Meeting dengan calon operator berjalan lancar. Hanifa dan Akil menjadi pasangan yang kompak ketika mendengarkan offering kandidat pertama operator hotel. Keduanya saling melengkapi ketika menanggapi paparan Alberta International. Operator ini sudah malang melintang di dunia operator perhotelan. Pertanyaan pertanyaan kritis dari Hanifa dan Akil mampu mereka jelaskan dengan baik.
Akil sangat puas dengan kolaborasi mereka berdua. Tanpa terasa jam makan siang sudah tiba. Akil mempersilahkan peserta meeting untuk menikmati sajian hotel.
Restaurant dengan view lapangan golf menjadi daya tarik tersendiri hotel ini. Style restaurant yang mewah, menjadi daya tarik tersendiri bagi Akila Hotel & Resort ini. Hotel dapat berfungsi sebagai tempat makan untuk keperluan bisnis, sekaligus merangkul pasar penikmat golf, dan pelanggan hotel.
Deretan menu istimewa sengaja disajikan kepada kandidat operator sambil Akil menjelaskan konsep restaurant hotel mereka dan pihak operator menjelaskan strategi pemasaran yang akan dilakukan.
Mr. Anderson dari Alberta International sangat lihai dalam menjelaskan strategi pemasaran mereka. Hanifa berkali kali melontarkan pertanyaan yang beberapa kali membuat kening bule berperawakan tegap itu berkerut lalu kemudian tersenyum dan menjawab pertanyaan yang diajukan dengan baik.
Akil memperhatikan dengan seksama gerak gerik Hanifa ketika mengajukan pertanyaan. Beneran ini wajah tanpa make up bisa menarik dan tak membosankan dilihat, hati Akil membatin. Hanifaa, aku padamu. Ia tahu, dari apa yang dipertanyakan Hanifa menunjukkan bahwa anak itu sudah mempelajari walaupun dalam waktu sangat singkat apa apa yang perlu ditanyakan dan dapat menjadi masukan buat Akil untuk memilih operator mana yang akan dipilih.
Hanifa tidak memakai make up tebal, bahkan lipstik di bibirnya pun terlihat sangat natural. Tidak ada eye shadow atau blush on di pipinya. Dahulu Sandra selalu merawat mukanya dengan baik, selalu bermake up, tidak menor, tapi asik dipandang dan ia pun jelas senang karena istrinya selalu tampil cantik menawan. Namun gadis di depannya tidak demikian. Boro boro blush on, eye shadow, lipstik aja warnanya bukan warna yang ngejreng terang. Tapi entah kenapa, ia sangat menikmati pemandangan natural di depannya.
Akil jelas jelas melihat mata berbinar Mr. Anderson ketika berbicara dengan Hanifa. Enak aja. Heh.. mata... itu mata, dijaga, ini kesayangan akuuu.. eh, batin Akil mengkoreksi sendiri. Mulai kacau pikiranku, mulai panas melihat tatapan memuja dari Mr. Anderson.
Sementara Hanifa sih terlihat biasa biasa saja, tetap fokus bahkan cenderung sangat serius memperhatikan penjelasan Mr. Anderson. Akil malah lebih serius memperhatikan wajah Hanifa. Bahkan ia bisa melihat kulit pipi Hanifa yang terlihat sangat haluus, merona menggoda membuat pikirannya ingin menyentuh pipi Hanifa. Setiap tersadar kembali ke dunia nyata, Akil akan fokus kembali kepada Mr. Anderson, yang lagi lagi menjelaskan kepada Hanifa dengan tatapan memuja, menyebalkan.
Kalau lihat perawakan Mr. Anderson, mungkin para wanita juga tidak perlu dua kali pandang sudah tergoda. Waduh, saingannya lumayan berat juga inih. Babang plontos di screen saver Hanifa juga ganteng macho, tapi Alhamdulillaahnya bukan lagi menjadi ancaman, bersaing dengan kenangan memang lebih tidak mudah ditebak karena adanya di dalam hati, namun dipikir pikir, ia pun juga punya kenangan yang tak akan terlupa tentang Sandra. Sandra tetap istimewa di hatinya.
Sambil mereka menikmati hidangan, mereka kini bercakap cakap santai. Dalam suasana santai, tiba tiba wajah Hanifa memucat, ia terbatuk batuk, napas tersengal sengal, dan Hanifa memegangi lehernya karena kesulitan bernafas.
"Pak A kil, sa ya a ler gi salmon" kata Hanifa terbata bata.
"Mr. Anderson, I'll contact you soon" kata Akil dengan buru buru.
Tanpa ba bi bu Akil berdiri dan menggendong Hanifa dan berlari ke arah lobby dengan Hanifa pasrah melingkarkan tangannya ke leher Akil. Napasnya tersengal, dibatuk batukkannya ia untuk mendapat suplai oksigen. Hanifa terlihat berusaha untuk tetap bernafas menggunakan mulutnya, bibirnya pucat pasi.
Mobil hotel sudah ada di depan lobi dan dengan cepat membawa mereka berdua ke rumah sakit. Beruntung tak sampai 15 menit Hanifa sudah mendapat pertolongan di IGD rumah sakit tersebut. Hanifa sudah mendapatkan alat bantu pernafasan dan saat ini sedang tidur karena sengaja diberikan obat tidur oleh dokter yang menangani.
Akil tak menyadari ekspresi kecemasan berlebihan yang ada pada dirinya. Bayangan Sandra di saat saat terakhirnya membuatnya bersikap demikian. Tangannya sedari Hanifa dibaringkan di IGD tak sedikitpun lepas dari genggamannya.
Hanifa perlahan membuka matanya, lamat lamat diperhatikannya sekeliling. Hanifa berusaha mengingat ingat apa yang terjadi pada dirinya.
Lalu matanya tertuju pada Akil. Pak Akil sepertinya tertidur. Aduh, tangan kanannya saat ini sedang dalam genggaman tangan pak Akil. Hanifa merasa serba salah sendiri.
"Aduh, Mamiii aku harus bagaimana Miii, kalau aku bergerak, dia bangun, kalau nggak bergerak juga aku salting, gila, aku tidur hampir dua jaam!!! Pantesan pak Akil ketiduran"Seingat Hanifa terakhir lihat jam jam 1an, sekarang jam dinding rumah sakit sudah menunjukkan jam tiga sore.
Muka Hanifa memanas ketika ingat sebelum semuanya menjadi gelap, pak Akil mencium keningnya, membelai rambutnya... dan sangat jelas ekspresi sangat panik pak Akil melihat kondisinya.
Hanifa berusaha untuk melepaskan genggaman tangan pak Akil dan karena gerakannya ini Akil menjadi terjaga. Ekspresi panik langsung muncul di raut mukanya.
"Han, kamu nggak papa?" tanya Akil sambil reflek membelai rambut Hanifa dan menempelkan telapak tangannya mengecek suhu tubuh Hanifa.
"Maaf ya Pak, saya sudah membuat bapak panik" kata Hanifa kepada pak Akil.
"Saya yang kuatir kamu kenapa kenapa Han, beneran ya kamu udah nggak apa apa?" tanya Akil sekali lagi.
"Maaf ya Pak, saya sudah nggak apa apa kok. Saya yang kurang hati hati, tidak bertanya dulu, ada yang mengandung salmon atau tidak" kata Hanifa.
"Kamu akan kaya tadi setiap makan salmon?" tanya Akil. Hanifa menganggukkan kepalanya. Ih, mulai sekarang akan aku jauhkan semua salmon di muka bumi ini dari Hanifa, batin Akil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bos Galak
Romanceoffice romance, antara atasan yang super galak dengan asistennya