Ada perasaan tidak nyaman yang Yamada rasakan setiap kali dirinya berjalan pergi atau pulang sekolah. Meskipun ia selalu bersama Daiki, perasaannya masih belum sepenuhnya tenang. Awalnya, ia hanya berpikiran bahwa dirinya merasa cemas jika suatu saat beberapa orang yang menyerang Yabu itu menyerang dirinya dan Daiki juga. Di sisi lain, Yamada merasakan bahwa ini adalah dua hal yang berbeda.Ia bisa merasakan ada sesuatu yang membuntutinya. Yamada sempat berpikiran bahwa ini karma baginya, karena pernah membuntuti Yabu. Jujur, rasanya jelas tidak mengenakkan dan cemas.
Yamada sempat berpikiran bahwa mungkin saja itu memang orang asing yang menyerang Yabu. Mereka melihat dirinya selalu menjenguk Yabu dan berbicara dengannya. Tapi, bukankah harusnya mereka bisa saja menyerang Yamada dan Daiki secara langsung disaat mereka melewati jalan yang sepi? Pemikiran itu membuat Yamada ragu jika mereka adalah orang yang sama.
Mereka yang membuntuti tidak pernah ada upaya untuk menyapa, apalagi menyerang. Mereka hanya mengamati kemana dirinya pergi dan sebagainya. Meskipun, sebenarnya Yamada tidak mau memikirkannya selama mereka tidak mengganggunya dan Daiki.
Langkah kaki mereka berhenti setelah sampai di depan rumah masing-masing. Daiki memberikan isyarat rahasia kepada Yamada sebelum ia masuk ke rumahnya.
'Jam 5. Seperti biasa. Kumpul di basecamp.'
Yamada mengangguk mengerti sebagai tanggapannya. Isyarat rahasia tersebut sengaja diciptakan untuk orang yang terlibat dalam pencarian Inoo Kei, termasuk Yamada, Daichan, dan ketiga temannya yang sudah banyak membantu.
Dua bulan setelah peristiwa yang hampir merenggut nyawa Yabu di rumah sakit, mereka memutuskan untuk mencari tempat layaknya basecamp untuk berdiskusi dan membicarakan hal apapun mengenai Inoo Kei. Gudang penyimpanan tua yang letaknya tidak begitu jauh dari rumah Hikaru pun menjadi pilihannya. Tentu saja, bersama Yabu yang sesuai janjinya akan tinggal sementara di rumah milik Hikaru dan Mizuki selama kondisi masih sangat berbahaya baginya.
Dan selama dua bulan ini pun, belum ada informasi penting apapun yang bisa menjelaskan bagaimana kehidupan Inoo setelah diculik. Mereka benar-benar sudah buntu.
Jarum panjang menunjuk ke angka sembilan begitu Yamada sudah bersiap-siap menuju basecamp bersama Daiki. Sejujurnya, ia benar-benar tidak tau apa yang akan didiskusikan nantinya. Toh, sampai saat ini pun belum ada informasi yang berharga.
Yamada keluar dari rumah bersamaan dengan Daiki yang juga baru saja keluar dari rumahnya. Mereka melempar pandangan satu sama lain dan berjalan bersama menuju halte bus terdekat.
"Daichan, kurasa pembicaraan kita juga masih belum ada perkembangan. Rasanya, sia-sia juga kita kesana."
Daiki menghembuskan napasnya kasar, "Siapa tau diantara kita ada yang mendapatkan info penting. Datang saja dulu."
Tidak ada yang berbicara lagi setelah itu. Daiki juga merasakan keresahan yang sama dengan ucapan Yamada kepadanya. Bahkan hingga mereka turun dari bus dan terus berjalan bersama menuju basecamp pun tidak ada yang berbicara lagi.
Begitu sampai disana, semua sudah berkumpul lengkap. Hikaru tersenyum dan menyapa Yamada dan Daiki yang baru saja datang.
"Baiklah, kalau begitu. Karena semuanya sudah datang, apakah sudah ada yang mendapatkan informasi penting?" Tanya Hikaru memulai percakapan.
Hikaru sudah terbiasa dengan kondisi sepi seperti ini. Mereka hanya menggeleng dan sedikit murung, mengetahui fakta bahwa mereka sedang di fase buntu. Rasanya, percuma saja mereka datang tanpa membawa hasil yang memuaskan.
"Sebenarnya, ada hal diluar ini yang ingin aku bicarakan," ucap Yuto memecah keheningan.
"Apa itu?"
"Entahlah, mungkin perasaanku saja. Tapi belakangan ini, aku merasa ada seseorang yang membuntutiku. Aku merasa seolah diawasi dan membuatku hampir ingin bolos di pertemuan hari ini. Aku takut jika seseorang yang membuntutiku ini bisa menguping pembicaraan kita saat ini."
Chinen membulatkan matanya kaget, "Astaga. Aku pikir cuma aku saja yang merasa diawasi. Yuto juga?"
"Yamada, bukankah kau juga beberapa kali bilang kepadaku kalau kau merasa ada yang membuntutimu?" Tanya Daiki yang ditanggapi anggukan oleh Yamada.
"Heh? Ada apa ini? Kenapa semua merasa diawasi seperti ini?" Tanya Aki, mulai panik.
Mulai terlihat wajah panik dari masing-masing di antara mereka. Tidak ada yang mampu berbicara satu kata pun ketika menyadari bahwa selama ini ada orang lain yang selalu hadir diantara mereka.
"HAH!"
Perilaku Kamiki yang tiba-tiba teriak itu sukses mengejutkan semua orang. Telunjuknya menunjuk ke arah pintu keluar dan dengan cepat dirinya berlari menuju arah yang ia tunjuk. Tidak ada seorang pun yang menyembunyikan keterkejutannya dengan sikap Kamiki yang tiba-tiba itu.
Selang beberapa menit, Kamiki kembali masuk dan duduk di kursinya tadi. Ada wajah kekecewaan yang timbul di wajahnya begitu ia kembali.
"Kau kenapa, sih? Teriak gak jelas, tunjuk-tunjuk, terus malah lari keluar. Masih waras, kan?" Tanya Yuto heran.
"Mataku gak bakal salah lihat, Yut! Tadi aku lihat ada orang yang ngintip di pintu keluar tadi. Pas aku keluar, malah gak ada siapa-siapa."
"Beneran?" Tanya Mizuki kaget.
"Sosoknya jelas banget. Gak mungkin itu hantu."
Suasananya seketika hening. Jika memang seseorang yang Kamiki lihat tadi berada disana, sejak kapan dia disana? Apakah dia membuntuti Yamada dan Daiki yang baru saja datang?
"Jangan bilang, orang tersebut sudah menguping dari saat kita melakukan diskusi disini sejak awal? Gimana ini?" Tanya Chinen panik.
"Pokoknya, kalian semua jangan panik dulu. Bagaimana kalau kita lebih baik diskusi via LINE saja dulu untuk kedepannya? Kita berhenti untuk bertemu dan diskusi disini. Kalau memang ada seseorang yang membuntuti kita, buat dia bingung. Orang tersebut pasti akan menampakkan diri kepada kita dengan sendirinya," usul Yabu.
"Yabu senpai benar. Kalau seseorang itu tau kita gak datang lagi kesini untuk beberapa hari ke depan, dia pasti akan bingung dan mau-gak mau akan menampakkan dirinya ke kita." Aki menyetujui usulan dari Yabu.
Semuanya mengangguk setuju usulan dari Yabu. Usulannya sangat masuk akal. Akan lebih baik untuk tidak melakukan pertemuan terlebih dahulu. Lagipula, masih belum ada informasi penting yang bisa kita diskusikan untuk saat ini.
"Yossh, apa kalian lapar? Ayo mampir ke kedai spesialis kari langgananku sebelum pulang!" Ajak Hikaru yang disambut dengan senyuman hangat dari para juniornya.
~ ❤🐶 ~
Seorang pria berbalut jas putih panjang itu menatap laci mejanya dengan sesekali menghembuskan napasnya kasar. Pikirannya seolah begitu kacau mengingat kejadian hebat yang pernah dialaminya. Benar-benar susah untuk dilupakan.
"Wajahmu kusut sekali. Apakah kau masih memikirkan pasien pertamamu itu?" Tanya pria lain yang berpakaian layaknya seorang perawat kepada pria itu.
"Tentu saja! Lagipula, dokter manapun pasti tidak akan pernah bisa melupakan pasien yang seperti itu."
Perawat pria itu tersenyum miris. Ia sudah sejak lama mengenal pria berjas dihadapannya itu. Tidak ada keraguan dengan apa yang telah diucapkan olehnya, karena saat itu dirinya juga ada untuk menemani pasien pertamanya itu. Rasanya, ia tidak pernah merasakan selelah itu dalam hidupnya menangani seorang pasien.
Sungguh apes nasib temannya itu hingga bisa mendapatkan pasien yang seperti itu sebagai tugas pertamanya sebagai dokter.
Jika bisa, ia ingin mengacungi sepuluh jempol atas jerih payah sahabatnya itu.
.
.
.
-Tbc
Mungkin tanpa aku kasih tahu, kalian udah memikirkan siapa sang dokter dan perawat yang dimaksud hehe. Ditunggu aja yaa~~ 😋😋

KAMU SEDANG MEMBACA
Unknown Boy
FanfictionTidak ada seorangpun yang mengingat laki-laki itu. Asal-usulnya. Keluarganya. Tempat tinggalnya. Sekolahnya, bahkan teman-temannya. Mereka hanya tau nama dan wajahnya yang tertera dalam sebuah kertas "Remaja Hilang" di papan pengumuman samping jala...