Dengan hati deg deg an, Hanifa melangkah ke ruangan pak Akil. Ih, bos nya ganteng, tapi ngga lucu. Kayaknya bakal butuh ekstra upaya untuknya menikmati hari hari baru di kantor ini. Hari pertama aja level pressure udah tiga skala sepuluh.
Diketuknya pintu ruangan bosnya dengan hati hati. Setelah ada jawaban dari dalam ruangan ia baru berani membuka pintu.
"Duduk Han" dengan senyum ramah. Heh, apa matanya siwer ya.. Tadi habis marah marah, sekarang senyum cerah. Hiyy. Moody banget sih. Nanti jangan jangan aku lg senyum dia bentak pula. Harus berhati hati membawa diri.
Dengan tatapan menunggu perintah, Hanifa menatap mata bosnya. Sial, jelek kek bosnya, banyak tompel kek di wajahnya, atau jerawat disana sini biar pemandangannya nggak sebagus wajah di depannya. Kalau begini kan nggak puas mau ngejelek jelekin penampakannya. Ngga seru. Perutnya menggelambir atau buncit kek atau lengannya segede popeye kek.. Nggak seproporsional itu harusnya badannya.
"Kamu ke ruangan saya nggak bawa laptop?" tanya bosnya dengan wajah serius. Ah siaaal.. Salah dehhh.
"Sebentar pak"jawab Hanifa berlari bergegas meninggalkan ruangan bosnya. Akil tak mampu menahan senyum lebarnya. Ada hiburan baru nih...
"Simpan nomor handphone saya" perintahnya sambil menyebutkan nomor telpon. Dengan buru buru ia mengambil handphone dari saku bajunya.
"Trus kamu nggak ngasih ke saya nomor HP mu gitu" katanya lagi. Aduh mamiiiiii... Dia bikin mati kutu.
"oh iya pak. Saya miskol ya" jawabnya sambil menekan tombol telepon.
Ini saya kirim file rincian data keuangan pabrik lewat whatsap ya.. Sore ini jam 4 kita diskusikan" lanjutnya.Hanifa membuka file tahun 2014 sampai 2018, wewh banyaknyaaaaaa.... (ingat muka Upin Ipin liat ayam goreng? Nah ini mirip mirip begitu ekspresinya, hanya tidak dengan mata berbinar.. Mata puyeng).
Akil menikmati mimik muka lucu di depannya yang sedang serius membuka buka satu satu file dalam laptop."Ada yang lain pak Akil?" Tanya Hanifa.
"Oh, masih kurang file yang saya kirimkan? " tanya pak Akil balik.
"oo no no no.. Cukup pak cukuup" jawab Hanifa spontan. Pak Akil tertawa renyah.
"ya sudah kalau begitu, nanti jam 4 kita lanjutkan diskusi kembali.Hanifa meninggalkan ruangan sembari menganggukkan kepala tanda hormat kepada bosnya. Dipeluknya laptopnya dan kembali ke ruangannya. Akil sangat terhibur dengan hanya lima menitan keberadaan Hanifa di ruangannya.
Rasa penasaran membuatnya membuka akun media sosial dan mencari nama Hanifa di sana. Gotcha!!!
Wah ternyata ia bukan tipikal perempuan yang sebentar sebentar upload di akunnya. Hanya sesekali. Tidak tiap hari tiap saat curhat di medsos.
Foto terakhir tiga hari lalu. Terlihat fotonya memakai celemek sedang dipeluk dan dicium pipinya oleh wanita yang kemungkinan adalah ibunya. Terlihat dua wanita ini punya hubungan yang dekat, terlihat rasa sayang yang besar dari raut muka perempuan paruh baya di samping Hanifa.
"Mami kesayangan😘😘😘😘"Lalu berikutnya fotonya menyerahkan celemek ke teman kantornya dengan tulisan
"Kuserahkan seragam kebesaran padamu, wahai mbak Susi yang berani beraninya menggeser posisiku" membaca komen komen di postingan itu membuat Akil tersenyum. Rupanya Hanifa disayang oleh teman teman sekantornya. Ia membayangkan hari hari Hanifa di kantor sebelumnya yang ceria.Akil menikmati keceriaan yang diciptakan oleh postingan postingan Hanifa. Ia membuka foto berikutnya. Postingan bulan lalu.Ia mengerutkan muka ketika ada postingan Hanifa dengan perempuan paruh baya yang sedang merangkulnya, mereka sedang berlibur di bali. Foto itu bertuliskan "Mamiku tercinta, jangan galak galak ya, nanti cepat tua" lalu di slide berikutnya ada foto lain berempat, berjejer, perempuan di foto terakhir memeluk pinggang Hanifa, lalu disamping kanan foto Hanifa adalah perempuan pertama merangkul Hanifa dengan sayang dan perempuan paruh baya tadi dirangkul lelaki yang kemungkinan papanya Hanifa. Hanifa menuliskan "my dearest family"
Waah, keluarga yang unik batin Akil. Poligami?Slide berikutnya foto bertiga Hanifa diapit dua perempuan paruh baya tadi. Hanifa menyenderkan kepalanya ke bahu salah satu perempuan tadi dan tangannya menggenggam erat tangan perempuan satunya. Hanifa menuliskan "My dearest Moms"
Lalu foto pertengahan tahun lalu, foto Hanifa sedang membuat kue dengan tulisan di bawahnya " these portuguesse egg tarts melt perfectly, cheesy n yummy" ia sendiri tidak memperhatikan kamera saat difoto. Terlihat fokus mencetak kue dan disampingnya berjajar kue dengan penampakan yang menggoda. Wah, hal baru lagi, batin Akil. Menarik juga perempuan satu ini.
Waktu menunjukkan pukul 11 ketika Hanifa sedang asik asiknya tenggelam dalam angka, bunyi telpon dari mami Junet berdering.
"Haan, mami kirim kue kue ya ke kantor sudah jalan dari jam 10, mami cek sudah ada di lokasi kantormu" kata mami Junet."Aduh mamiiiii, ngapain kirim kirim kue ke kantooor, malu tau miiiiiii"balas Hanifa.
"Ih ya biarin aja orang mami kirim makanan ke anak mami sendiri, apa salahnya" balas Mami Junet.
"Bilang ajaa, baru seharian ngga ngantor bareng mami udah kesepiaaan, mau minta Hanifa balik kerja disana aja mi? " ledek Hanifa.
"Waah, jangaaan, ngga boleh balik sama mami lagi. Di sini cewe semuaa, mami butuh cucu" jawab mami Junet nyebelin.
"iih bete deh "jawab Hanifa disambut tawa puas Mami Junet.
Beneran, tak lama setelah telpon mami Junet ditutup, ada pemberitahuan dari OB, ada abang abang ojol (ojek online) membawa satu bungkusan besar.
Mami bener beneer dehh...Terlihat ada dua bungkusan, yang satu besar dan yang satunya kecil. Tertulis dibungkusan kecil tulisan untuk pak Akil dan bungkusan yang besar tertulis untuk Hanifa n Friends.
Duuh mami ngerjain bangeet deh. Kalau begini kan namanya amanat, harus disampaikan ke orangnya. Duuuh.. Mamiiii. Buat ke ruangan bosnya butuh mengatur degup jantung.
Ditelponnya lagi mami Junet sebagai tanda protesnya.
"Mamii, kenapa ada kue buat pak Akil juga. Iih mamii" kata Hanifa. Mami Junet terkekeh membayangkan Hanifa dengan mulut manyun kesal dengan perbuatannya."Hanifaa, jangan gituu, tadi mami telpon Anita, katanya hari ini dia nggak ngantor karena ketemu orang di luar, baru kembali sore nanti, tapi berpesan, kuenya dikirimkan ke Akil aja katanya, nanti sore ia cicipi" jawab mami.
"Akal Akil.. Pak Akiil mami" protes Hanifa.
"ih suka suka mami dong, orang dia seumuran Junet, sumuran kamu, mami ngapain panggil pak" jawab mami Junet dengan nada menggoda.Kenapaa juga mukanya jadi merah padam.
"Ya udah, sanah kasihkan kuenya ke pak Akil" sengaja mami Junet menekankan kata pak Akil untuk menggoda Hanifa.
"ih mami ngga assik, ngga mau ah" jawab Hanifa.
"Eeh, mana ada anak melawan perintah orang tua" jawab mami Junet. Biasa, senjata andalan. Udah hafaal.
"iya iya, mami iih" jawab Hanifa dengan sebal. Sementara Mami Junet terkekeh kekeh puas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bos Galak
Romanceoffice romance, antara atasan yang super galak dengan asistennya