7. Dia yang punya kuasa

2K 104 2
                                    

Degup jantungnya lebih cepat ketika berjalan menuju pintu masuk satu ruang besar di ruangan yang berdekatan dengan pantry. Terlihat sosok wanita yang elegan dengan dandanan profesional, cantik. Setelan yang dikenakan cerah, warna orange cerah dengan atasan berwarna sama dan inner berwarna putih gading. Rambutnya dibiarkan tergerai ikal sebahu. Sorot mata tegas terlihat diperjelas dengan alis tebalnya.

Terdapat empat kursi beludru lembut berbentuk bulat, yang lagi lagi mengesankan selera anak muda yang mau tidak mau membuat hatinya membatin. Si ibu seleranya oke punya.

Sementara di pojok ruangan di samping kursi beludru bulat terlihat meja kerja dengan tumpukan dokumen yang bagian atasnya terbuka. Terlihat foto yang cukup jelas, foto lelaki di depannya memeluk sesosok perempuan cantik. Di foto itu sosok lelaki di depannya tersenyum ceria, sama cerianya dengan sosok perempuan berparas cantik tadi.

Laki laki ini yang kalau diukur ukur mungkin seusianya, spontan dalam hatinya membatin kalau Junet masih ada mungkin akan seperti dia sekarang.

Rambutnya plontos,  berbeda dengan rambut ibunya yang hitam ikal   panjang, setelan jas yang dikenakan berwarna hijau lembut. Agak jarang Hanifa bertemu laki laki yang bersetelan jas warna hijau. Anehnya bagus bagus saja dilihatnya. Enak dilihat.

"Selamat siang" sambil menyalami kedua orang yang berdiri menyambut kedatangannya.

"Hai, selamat siang, saya Anita, ini anak saya Akil, direktur utama perusahaan ini"kata bu Anita lalu laki laki itu menyodorkan tangannya sambil tersenyum tapi tidak menunjukkan keramahan seperti layaknya senyum sumringah ibunya menyambut kedatangannya.

"Silahkan duduk" kata bu Anita.

"Hanifa, saya kemarin sempat ngobrol dengan ibumu, kebetulan kami di sini membutuhkan orang di posisi manajer keuangan, di perusahaan Frida, sudah berapa lama?" tanya bu Anita.

"Hampir enam tahun Bu" jawab Hanifa berusaha seramah mungkin.

" Dari informasi Frida, backgroundmu finance tapi juga ada pengalaman di marketing yaa" tanya bu Anita.

"Iya Bu, saya di marketing, juga pernah di finance,  tapi lebih banyak di finance sih" jawab Hanifa.

" Waah, hebat niih sudah ninggalin perusahaan besar demi ikut mengurus bisnis keluarga,  tapi memang lebih baik merintis usaha membantu ibumu yaa sembari belajar bisnis" kata bu Anita.

Hanifa tidak berusaha untuk mengkoreksi perkataan bu Anita. Hanifa menjelaskan sesingkat dan sejelas mungkin pengalaman kerja sebelunya. Ia tidak mau jika hanya karena referal dari mami Junet, tanpa melihat kualifikasinya calon atasannya ini menilai rendah dirinya.

"Kapan bisa efektif di sini, kami perlunya besok sudah bisa bergabung karena ada beberapa agenda mendesak yang harus segera kami prioritaskan" tanya bu Anita.

"Saya mendahului, sudah bertanya ke Frida mengenai benefit Hanifa saat di sana, jadi berdasarkan standar gaji di kami jika Hanifa tidak berkeberatan, maka besok saya harapkan untuk bergabung" lanjut bu Anita.

Tidak hanya karena benefit yang ditawarkan, Hanifa memutuskan datang hari ini lebih dikarenakan ia memutuskan untuk mencari suasana baru, membaur dengan lingkungan baru dan tantangan baru.

"Pernah handle jenis usaha apa saja sebelumnya?" tanya Akil masih dengan muka datar.

"Waktu di marketing saya biasa handle customer di sektor Property, industri, trading, kontraktor, hotel" jawab Hanifa.

"Pernah handle perusahaan exhibition?" tanya Akila lagi.

" Belum sih, tapi pernah punya pengalaman menganalisa bisnisnya" jawab Hanifa.

"Good, jadi besok bersedia bergabung bersama kami?" tanyanya masih dengan muka yang datar.

"Ya" jawab Hanifa pasti. Ia sudah bulat memutuskan untuk memulai hari baru.

"Selamat bergabung, besok langsung ikut department head meeting, dan silahkan nanti diantar pak Cahyo untuk diperkenalkan dengan timnya" ucapnya sambil berdiri menjabat tangan. Bu Anita menjabat tangannya dengan raut muka gembira, lain halnya dengan raut muka anaknya.

Hanifa mau tidak mau membatin, bisa beda sekali antara yang di foto dengan di aslinya.

Hanifa meninggalkan ruang meeting dan sudah disambut oleh pak Cahyo yang siap mengantarkannya memperkenalkan diri. Lima orang yang akan menjadi teamnya, dan ia saat ini diantar ke meja kerjanya.

Dari mejanya duduk terlihat Akil meninggalkan ruangan masih dengan muka yang datar, diikuti asistennya membawakan tas kerjanya, beberapa orang yang dilewati menyapa dengan sopan, dan ketika mendekati pintu keluar, dengan sigap asistennya membukakan pintu untuknya.

Dia bak pemilik duniaaa

Bos GalakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang