29. Perkenalan

227 15 0
                                    

Hanifa membawa namban berisi kudapan, segelas kopi hitam dan segelas teh manis panas untuknya. Bermodalkan ingatan ketika Akil meminta dibuatkan kopi kepada Handi, Hanifa membuatkan segelas kopi hitam dengan sedikit gula.

Untuk mengurangi resiko, Hanifa juga membuat segelas teh manis panas untuk dirinya sendiri. Jadi kalau Akil tidak mau meminum kopi buatannya ia masih bisa menawarkan teh manis panas untuknya.

"Mau teh atau kopi?" bisik Hanifa mengkode Akil dengan gerak bibirnya yang jelas jelas bisa dilihat oleh maminya. Lucunya Akil menjawab dengan gerak bibir juga ditambah pandangan mata penuh cinta kasat mata.

Jauh di dalam hati ibunya, Nena merasa bahagia akhirnya anak gadis kesayangannya menunjukkan tatapan mata berbinar dan wajah yang ceria. Anak gadis cerianya akhirnya kembali juga. Hati seorang ibu mana yang tidak sedih mengamati anak gadisnya melewati masa masa berat ditinggalkan sahabat dekat dari bayi yang dicintainya.

Masih jelas dalam ingatannya tangisan anak kesayangannya yang menyayat hati.. meraung begitu mendengar sahabat kecilnya meninggal dunia.

Begitu mendengar kabar kecelakaan Junet dengan kondisi Junet tak tertolong lagi, Hanifa bergegas menuju stasiun untuk membeli tiket kereta apa saja yang paling cepat. Hanifa sampai di rumah Junet masih sempat melihat muka Junet untuk terakhir kali sebelum dimakamkan.

Keluarga Junet memutuskan pemakaman menunggu 7 jam kedatangan Hanifa dari Purwokerto. Mengingat kedekatan mereka berdua sejak balita, mereka memberikan kesempatan untuk Hanifa melepas kepergian Junet.

"Juneet.. kamu janji mau nikahin aku.. kamu ingkar Juun.. kenapa pergi Juun... Aku ngga bisa ngga ada kamu Juun" tangis pilu Hanifa di samping jenazah Junet waktu itu.

Hati ibu mana yang tega melihat pemandangan itu. Maka ketika sekarang melihat dua anak muda dengan binar binar ceria di mata keduanya, hati Nena merasa lega. Lega akhirnya masa berkabung yang walaupun saangat lama akan terlewati. Sebuah penantian yang sangat panjang, Namun ia memberikan kesempatan anak gadisnya untuk menjadi sosok yang tegar melewai masa dukanya.

" Han, nak Akil tadi sampaikan ke mami kalau besok akan ke sini lagi dengan ibunya" kata Nena.

"Hah..serius besok?" tanya Hanifa dengan muka syok.

" Kan udah sepakat kalau direstui mami mamimu, kita menikah bulan depan" kata Akil.

" Boleh ya saya juga panggil tante dengan mami aja?" kata Akil mengalihkan pandangan matanya ke wanita paruh baya yang ia berharap dalam waktu dekat akan menjadi mertuanya.

"Tentu boleh nak Akil. Mami juga ada hal yang perlu dibicarakan dengan Hanifa terlebih dahulu, Besok Hanifa akan kabari kalau rencana nak Akil datang dengan ibu jadi. Kalian mengobrol lah dulu ya mami siapkan bakso dulu di belakang. Nak Akil juga istirahat dulu sebelum pulang" kata Nena sambil berlalu meninggalkan keduanya. on

a user

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 01, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bos GalakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang