12. Inoo Aki

25 3 1
                                    


Langkah kaki dari pemuda kecil itu berusaha dibuat setenang mungkin. Matanya menajam ke sosok gadis berambut pendek di depannya. Jaraknya dibuat sejauh mungkin agar gadis itu tidak curiga jika ada seseorang yang mengikutinya saat sepulang sekolah.

Sesuai kesepakatan, empat kawan itu masing-masing membuntuti satu gadis yang mereka yakini sebagai kandidat seorang Inoo Aki. Kebetulan, Chinen ditugaskan membuntuti Nakamura Aki dari kelas 2-D. Memang sangat tidak sopan harus membuntuti senpai yang jelas lebih tua darinya. Namun, ia sudah kalah suit. Tidak ada cara untuk kembali.

Setiap kendaraan umum yang dinaikinya pun harus dinaiki juga oleh Chinen. Mengambil kursi yang jauh dari Nakamura Aki dan turun di tempat gadis itu juga turun. Ia harus mengikuti sampai gadis itu memasuki sebuah rumah atau suatu tempat. Ia perlu menemukan informasi sekecil apapun itu untuk dilaporkan.

Kaki gadis itu terus melangkah memasuki perumahan elite. Benar, perumahan dengan rumah yang begitu besar nan megah. Chinen telah mendapatkan informasi yang sangat cukup tentang Nakamura Aki. Terasa begitu aneh, mengingat Inoo Kei mungkin bisa membayar semua hutangnya jika tinggal di perumahan elite seperti ini.

Harusnya, Chinen bisa pulang setelah mendapatkan informasi ini. Namun, kakinya terus bergerak mengikuti langkah seniornya itu. Terus mengikutinya, hingga gadis itu sampai di pagar sebuah rumah megah dengan halaman yang begitu luas. Chinen tidak mungkin salah liat. Namun, bukankah anak orang kaya selalu dijemput dengan supir pribadinya? Kenapa harus repot-repot pakai kendaraan umum?

Disaat Chinen asik bergelut dengan pikirannya, ia merasakan sebuah tangan menepuk bahunya. Kepalanya seketika terasa begitu ringan dan sedikit mengantuk. Namun, ia tetap membalikkan tubuhnya untuk mengetahui siapa yang menyentuh bahunya ini.

Matanya tidak salah lihat. Itu Nakamura Aki.

Aksi pembuntutannya terbongkar begitu saja. Apakah ia sudah tau dari awal? Kenapa ia tetap membiarkanku mengetahui rumahnya? Apa ia memiliki tujuan lain juga?

Drrrt... Drrrt...

Ponsel di saku Chinen bergetar pertanda ada pesan masuk. Namun, ia memilih untuk tidak memikirkannya. Jangankan memikirkan untuk melihat pesannya, rencananya sudah terbongkar total. Ia tidak punya waktu untuk mencemaskan isi dari pesan itu. Yang perlu dicemaskan adalah bagaimana Chinen harus menjelaskan kepada seniornya ini, karena ketahuan membuntutinya.

"Siapa kau?"

Chinen meneguk ludahnya dengan susah payah, "Anoo... Kebetulan aku tinggal di rumah ini juga. Aku tidak tau ternyata aku punya tetangga sepantaranku haha. Seragam kita juga sama! Apakah kita satu sekolah juga? Waah, kebetulan sekali! Haha."

"Jangan membohongiku. Aku tau kau membuntutiku dari sekolah."

"Masa sih? Perasaanmu saja kali."

"Perlu kubuktikan? Aku akan mampir ke rumahmu sebentar. Kalau kita memang tetangga, harusnya bisa saling menyapa, bukan?"

Gadis itu berjalan menuju rumah yang Chinen akui sebagai 'rumahnya' itu. Ia sudah kalah telak. Kalau sampai Nakamura Aki mengetahui kalau memang ia sedang dibuntuti, Chinen tidak tau harus bagaimana lagi.

"T-tunggu! S-senpai benar! Maafkan aku sudah membuntutimu!" Ucap Chinen sambil menunjukkan posisi berlutut.

Pada akhirnya, ia mengaku juga. Meskipun, ia tidak akan tahu apa yang akan terjadi padanya selanjutnya. Ia benar-benar tidak bisa kembali.

"Apa tujuanmu membuntutiku?" Matanya begitu tajam menatap adik kelasnya itu.

"A-aku hanya penasaran dengan kakak," ucap Chinen sangat pelan. Namun, masih bisa terdengar jelas oleh gadis itu.

Unknown BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang