"Daichan, kau ingin mengajakku kemana?"Laki-laki yang lebih muda itu masih saja bertanya-tanya kemana kakaknya ingin mengajaknya pergi. Sepulang sekolah, kakaknya tiba-tiba menarik tangannya menuju suatu tempat yang Yamada sendiri tidak tau kemana. Ditambah lagi, ia harus membawa sekeranjang buah yang entah kapan kakaknya itu sempat membelinya. Daiki sama sekali tidak berkata apapun dan terus berjalan menuju tempat tujuannya.
Saat Yamada berdiri di sebuah bangunan kokoh di depannya, ia semakin bingung dibuatnya. Kenapa Daiki mengajaknya ke rumah sakit? Padahal, ia baik-baik saja dan tidak ada siapapun yang Yamada ingat sedang sakit atau dirawat di rumah sakit ini. Sebenarnya, apa tujuannya?
"Daichan, sebenarnya kita sedang menjenguk siapa sih!?" Yamada semakin kesal, karena sedaritadi kakaknya hanya terdiam dan terus menarik tangannya paksa.
"Yabu Senpai."
Kekesalan Yamada berubah menjadi keterkejutan, "Hah!? K-kenapa? Apa yang terjadi dengannya?"
Daiki masih terdiam dan terus berjalan menuju kamar inap seniornya itu. Ia sudah tau kamar inapnya, karena dia sendiri yang membantu mengantarkan Yabu ke rumah sakit ini. Yamada adalah kunjungan tak terduga, mengingat seberapa ingin tahunya adiknya ini mengenai Inoo Kei itu. Momen ini tentu saja bisa dimanfaatkan Daiki untuk meluruskan masalah yang Yamada buat saat pertemuan pertamanya dengan Yabu.
Daiki mengetuk pintu kamar itu dengan pelan, "Permisi..."
"Silahkan masuk."
Daiki membungkuk sopan diikuti dengan Yamada dengan keranjang buahnya. Ia tersenyum canggung dan tidak tau harus berbuat apa setelah berhadapan dengan Yabu lagi. Kejadian di pagi hari itu malah semakin membuatnya malu sekaligus merasa bersalah.
"Oh, kau si imut itu!" Seru Yabu sembari menunjuk ke arah Yamada. Yang ditunjuk hanya menggarukkan kepalanya dan tersenyum kikuk.
"Daiki-san. Sekali lagi, terima kasih sudah membantuku. Duduklah dengan nyaman di sofa dengan temanmu itu."
Hikaru tersenyum manis menyambut kedatangan Daiki. Yamada menaruh keranjang buah yang ia bawa di meja dekat sofa dan ikut duduk bersama Daiki. Sejujurnya, ia sangat bingung dengan situasi saat ini. Ia seolah orang asing di antara mereka. Dan juga, Daiki membantunya? Kapan? Dan dalam rangka apa?
Daiki menyenggol Yamada yang masih kebingungan, "Kenalin diri dulu."
"Aah, benar. Namaku Yamada Ryosuke. Salam kenal. Dan maaf atas kelancangan saya waktu itu," tegas Yamada kembali membungkuk sopan ke arah Yabu yang sedang terduduk di ranjangnya.
Yabu yang saat itu sangat kaget dengan tindakan Yamada yang tiba-tiba membungkuk malah tertawa pelan, "Ya ampun, dunia ini sempit sekali ya. Tidak apa-apa. Duduklah kembali, Yamada. Aku tidak tau ternyata kau temannya Daiki."
Yamada menanggapinya dengan terkekeh pelan. Hikaru yang kini bergantian bingung dengan situasi tak terduga ini. Namun, ia kembali tersenyum kepada kedua tamunya.
"Yabu ingin mengucapkan terima kasihnya kepadamu, karena telah membantu menolongnya. Apakah ada yang ingin kalian inginkan, kami akan mewujudkannya."
"Ya ampun, tidak harus sampai seperti itu. Aku benar-benar ikhlas membantu, kok!"
Saat Hikaru berkata seperti itu, Yabu mulai mengingat sesuatu, "Yamada, waktu itu kau ingin mengetahui mengenai Inoo Kei. Aku bisa menjawab pertanyaanmu kali ini. Apa yang ingin kau ketahui darinya?"
"Tunggu dulu... Sebelum itu, kau perlu menceritakan apa yang terjadi padamu sampai babak belur seperti ini, bukan?" Sela Hikaru saat ia mulai mengingat apa yang ia ingin tanyakan saat Daiki datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unknown Boy
Fiksi PenggemarTidak ada seorangpun yang mengingat laki-laki itu. Asal-usulnya. Keluarganya. Tempat tinggalnya. Sekolahnya, bahkan teman-temannya. Mereka hanya tau nama dan wajahnya yang tertera dalam sebuah kertas "Remaja Hilang" di papan pengumuman samping jala...