Hai, Aki...
Bagaimana kabarmu? Apakah semuanya baik-baik saja? Aku harap kau menjalani hari-harimu dengan bahagia, karena aku akan sangat sedih jika sebaliknya.Jadi, apakah kau tinggal di rumah ayahmu sekarang? Apakah rumahnya sangat besar? Jika benar, membayangkan tinggal di rumah seperti itu pasti sangat menyenangkan :'D
Lalu, bagaimana sosoknya? Apakah dia baik padamu dan ibu? Aku sangat penasaran dengan sikap dan parasnya seperti apa.
Sebenarnya, aku ingin sekali datang ke pernikahan ibu, tapi situasi tidak mengizinkanku. Maaf ya, Aki.
Dan juga, kau mungkin tidak mengira bahwa pengusiran di malam itu adalah terakhir kalinya kita bisa bertemu. Tolong, jangan menyalahkan dirimu sendiri jika kau tidak mencoba membelaku dan hanya diam saja. Semua peristiwa ini bukan salahmu. Ini murni karena kehendakku sendiri.
Seperti yang kau dengar, aku melakukan semua ini karena ingin membantu sahabatku. Aku sama sekali bukan di posisi yang hanya bisa diam saja dan menonton semua penderitaan yang mereka lalui. Aku hanya tidak bisa membiarkan mereka menjalani hari-hari yang pedih seperti itu. Jika aku bisa melakukan sesuatu yang berguna, aku rela menggantikan posisi mereka.
Sok pahlawan sekali aku, haha.
Jadi, percayalah bahwa suatu hari nanti kita akan bertemu lagi. Maaf, jika aku sudah menjadi kakak yang mengecewakanmu. Kau boleh merasa malu memiliki kakak seperti diriku. Kakak juga merasa bahwa masih belum cukup untuk membuat Aki bahagia.
Jika ada kehidupan yang lain, kakak janji akan selalu membahagiakan Aki sampai kau menganggapku sebagai kakak terbaik sedunia.
Mulai sekarang, berjanjilah padaku bahwa ada atau tanpa diriku, kau harus tetap bahagia. Percayalah, bahwa perpisahan ini bukan bertujuan untuk membuatmu merasa bersalah, tetapi menjadi pijakan selanjutnya untuk terus bangkit menghadapi suka dan duka di sisa kehidupan ini.
Aku tidak ingin mengakhiri surat ini dengan kalimat seperti, "Aku menyayangimu" atau sejenisnya.
Cukup bahagia saja untukku, Aki...
Tertanda,
Inoo Kei~ ✉️ ~
Tarikan napas itu terdengar cukup kencang baginya. Gadis itu terlihat sangat gugup saat sudah sampai di depan pintu sebuah kamar. Kedua tangannya menggenggam erat amplop berisi surat. Apa yang akan terjadi jika ibunya menerima surat ini? Aki tidak bisa membayangkannya.
Sudah dua tahun lamanya sejak kejadian pengusiran di rumah lamanya itu. Sejak saat itu pun Aki tidak pernah sekalipun mendengar ibunya menyebutkan nama kakaknya lagi.
Seolah Kei tidak pernah ada dalam hidupnya.
Seolah Aki adalah anak tunggal di keluarga Inoo.
Lalu, selang sebulan sejak Kei menghilang, ibunya mulai memperkenalkan sosok pria yang berjarak beberapa tahun lebih muda darinya kepada Aki. Tak ada yang dapat ia mengerti. Kenapa semuanya harus terjadi setelah Kei menghilang?
Aki ingin secara tegas mengatakan bahwa ibunya itu harus mengenalkan pria itu juga pada Kei. Jika kakaknya itu setuju, maka Aki juga mengikuti. Namun, ia tidak punya keberanian untuk mengatakan itu. Tidak, ketika ibunya bahkan tidak pernah menyebut nama itu lagi.
Mengenai pria itu, ia sama sekali tidak buruk bagi Aki. Ia menawarkan sebuah rumah bak istana untuk Aki dan ibunya tinggal di dalamnya. Sebuah hal yang tidak pernah Aki bayangkan sebelumnya. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa ia akan sangat kesepian untuk tinggal di rumah sebesar itu. Jika saja kakaknya ditemukan, mungkin ia juga akan sangat bahagia bisa merasakan tinggal di sebuah penthouse.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unknown Boy
FanfictionTidak ada seorangpun yang mengingat laki-laki itu. Asal-usulnya. Keluarganya. Tempat tinggalnya. Sekolahnya, bahkan teman-temannya. Mereka hanya tau nama dan wajahnya yang tertera dalam sebuah kertas "Remaja Hilang" di papan pengumuman samping jala...