.

"Katakan padaku, apa kau melakukan operasi plastik selama ini?"

"Jangan gila" sambil menenggak air putih, Elle mengabaikan ucapan Mia. "Omong-omong apa anak-anakmu sudah sarapan? Maaf, aku terlambat bangun pagi ini, aku sudah lama tidak merasakan tidur yang cukup nyenyak seperti ini. Rasanya nyaman,,,"

"Wajahmu terlihat tidak nyata, Elle. Mereka sudah sarapan. Aku mengantarnya sekolah tadi. Jadi perawatan macam apa yang kau pakai selama ini?"

"Aku tidak melakukan perawatan apapun, Mia. Aku hanya menjaga pola makan dan berolah raga"

"Omong kosong. Kau seorang koki, mana bisa menjaga pola makan. Aku yakin kau mencicipi banyak makanan dari yang kering sampai yang berminyak"

"Percayalah, perbanyaklah minum air putih dan buah. Itu akan membantu kulitmu segar. Lagipula wajahku tidak semulus itu, terkadang jerawat di wajahku muncul saat aku sedang stress..."

"Aku iri denganmu"

"Kenapa harus iri!"

"Kau cantik dan kau memiliki bakat yang luar biasa. Kau seumuran denganku tapi kenapa aku terlihat tua jika disampingmu, ya Tuhan. Orang-orang pasti berpikir jika aku adalah ibumu"

Elle terkekeh mendengar gerutuan Mia.

"Terkadang, aku menyesal karena harus menikah muda. Aku ingin kembali di masa aku bisa pergi kemanapun tanpa memikirkan waktu. Tanpa memikirkan apakah anakku sudah makan dirumah, apakah anakku sedang menangis dan apakah ada makanan di rumah. Banyak sekali pikiran yang muncul dibenakku ketika aku mencoba pergi sendirian sekedar menenangkan diri. Aku benar-benar tidak tenang saat pergi keluar"

"Kau pasti bisa melaluinya, kau hanya perlu menimatinya, Mia. Jadi tidak ada beban untukmu sendiri. Kau bisa mengatakan padaku jika kau berencana bepergian, aku akan menjaga anak-anakmu"

"Omong kosong, kau pasti akan menghilang lagi dan tidak ada disini dalam waktu dekat! Kau kan tidak betahan!"

Elle tersenyum. "Aku hanya tidak betah berdiam diri, Mia. Secara harfiah, aku sangat mencintai tempat tinggalku. Tapi akan lebih menyenangkan jika aku memiliki kegiatan yang positif bukan?"

"Cih..." cibir Mia. "Omong-omong apa rencanamu hari ini?"

"Ke toko. Apa kau mau ikut?"

"Aku akan menyusulmu nanti"

"Baiklah"

"Jangan lupa bawa surat-suratmu, Elle! Kau bisa membacanya saat menunggu kuemu matang dari oven!"

"Ah, kau benar. Aku akan membawanya nanti. Aku akan bersiap-siap dulu"

:::

Sesampainya di toko kue, Elle bersiap-siap. Ia menggunakan apron coklat kesayangannya. Tak lupa Elle memakai topi kecil khasnya ketika ia di dapur. Untuk saat ini, ia tidak mempekerjakan siapapun karena Elle masih belum nyaman untuk membiarkan seseorang dekat dengannya sekarang.

Anggaplah ia sedang ingin menyendiri. Ia tidak ingin siapapun melihat dirinya terlihat bodoh dengan apa yang sedang dilakukannya. Melihat tangannya yang terluka akibat luka bakar membuatnya menyadari jika yang sedang dilakukannya sekarang adalah bentuk kebimbangan dan kesedihan yang Elle rasakan. Ia menyadari, jika dirinya memang tidaklah baik-baik saja. Namun, ia mencoba tegar dengan melakukan banyak aktifitas. Berharap dirinya bisa melupakan kesedihannya. Sampai saat kue buatannya matang  Elle baru sadar jika ia lupa untuk memakai sarung tangannya. Sehingga kulitnya terbakar akan panasnya oven. Dan hal ini, sudah terjadi beberapa kali belakangan ini.

TELL ME SOMETHING I DON'T KNOW (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang