8. Rush Hour

1.9K 109 3
                                    

Jika setiap hari Hanifa berangkat dari rumah dengan santai, setengah delapan, maka mulai hari ini jam 6 Hanifa sudah rapi. Ia dulu terbiasa dengan jadwal padat seperti ini, tapi mungkin dengan jadwal yang padat bisa lebih menceriakan hari, worth to try. Kenapa tidak.

Tak kalah sibuknya, mami Hanifa di dapur sudah bangun sejak adzan shubuh tadi. Siapa yang ngantor siapa yang sibuk menyiapkan sarapan pagi plus bekal makan siang di kantor. Mami nggak akan membiarkan anak gadis semata wayangnya makan makanan tak bergizi, kata mami begitu.

Padahal, menu makan siang di food court gedung itu pasti nggak kalah seru. Tapi biarlah, nggak ada ruginya tidak mengurangi kebahagian seorang ibu memasakkan makanan untuk anaknya.

Kegiatan mami sejak papi meninggal adalah, menjahit.. Saking menikmatinya membuatkan baju untuk semata wayangnya, dan sayang tidak terpakai, kenapa tidak dijual saja, sambil mami menikmati waktu, sambil menambah uang saku.

Begitulah, akhirnya sampai saat ini mami mengisi hari harinya dengan menjahit baju untuk mengisi gerai butik mini miliknya. Semua senang. Apalagi kalau sampai Hanifa merengek minta dibuatkan baju dengan desain lucu lucu. Semangat sekali mami untuk memenuhi permintaannya.

Pukul enam tepat Hanifa memesan ojek online ke stasiun Pondok Cina. Butuh waktu sekitar 1.5 jam untuk sampai ke kantornya di bilangan Sudirman. Lucunya, ternyata kantornya sekarang tepat di samping bekas kantornya dulu, jadi ia hafal betul, kemana mencari makanan dan minuman enak di area itu. Hari ini bak deja vu. Namun entah mengapa. Terbersit semangat dalam benaknya untuk memulai hari baru.

Junet, andai kau ada, kita bisa berangkat bersama. Selamat pagi cinta... Semoga kau selalu bahagia di sana. Tanpa disadari tersungging senyum di bibirnya.

Tepat pukul 7.30 ia sudah duduk manis di mejanya, setelah kurang lebih satu jam berdesak desakan di kereta dan sepuluh menitan jalan kaki dari stasiun ke lokasi kantornya. Ruangan masih kosong. Teringat bekal sarapan pagi yang dibawakan mami, Hanifa lalu beranjak ke pantry.

Pantry yang lagi lagi bernuansa kayu, dengan desain meja pantry dari kayu yang besar hampir memenuhi ruangan, dan kursi kursi makan berdesain minimalis menjadikan ruangan ini cantik terlihat. Ia yakin, desain lantai ini hasil karya satu orang yang sama. Pantry masih kosong.

Ia lalu menuangkan nasi goreng teri medan kesukaannya ke atas piring yang ia ambil dari rak piring yang tersedia. Hanifa menyiapkan teh manis sendiri lalu memanaskan nasi goreng menggunakan microwave yang sepertinya disediakan untuk pegawai dan kemudian ia pun asik menikmati sarapan paginya.

Net, ini juga menu sarapan kesukaanmu" batin Hanifa.

Padahal memang mami mami mereka aja yang dulu terlalu exciting karena dua bocah TK yang kebetulan bersekolah di tk yang sama, lahap memakan nasi goreng bawaan mami Hanifa. Lalu mami Junet jadi ikut ikutan semangat hobi memasakkan nasi goreng teri medan untuk anaknya. Alhasil, terbrain washed lah otak mereka bahwa nasi goreng teri medan adalah menu kesukaan anak anak mereka.

Lamunannya terbuyar ketika Handi office boy kantor masuk ruangan dapur.

"Pagi bu" sapa Handi sambil mengangguk sopan.

"Pagi mas" jawab Hanifa sambil tersenyum ramah lalu melanjutkan sarapannya.

Ketika ada orang lain lagi masuk ruangan pantry, mendadak ia jadi tegang, dan berusaha menguasai diri menyapa atasannya.

" Selamat pagi pak Akil" sapanya.

"Pagi mba" jawabnya tersenyum. Mukanya jauh enak dilihat dibandingkan dengan muka kemarin, pagi ini ditambah dengan senyum manis. Atau mungkin ia berhalusinasi ya haha. Dan ajaibnya si bapak sangat santai hanya memakai kaos putih polos dan celana kerja, bersandal pula, santainyaaa.. (walaupun kayaknya seusia, tapi karena atasan, rasanya lebih afdol memanggilnya dengan panggilan bapak).

Tanpa di sangka pak Akil ikut duduk di meja tepat di seberang Hanifa. Ih membuat kikuk saja. Berasa mendadak susah menelan nasi.

"Hanifa, nanti tolong pelajari laporan keuangan perusahaan, dan anak perusahaan kita di Surabaya ya. Saya perlu opini kamu" kata pak Akil.

"Baik pak" jawab Hanifa.

"Segera ke ruangan saya ya begitu selesai sarapan" kata pak Akil.

Lagi lagi ia hanya bisa menjawab "Baik pak".

Mendadak nasi goreng teri medan buatan mami menjadi tak enak ditelan lagi. Pak Akil berdiri dengan membawa secangkir kopi buatan Handi meninggalkan meja pantry.

Waktu masih menunjukkan pukul 7.40 menit yang berarti sebenarnya masih ada waktu 20 menit untuk istirahat dari berdesak desakan di commuter line tadi. Tapi teringat ucapan pak Akil, mau tak mau ia bergegas menuju ruangan atasannya.

Diketuknya pintu ruang kerja pak Akil , setelah ada perintah masuk, baru ia memberanikan diri untuk memasuki ruangan itu. Sekali lagi diperhatikannya sekilas ruangan itu. Ia paham sekarang mengapa desain kantor itu muda sekali. Kemungkinan besar lelaki di depannya inilah yang membuat desain kantor bernuansa muda.

Tanpa banyak berkata, diserahkannya tiga set buku laporan audit tahunan oleh pak Akil kepada Hanifa dengan cara menyodorkan ketiga set buku tersebut ke depan Hanifa.

"Saya mau kamu pelajari sebentar, nanti jam 10 kita meeting, saya tunggu inputnya. Hanifa sudah pelajari company profile kita di website?" kata pak Akil.

"Sudah pak." jawab Hanifa.

"Oke kalau begitu, silahkan pelajari" ujar pak Akil. Hanifa akui, dari caranya berbicara, terpancar kuat aroma kharisma kepemimpinan lelaki di depannya.

Lalu dengan menganggukkan kepala kemudian Hanifa meninggalkan ruangan itu. Ternyata orangnya lugas, tidak bertele tele dan Hanifa mulai merasakan aura ketegasan, perfeksionis dan taktisnya orang yang kini menjadi atasannya itu.

Begitu sampai di mejanya, sambil sesekali tersenyum membalas sapaan anak buahnya yang mulai berdatangan, Hanifa tenggelam dalam lembaran lembaran buku laporan audit tahunan. Sambil menghitung sana sini, ia menuliskan apa apa yang bisa diperoleh dari laporan audit holding company dan anak usahanya.

Tanpa terasa waktu sudah menunjukkan pukul 10.00 pagi dan sudah ada kode dari personal assistant (PA) pak Akil untuk para head departement segera memasuki ruangan rapat.

Here we go... welcome to office life.

Bos GalakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang