"Apakah kalian masih sanggup untuk mendengarkan bagaimana Kei-chan menjalani harinya setelah suntikan pertama itu? Aku tidak ingin memaksa kalian untuk terus mendengarkan hal se-menyakitkan ini. Aku yang berada disana pun tidak sanggup. Kalian bertiga yang merupakan sahabat Inoo Kei mungkin tidak ingin mendengar hal ini, bukan?"Mizuki menatap was-was kearah Hikaru. Yang ditatap pun saling bertukar pandang dengan cemas.
"Masih terdengar jelas di telingaku, bagaimana Kei-chan berteriak akan suara dan sosok yang hanya ada di kepalanya. Melempar berbagai macam barang yang ada disekitarnya secara membabi buta hingga tangan dan kakinya harus diikat di ranjangnya. A-apakah aku harus menceritakan seluruh detailnya kepada kalian semua?" Tanya Mei yang sudah tak sanggup menahan air matanya untuk tumpah begitu saja.
"B-bisakah kita ke inti permasalahannya saja? Bukankah itu yang terpenting dan tujuanmu mendekati kami? Aku yakin Yabu juga ingin mendengar informasi ini lebih dari siapapun," Sela Hikaru yang sudah tidak tahan mendengar, bahkan membayangkan sepedih apa penderitaan yang dilalui sahabat kesayangannya itu.
"Maksudmu, bagaimana kami bisa kehilangan Inoo Kei? Itu salah satu rencanaku juga. Bukankah aku sudah bilang di awal, kalau aku akan membantu Kei-chan untuk kabur? Meskipun sekarang, keberadaannya tidak jelas ada dimana."
Yabu mengerut dahinya tanda serius, "Bisakah kau ceritakan kenapa kau bisa sampai kehilangan jejaknya saat berusaha kabur?"
Mei berusaha menetralkan napasnya yang sempat menggebu-gebu. Ia tidak punya alasan untuk mundur lagi dan juga tidak dapat membantu banyak selain informasi yang dirinya punya. Ingatan itu terasa begitu jelas seperti hari kemarin. Ia hanya perlu menceritakannya kembali seperti sedang menonton ulang sebuah film.
"Kami berdua berlari dari tempat mengerikan itu. Terus berlari, meskipun tau Kei-chan bukan dalam kondisi yang bisa dibilang baik. Tapi, kami tidak punya pilihan lain selain berlari menjauh semampu kita."
Mei menghembuskan napasnya kasar, "Meskipun begitu, mereka cepat menyadari kehadiran Kei-chan yang sudah tidak ada ditempatnya dan mulai mencari kami dengan pasukannya yang terbilang cukup banyak untuk dua orang seperti kami. Terutama dalam kondisi Kei-chan yang tidak memungkinkan untuk berlari terlalu cepat. Cepat atau lambat, mereka pasti akan menemukan kami."
"Kami memutuskan untuk bersembunyi dan sebuah ide yang masih kusesali sampai saat ini. Aku memutuskan untuk mengalihkan perhatian pesuruh ayah, sementara Kei-chan kabur sejauh mungkin yang dia bisa. Dari situ, aku sudah tidak tau lagi kemana dirinya berlari. Apakah dia selamat atau-"
"Cukup," sela Mizuki.
Ia sangat paham apa yang ingin dikatakan oleh perempuan itu dan sangat menyakitkan baginya ketika membayangkan skenario terburuk yang akan terjadi nanti. Ia belum siap, meskipun dirinya tau hanya ada beberapa kemungkinan saat mereka benar-benar menemukan jejak sahabatnya nanti.
Mizuki terlalu takut. Itu sangat mengerikan.
"Bisakah kau tunjukkan dimana terakhir kali kau bersembunyi dengannya dan merasakan keberadaannya?" Tanya Kamiki yang sejak tadi mencoba untuk memahami semua informasi ini.
"Tentu. Tapi, apa kalian akan langsung melaporkanku ke polisi setelah ini?"
"Bahkan jika kami tidak melaporkan apapun, kau sendiri kan yang akan mendatangi polisi untuk mengakui semuanya, kan?" Tanya Yabu yang hanya dibalas tatapan menunduk dari lawan bicaranya.
Sebuah pemikiran muncul kembali di benak Yabu. Nama itu. Ia harus bertanya tentang nama itu untuk memastikan sekali lagi.
"Nagano-san, apakah kau mengenal seseorang bernama Takaki Yuya?"
Alis itu mengerut bingung, "Mmh? Tidak. Apakah nama itu ada hubungannya dengan Kei-chan?"
"Dari kemarin, kami juga penasaran tentang hal ini. Apa hubungannya dengan nama asing itu, Yabu?" Timpal Hikaru sama bingungnya.
"Aah tidak. Aku bermimpi aneh ketika kritis kemarin. Inoo menghampiriku dan menggumamkan nama itu seolah ia ingin memberitahuku bahwa ini semua ada hubungannya dengan nama itu. Tapi, meskipun aku mencari nama itu di internet juga tidak membantu banyak."
"Kau bertemu Inoo saat kritis?"
"Ya. Aku juga sama sekali tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi."
Suasana kembali hening selama beberapa menit. Nama itu masih melayang-layang di kepala Yabu sementara yang lain seolah tenggelam dalam pikirannya masing-masing.
"Kalau begitu, bagaimana kalau kita langsung ke TKP-nya saja? Meski sudah 2 tahun berlalu, mungkin kita bisa mendapat hint tempat terdekat yang sempat disinggahi Inoo Kei?" Saran Yuto ditengah keheningan yang melanda.
"Tapi, tentu tidak akan sesederhana itu. Ada kemungkinan ia ditolong seseorang dan dibawa ke tempat yang lebih jauh atau semacamnya? Kemungkinan semakin rumit sehingga bahkan ketika memeriksa ke TKP juga terasa sia-sia," sanggah Hikaru.
"Hikaru masuk akal. Apakah kita mengalami fase buntu lagi sekarang setelah semua informasi ini?"
Tidak ada yang mampu menjawab hal itu. Yabu hanya menghembus napasnya kasar dan memutuskan untuk memikirkan hal ini lebih lanjut di grup chat. Dengan berat hati, mereka harus membubarkan diri dan pulang dengan hasil yang tidak memuaskan.
~ 💚💛 ~
"Apakah kalian mengenal seseorang bernama Inoo Kei?"
Itu adalah pertanyaan harian yang selalu ia tanyakan kepada pasien yang datang kepadanya dan sejauh ini hanya gelengan dan kalimat, "Tidak tau" yang selalu diterimanya.
Kedua pasangan paruh baya dihadapannya itu mulai menunjukkan ekspresi yang tidak biasa. Sedikit memberikan harapan bagi sang dokter setelah beberapa tahun ini seolah memegang angan kosong.
"Ya, kami mengenalnya."
Tanpa sadar, ia tidak bisa menyembunyikan rasa leganya. Ia tersenyum semanis mungkin dan menanyakan apa hubungan Inoo Kei dengan pasangan dihadapannya itu.
"Inoo Kei adalah sahabat anak kami. Apa hubungannya dokter dengan dia?"
Yang ditanya hanya menggaruk tengkuknya grogi, "Sebenarnya, aku tidak kenal dengannya sama sekali. Ada pesan darinya yang ingin kusampaikan kepada orang-orang terdekatnya. Maukah kalian mengantarkanku untuk bertemu dengan anak anda?"
Pasangan itu saling bertukar pandang seolah ada rasa enggan dibalik tatapannya itu. Namun, mereka malah mengiyakan pada akhirnya.
"Sebenarnya, hubungan dengan anak kami tidak begitu baik. Sudah beberapa tahun, kami tidak pernah memberi kabar. Namun, kesempatan ini mungkin bisa memperbaiki hubungan kami."
"Aah, maaf. Aku tidak bermaksud-"
"Tidak apa-apa. Melihat dokter muda sepertimu mengingatkan kami dengan anak kami. Kami juga sangat rindu dengan mereka. Apakah kehidupan mereka lebih baik setelah dua tahun berlalu? Kami ingin memastikan semua itu, meskipun tak ada harapan bagi kami untuk dimaafkan oleh mereka."
Dokter itu merasa bersalah, karena menyentuh masalah pribadi keluarga pasiennya.
"Lagipula, jika dokter tidak mengenalnya. Kenapa dia menitipkan pesan ke dokter? Kenapa tidak dia sendiri yang menyampaikannya?"
Ia mati kutu dengan serangkaian pertanyaan itu. Namun, ia mencoba menunjukkan senyuman menenangkannya.
"Kalian akan tau nantinya."
.
.
.
-Tbc
Q : Sebenernya, apa yg terjadi dengan Inoo!? Doi gapapa, kan? 😱😱
A : Doi mah sibuk main survival game sama Kinpachi sensei wkwk /JK
KAMU SEDANG MEMBACA
Unknown Boy
FanficTidak ada seorangpun yang mengingat laki-laki itu. Asal-usulnya. Keluarganya. Tempat tinggalnya. Sekolahnya, bahkan teman-temannya. Mereka hanya tau nama dan wajahnya yang tertera dalam sebuah kertas "Remaja Hilang" di papan pengumuman samping jala...