Hari pun sudah berganti. Beberapa murid sudah kembali berdatangan ke sekolah pagi ini. Tidak ada hal yang aneh dan semuanya berjalan seperti biasa. Berbanding terbalik dengan pemikiran seorang pemuda bernama Yamada Ryosuke yang seolah dipenuhi oleh awan hitam. Sejak telepon dari sahabatnya itu, pikirannya tidak tenang. Ia sangat takut.Ia takut jika tidak pernah melihat Chinen lagi. Takut jika ada apa-apa dengan sahabatnya itu.
Namun, pemikiran negatifnya terpatahkan saat melihat sosok sahabatnya itu memasuki kelas. Ada perasaan lega dalam dadanya. Ia terlihat baik-baik saja dan tampak normal.
Yamada menggeleng kepalanya pelan. Kenormalan Chinen tidak bisa diterima. Setelah kejadian semalam yang membuatnya panik, seharusnya Chinen langsung berlari kepadanya dan menceritakan semuanya. Namun, ia hanya menyapa singkat dan duduk di kursinya seolah tidak pernah terjadi apapun semalam.
"Chinen, apa yang terjadi kemarin?" Tanya Yamada.
Yang ditanya mengerutkan dahinya, "Kemarin... aku sekolah."
"Bukan itu! Sepulang sekolah, kau ngapain?"
"Aah, bukankah kita membuntuti kandidat Inoo Aki? Aku bertugas membuntuti Nakamura Aki! Kau tau rumahnya sangat besar dan megah bak istana!"
"Lalu, setelah itu?"
"Setelah itu..."
Keheningan menyelimuti mereka berdua. Chinen terlihat mencoba mengingat apa yang terjadi selanjutnya setelah ia mengetahui rumah seniornya itu. Tapi entah kenapa, tidak ada ingatan apapun yang Chinen ingat setelah itu. Ia ingat tau-tau sudah pagi hari saja.
"Aah, kenapa aku bisa melupakan hal sepenting itu! Aku ingat tidak punya penyakit pikun atau semacamnya!" Chinen mengacak rambutnya kesal. Padahal baru kemarin, kenapa ia sudah lupa.
"Kau... lupa?"
"Yamada, gimana ini? Gimana kalau aku menceritakan hal yang tidak perlu kepada Nakamura Aki? Aah, kenapa aku bisa lupa!?" Beberapa kali Chinen mendecak dan kembali mengacak rambutnya frustasi.
Salahkan Chinen jika informasi tentang Inoo Kei yang hanya diketahui oleh mereka harus bocor ke luar. Chinen mengutuk dirinya, karena harus lupa akan hal sepenting itu. Bahkan, ia pun tidak mengetahui fakta apakah Nakamura Aki memang adiknya Inoo Kei atau bukan. Jika bukan, Chinen semakin merasa sangat bersalah.
Yamada juga tidak bisa menutupi keterkejutannya. Kalau Chinen sampai tidak ingat seperti ini, sudah habis riwayat mereka. Sudah dipastikan informasi yang mereka kumpulkan mengenai Inoo Kei bocor ke pihak yang Yamada sendiri tidak tau apa tujuannya. Jujur, ia sangat takut sekarang.
Ia tidak tahu siapa yang mereka hadapi sekarang. Apakah musuh atau kawan? Apakah dari pihak yang menculik Inoo Kei atau bukan? Semuanya terasa terjadi secara bertubi-tubi. Yamada berusaha untuk tidak menyalahkan Chinen, dan bahkan ia akan melakukan hal yang sama jika diposisi sahabatnya itu.
"Tunggu, kenapa Yamada bisa tau aku sedang mengalami sesuatu kemarin?" Tanya Chinen lagi. Rupanya, ia juga tidak ingat kejadian di telepon.
Mau tidak mau, ia pun menceritakan kejadian telepon dan pesan yang dikirimnya kemarin. Hal yang Yamada khawatirkan kepada sahabatnya itu. Sedangkan Chinen sukses menganga besar seolah tidak percaya dengan apa yang Yamada ceritakan.
Ia terburu-buru mengecek ponselnya, "Kau benar. Aku meneleponmu semalam dan kau meneleponku belasan kali setelahnya."
Chinen maupun Yamada merasa sangat frustasi. Tidak tau apa yang harus mereka lakukan setelah ini. Rencana yang mereka susun sebaik mungkin bisa hancur dikarenakan kecerobohan Chinen. Tidak, Yamada tidak bisa sepenuhnya melimpahkan kesalahan ini ke Chinen.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unknown Boy
FanfictionTidak ada seorangpun yang mengingat laki-laki itu. Asal-usulnya. Keluarganya. Tempat tinggalnya. Sekolahnya, bahkan teman-temannya. Mereka hanya tau nama dan wajahnya yang tertera dalam sebuah kertas "Remaja Hilang" di papan pengumuman samping jala...