5. Menghilang

30 4 0
                                    


"Hah!? Yamada, kau gila, ya!?"

Daiki terkejut bukan main saat mendengar cerita lengkap Yamada mengenai pertemuan pertamanya dengan Yabu di dekat papan pengumuman itu. Ia hanya berandai, jika orang itu bukan Yabu Senpai, ia tidak bisa memastikan apakah Yamada bisa pulang dengan selamat pagi itu. Bagaimana dia bisa seberani itu bertanya kepada orang yang baru ia temui? Berapa kali ia harus bilang kepada bocah batu bertubuh pendek itu bahwa tindakannya ini sangat berbahaya?

Daiki mengelus dahinya frustasi, "Yamachan, bisakah kau tidak melakukan hal seperti ini lagi? Jika kau kenapa-kenapa hanya untuk memuaskan keingintahuanmu itu, aku harus bagaimana menjelaskan ke orang tuamu."

"Iya... maafkan aku, karena sudah membuatmu khawatir. Tapi, buktinya aku tidak kenapa-kenapa, kan?"

Daiki menghela napasnya kasar. Memang ia bersyukur, karena dengan tindakan nekad adiknya itu, ia menjadi selangkah lebih dekat dengan kebenaran dibalik peristiwa pembajakan sekolah itu. Ia sejujurnya tidak begitu penasaran layaknya Yamada. Namun jika sudah begini, ia juga perlu mengetahui kebenarannya. Bagaimanapun juga, ia tidak akan membiarkan Yamada bertindak sendirian lagi.

Seketika Daiki kembali mengingat momen saat membuntuti seniornya. Orang yang membukakan pintu itu. Daiki yakin, ia adalah orang yang Daiki lihat saat pembakaran meja dan kursi di lapangan dua tahun lalu. Laki-laki itu ada disana, menangis sembari menahan seorang gadis yang ingin berlari mendekati api pembakaran itu. Jika memang dugaannya benar bahwa Yabu berteman dekat dengan orang itu, maka tidak salah lagi bahwa Yabu juga adalah orang terdekat Inoo Kei. Meskipun Yamada sudah menceritakan padanya tadi.

"Lain kali, kau bisa mengajakku untuk menyelidiki masalah ini. Kau mengerti?"

Yamada tertawa geli melihat tingkah kakaknya itu, "Berhentilah bersikap seperti itu. Kau seperti ibuku saja."

~ ❤🧡 ~

Laki-laki itu berjalan sembari sesekali mengeratkan jaket yang dikenakannya. Malam itu, cuaca cukup dingin dan lembab. Namun, itu tidak mengurungkan niatnya untuk tidak pergi ke minimarket terdekat. Ia perlu mengisi stok makanan ringan di rumahnya yang sudah kosong.

Setelah ia meninggalkan minimarket untuk pulang ke rumah, seseorang berlari kencang melewatinya. Orang itu meneriaki nama yang sangat familiar di telinganya.

"YABU KOUTA! DIMANA KAU!"

Jantungnya berdegup kencang. Ia tidak salah dengar, kan? Perasaannya jadi tidak tenang. Baru saja tadi sore ia membuntutinya, apakah Yabu hilang begitu saja? Apa yang sebenarnya terjadi?

"Anoo... Ada apa ya?" Tanyanya saat orang yang sedari tadi bersikap panik itu mulai kelelahan berlari.

"I-ini semua salahku. Aku mengusirnya dari rumahku. Awalnya, aku ingin meminta maaf, karena telah bersikap kasar kepadanya. Namun, apartemennya kosong dan di taman biasa ia kunjungi pun tidak ada. Aku tidak tau harus mencarinya kemana sekarang. Aku tidak ingin mengulangi kejadian yang sama lagi."

Kejadian yang sama.

Ia jelas paham maksud dari orang itu. Namun, hal itulah yang membuat jantungnya semakin berdegup kencang. Ia juga tidak bisa membiarkan hal itu terjadi begitu saja. Ia ingin membantunya.

"Aku akan bantu mencarinya. Aah, namaku Arioka Daiki. Aku sama sekali tidak memiliki niatan buruk atau apapun itu. Yang jelas, aku akan menjelaskan lebih lanjut setelah Yabu Senpai ketemu."

Daiki bisa melihat orang itu menatapnya bingung. Mungkin, ia sedang mencerna maksud dari kata Senpai yang keluar dari mulutnya. Namun akhirnya, ia mengangguk dan tersenyum kepadanya.

Unknown BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang