Jari-jari mungil itu mengetik sebuah nama di web pencarian dengan tergesa-gesa. Nama itu seolah menghantui kepalanya. Salahkan pikirannya yang selalu ingin tau kepada hal yang bukan urusannya. Kini, ia terus me-refresh web yang menunjukkan hasil yang tidak sesuai dengan yang dimaksud.Hanya sebuah nama dan foto wajahnya. Inoo Kei. Yamada hanya tau sebatas itu saja. Namun, sedari tadi jari dan matanya sibuk mencari orang yang dimaksud. Dan hasilnya nihil. Tidak ada satupun berita atau bahkan akun sosial media yang berkaitan dengan hilangnya remaja itu. Seolah ia telah 'sengaja' dihilangkan keberadaannya.
Hal ini semakin membuat Yamada meyakini ada hal yang tidak beres. Jika memang dia hilang, kenapa hanya ada kertas di papan pengumuman yang bahkan hanya sejumlah orang yang tau? Kenapa tidak mencari, setidaknya di media sosial yang mudah dijangkau oleh semua orang? Atau bahkan jika ia hanya orang biasa, apakah ia tidak memiliki satupun akun sosial media? Setidaknya, Twitter?
Pikiran Yamada mulai berkecamuk. Dengan hanya seseorang yang bahkan tidak tau siapa, ia bisa mengurusi hal serepot ini. Bagian kecil di hatinya mengatakan bahwa ia harus berhenti menyelidikinya lebih lanjut. Tidak tau kenapa. Hatinya mendeteksi sinyal berbahaya, jika ia mencaritahu lebih dalam tentang hal ini. Namun, sebagian yang lain seolah mendesaknya untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.
Yamada mengacak rambutnya frustasi. Malam itu, ia lebih memilih tidur daripada pusing akan hal yang ia sendiri tidak mengerti.
~ ❤ ~
"Biasanya, kalau alis Yamada tertekuk gitu pasti banyak pikiran."
Celetukkan dari salah satu teman yang lebih pendek darinya itu mengaburkan lamunannya. Yamada mendengus tidak suka dan menyeruput minuman sodanya.
Mereka kini sedang berada di kantin umum. Yamada dan Chinen duduk bersebelahan, sedangkan Yuto dan Kamiki duduk berhadapan dengan mereka.
"Chii, sebenarnya mulutku udah gatal pengen nanyain hal ini. Tapi, aku gak tau apa perlu menanyakan hal ini? Aku juga mau menanyakannya juga kepada Yuto dan Kamiki."
"Ngomongmu berbelit, deh. Kemana Yamada yang selalu blak-blakan jika bertanya hal-hal yang terkadang gak berperasaan?" Tegur Yuto yang sedang duduk berhadapan dengan Yamada. Kamiki yang duduk disamping Yuto juga mengangguk mengiyakan ucapan Yuto.
"Ada apa, yam?" Tanya Chinen lagi memastikan ia tidak digantung oleh pertanyaan Yamada yang sudah terlanjur membuatnya penasaran.
"Apakah kalian kenal dengan seseorang bernama Inoo Kei?"
Nama asing itu sukses membuat dahi ketiga orang temannya itu tertekuk. Entah kenapa suasana kantin juga terasa lebih hening seolah ikut memikirkan pertanyaan dari Yamada.
"Kau tau? Aku selalu melewati sebuah papan pengumuman setiap berangkat dan pulang sekolah. Setiap aku melewatinya, nama Inoo Kei di papan pengumuman itu selalu ada. Namun kemarin, tiba-tiba hilang begitu saja. Dan kalian tau, malamnya aku langsung mencari nama 'Inoo Kei' di internet dan-"
"Yam, yam. Tolong berhenti."
Yamada mulai menyadari tubuh Kamiki dan Yuto menegang. Mereka seolah melihat hal yang menyeramkan dan mengancam. Yamada yang heran dengan sikap mereka mulai memandang ke arah belakang dan menyadari apa yang membuat mereka bersikap seperti itu. Beberapa anak kelas tiga menatap mereka dengan tatapan yang waspada. Bukan hanya dibelakangnya, beberapa meja di depan Yamada yang dipenuhi anak kelas tiga juga menatapnya waspada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unknown Boy
FanfictieTidak ada seorangpun yang mengingat laki-laki itu. Asal-usulnya. Keluarganya. Tempat tinggalnya. Sekolahnya, bahkan teman-temannya. Mereka hanya tau nama dan wajahnya yang tertera dalam sebuah kertas "Remaja Hilang" di papan pengumuman samping jala...